[16] Yearn For

555 43 1
                                    

[Yearn For - 1358 words]
!! Bisa dibaca sambil dengerin mulmednya.

Enjoy~!
._____________________________________.

Langit biru kini menggelap.

Matahari yang tertidur di kota tersebut bergantikan cahaya redup bulan dan bintang-bintang yang bertebaran berkelip senang di permukaan karpet hitam itu.

Suasana sepinya malam mendominasi dengan ditemani oleh suara dari jangkrik dan dahan-dahan pepohonan yang saling bergesekan diakibatkan oleh angin.

Di sana dirinya berjalan menyusuri jalanan yang sangat familiar dengannya.

Jalan setapak di samping danau yang terlihat biasa dengan cahaya remang-remang dari bulan.

Jalan yang sebenarnya menyimpan banyak kenangan.

Kenangan tentang masa lalunya bersama terkasih.

Tangan kirinya dimasukkan dalam saku parka sebelum duduk di salah satu bangku yang tersedia di pinggir setapak jalan.

Kepalanya ditolehkan ke arah bebatuan besar tepi danau.

Hanya melihat batu tersebut, mampu buat dirinya tersenyum. Teringat dengan kenangan lama yang selalu menemaninya selama delapan tahun ini.

Di batu tersebut merupakan tempat kesukaan yang terkasih. Duduk disana sambil membawa buku gambar dan pensil bermacam jenis di tangannya.

Sekelebatan ia bisa melihat bayangan masa lalunya. Dimana dirinya mengejutkan yang terkasih sampai hampir membuat laki-laki yang duduk di batu itu terjerembab masuk danau.

Laki-laki itu menatapnya kesal.
"Kau hampir menjatuhkan ku tahu!"

Bisa ia lihat dirinya yang tertawa melihat laki-laki itu tambah merengut kesal.

"Lagi apa?"

Ia masih ingat bagaimana setiap dirinya menanyakan pertanyaan itu, laki-laki itu selalu menyembunyikan buku gambarnya ke balik punggungnya dengan wajah yang memerah.

"Kok disembunyiin? Hayo kamu gambar apa?"

"Nggak gambar apa-apa."

Gerutuan kesal selanjutnya yang dilontarkan dari bibir itu masih teringat jelas di ingatannya. Suara itu sedikit tertekan dan nadanya menjadi naik satu oktaf.

Suara gerutuan yang cukup membuatnya terkekeh dan selalu mencari kesempatan untuk menjahili sosok pemilik hatinya.

"Hyung boleh lihat gambaranku kalau sudah selesai."

"Janji?"

"Janji."

Dirinya dan sosok itu mulai menyatukan jari kelingking dan telunjuk sebelum menempelkan ibu jari satu sama lain sebagai stempel janji.

Itu ingatannya tentang keduanya disaat mereka belum terikat.

Kini ingatannya kembali berlabuh ketika ekor matanya menangkap binatang sejenis serangga yang mengeluarkan cahaya di malam hari itu terbang melewatinya.

"Pernah tahu nggak kalau kunang-kunang punya pola spesifik untuk kerlipan cahaya mereka?"

нєυ! | minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang