{ mulmed-nya diputar ya }
Pagi ini disaat para siswa belum berdatangan, seorang pria berdiri didepan sebuah loker -lagi- untuk menuntaskan ritual tiap pagi dan tiap harinya, menaruh surat berwarna putih yang terlipat rapi dan sebuah permen coklat..
.
."Injun-ie kenapa?" tanya jaemin menyadari pria manis di sampingnya hanya termenung di depan lokernya "ah, tidak" ucapnya lalu menutup kembali lokernya
"Nana tidak ke kelas?" tanya Renjun, menyadari Jaemin yang tidak ikut berjalan dan hanya menatapnya
"injun-ie, apakah kau pernah mendapat surat?" tanya Jaemin mengikis jarak antar keduanya "surat? Surat seperti apa?" tanya Renjun dengan raut polosnya
"ng.. Seperti surat surat tentang perasaan? Atau yang semacamnya?"
"surat pernyataan cinta maksudmu?" Jaemin mengagguk "hmm, pernah mungkin, kenapa? Nana mendapatkannya?"
"y-ya, mungkin?" lanjut Jaemin "wah, siapa yang memberikannya? Apa ada inisialnya? Itu wajar sih, mengingat Nana terkenal di sekolah ini" ucap Renjun antusias
"apa kau tidak apa apa?" tanya Jaemin menimbulkan kerutan pada dahi mulus Renjun "maksudmu?"
"tidak, sudah lupakan" ucap Jaemin lalu berjalan mendahului Renjun, meninggalkan Renjun yang hanya menatap nanar punggung sahabatnya itu, Na Jaemin
'yang kau bicarakan surat dari ku, atau bukan Nana-ya?' batin Renjun
.
.
."Njuni, kau masih mendapatkannya?" tanya Haechan saat melihat Renjun mengunyah sebuah permen coklat "hu'um" Renjun mengagguk
"kau tidak penasaran siapa yang memberi mu surat dan coklat itu" tanya Haechan lagi "penasaran sih, tapi aku terlalu malas untuk mencari taunya, memangnya Echan tau?, aku bingung dari mana dia tau kalau aku sedang ingin permen coklat"
"kemarin kau di kasih gantungan moomin kan?" Renjun mengagguk cepat "dari mana Echan tau?"
Haechan mengalihkan pandangannya dari ponselnya "itu tidak penting, besok berangkat bersama ku" Renjun kembali mengangguk
Tak lama kelas hening, Yeri ssaem telah datang untuk mengajar
.
.
."Jeno-ya apa dia tidak menerima surat ku? Rasanya aku ingin gila menunggunya membalas surat itu" yang diajak berbicara hanya mendengus
"Jaemin, aku sudah mengatakannya, kenapa kau tidak bicara saja dengannya, sudah aku katakan juga surat bukanlah media yang bagus untuk mengungkapkan perasaan" Jeno kembali membaca bukunya
Jaemin hanya bisa membuang nafasnya kasar berulang kali
"nafas mu mengganggu ku, lebih baik kau belajar, kita ada ulangam dengan lucas ssaem setelah ini" tegur Jeno tanpa mengahlihkan pandangannya
berbicara dengan Jeno bukanlah hal bagus, namun kenapa Jaemin masih berteman dengan Jeno? Jaemin pun tidak tahu
.
.
.
."injun-ie" yang dipanggil menoleh, menemukan orang tersebut tengah tersenyum lebar
"lho Nana belum pulang?" tanya Renjun "belum aku menunggumu, ayo pulang bersama" anggukan sebagai jawaban...
"Na.. Dua hari lalu aku mengirimkan surat ke seseorang tapi dia tidak membalasnya, wajar tidak kalau Injun gak ngasih surat lagi ke dia" ucap Renjun membuka pembicaraan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Anae (?) ¦ Jaemren ¦
Fanfiction{ Anae; panggilan sayang untuk pasangan kekasih } Jaemren (ノ*>∀