[17] Lepas

587 40 0
                                    

[Lepas - 958 words]

Enjoy~!
._____________________________________.

Malam semakin larut.

Beberapa gedung sudah gelap tanpa penerangan. Toko-toko telah tutup.

Hampir semua orang di kota itu mulai mengakhiri aktivitas mereka satu persatu.

Tapi tidak untuk kedua orang yang tengah duduk di dua ayunan taman itu.

Dinginnya angin malam tak buat mereka beranjak dan pulang ke rumah masing-masing.

Keduanya diam dengan suara gemerisik ranting-ranting pohon yang saling bergesekan karena terhembus angin.

Salah satu dari mereka mulai memecahkan keheningan dengan mengeluarkan pertanyaan.

"Sudah lama tak jumpa kan kita, Jisung?"

Pria di ayunan lain menoleh dan tersenyum tipis.

"Ya. Sudah lama sekali."

Yang mengeluarkan pertanyaan tadi lalu mendongak menatap langit malam yang tak berhiaskan bulan maupun bintang.

Hitam polos.

Kosong.

Bagaikan hatinya.

"Apa kabar, kak Minho?"

Pertanyaan klasik terlontar dari bibir pria berambut blonde itu. Pertanyaan klasik saat bertemu dengan sosok lama yang pernah hadir di kehidupan kita.

"Kabarku?"

Dengungan dari pria terdengar selanjutnya.

"Ya seperti ini. Bisa kau lihat sendiri."

Minho melepaskan pandangannya dan mulai menggerakan kakinya pelan, sehingga ayunan itu bergerak.

"Kerja apa?"

Jisung yang mulanya diam, mengikuti pergerakan Minho. Sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Minho.

"Designer."

"Oh—impian lamamu."

Jisung mengangguk pelan buat rambutnya bergerak lucu dengan semilir angin yang menari bersama anakan rambutnya.

"Kalau kakak?"

Minho tertawa pelan dengan suara yang lebih rendah dari suaranya beberapa tahun yang lalu.

"Profesi yang masih berkutat dengan tarian."

"Hm.. Hobi kakak tak pernah berubah."

Minho memutarkan bola matanya malas. Lalu kakinya menapak di tanah, sehingga gerakan ayunannya terhenti.

Tangannya meraih sekotak berisikan rokok yang sedari tadi ada di genggamannya. Saling bergesekan dengan tali ayunan, membuat sedikit bekas aus di permukaan kotaknya.

Tangannya yang dulu putih kini mulai sedikit menggelap seakan sering terpaparkan oleh sinar matahari.

"Kakak masih suka merokok?"

Minho hanya diam, tapi tangannya bergerak menyalakan api dengan korek api gas dan mengarahkannya ke ujung rokok yang sudah diapit oleh kedua bilah bibirnya.

Menarik nafas sebentar sebelum dihembuskan sehingga asap rokok keluar dari hidung dan mulutnya.

"Kakak tak pernah mau dibilangin. Rokok tuh bahaya kak, bisa mengancam hidup kakak."

Minho terkekeh menciptakan kepulan asap yang tersendat-sendat. Kekehannya terhenti ketika tangan Jisung terjulur untuk meraih rokoknya.

Tentu saja, Minho menghindar. Jisung sendiri terdiam dengan tangan yang masih berada di udara. Minho melirik Jisung dengan tatapan malasnya.

нєυ! | minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang