ih julit banget, kaya uke

690 105 3
                                    

Sudah lebih dua bulan kelas offline berlangsung, sudah dua bulan juga Jaemin berada dikelas yang sama dengan Renjun dan hampir satu bulan juga presepsi Jaemin tentang simungil mulai berubah

Ternyata Renjun tidak semenyebalkan yang dipikirkannya, bahkan selama satu bulan ini Jaemin sangat jarang melihat Renjun tertawa bebas atau bertingkah menyebalkan seperti saat itu

Yang Jaemin lihat, Renjun hanya benar benar melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas-lagi, belajar, dan hanya beberapa kali terlihat sedang bercandan dengan Yangyang dan lucas ataupun Koeun teman sekelasnya

"Ren, dipanggil bu Irene diruang guru" ucap Jaemin seraya mengetuk meja Renjun pelan, membuat siempu mendongak kan kepalanya dari buku bukunya "oh.. makasih udah ngasih tau" balas Renjun tersenyum kecil seperti biasa-yang dibalas senyuman cerah Jaemin, lalu menutup bukunya dan keluar dari kelas yang sedang jam kosong, ah satu lagi Renjun ternyata sangat ramah

Kan benar, Renjun tidak semenyebalkan saat pertama kenal pikir Jaemin, kembali duduk pada kursinya yang berada di belakang kursi Renjun-akibat roling chair bulan lalu.

"Mungkin ini terlalu mengurusi, tapi gua penasaran banget" Yangyang yang ntah dari mana tiba tiba sudah duduk disebelahnya membuka pembicaraan "akhir akhir ini gua liat, lu sering merhatiin Renjun, kenapa?"

"Memerhatikan teman juga harus punya alasan? bukannya itu wajar? Lagian bukan akhir akhir ini aja gua merhatiin Renjun, tapi udah dari satu bulan yang lalu" balas Jaemin

"tapi perhatian lu kaya beda Jaem" balas Yangyang membuat Jaemin kembali menolehkan perhatiannya pada lawan bicara "yaudah deh, gitu aja" lanjut Yangyang sebelum Jaemin membalas perkataannya lalu berjalan keluar kelas

...

Jaemin masih saja betah berdiri memerhatikan objek yang sekarang sedang duduk di halte bus dengan earphone di telinganya, merasa lelah dengan santai Jaemin kini melangkahkan kakinya dan duduk di sebelah Renjun-objek tatapan Jaemin sendari tadi

Merasa kehadirannya tidak dianggap, Jaemin dengan berani mengulurkan tangannya mencabut sebelah earphone Renjun dan menyumpalnya pada telinga kanannya, Renjun tersentak kaget dengan cepat menolehkan kepalanya dan bertemu dengan tampak samping wajah Jaemin

"kok gak ada suaranya?" Seolah memperparah keadaan, Jaemin ikut ikutan menolehkan kepalanya menghadap Renjun, membuat jarak antar muka keduanya sangat minim, "karena gak terhubung" balas Renjun yang belum menjauhkan wajahnya, Jaemin mengerjap dengan cepat menjauhkan wajahnya

"H-ha? Hah?"

"Karena earphonenya gak terhubung ke ponsel gua" Renjun menunjukan ujung earphonenya ke arah Jaemin "kalau mau ada suaranya earphonenya harus terhubung dulu ke ponsel" lanjut Renjun lagi, memasukan ujung earphonenya ke ponsel lalu menekan icon bergambar nada di ponselnya tak lama terdengar sebuah lagu mengalun dari dua ujung aerphone lainnya

"Gua-kan gak tau kalau ini gak terhubung" balas Jaemin dengan menunjukan ujung earphone yang dipegangnya setelah kesadarannya kembali, Renjun tertawa samar "lagian main cabut aja" mengambil earphone ditangan Jaemin lalu memasangkannya ditelinga pemuda jangkung disampingnya, tersenyum kecil

"Lu juga kenapa pakai earphone tapi gak ada lagunya" tanya Jaemin. Lagi Jaemin menyadari kalau Renjun orang yang mudah tersenyum juga sekaligus menghilangkan senyuman itu

"Biar gak ada yang ganggu, karena orang pasti mikir kalau gua lagi sibuk sendiri sama lagu di earphone, tapi kayanya kecuali lu yang tiba tiba datang dan ngambil earphone gua" balas Renjun kembali menarik bibirnya untuk tersenyum, benarkan, Jaemin benar, secepat itu Renjun mengubah ekspresinya

Keduanya diam, kembali memfokuskan diri pada music ditelinga mereka, Renjun bersenandung kecil diikuti kaki Jaemin yang bergetar mengikuti alunan lagu yang sebenarnya tidak sinkron ketukan lagu dengan getarannya

"Gak pulang?" Renjun bertanya setelah berberapa menit dihabiskan hanya untuk mendengarkan music yang silih berganti "gua bisa nanya pertanyaan yang sama lho" balas Jaemin

Renjun tersenyum seraya menggeleng samar. "gua gak nyangka bisa kenal lu gara gara google meeting" Jaemin membuka suara lagi, menatap lawan bicaranya tepat pada manik kembarnya "kayanya firts impretion gua di lu buruk banget ya?" Tanya Jaemin "iya buruk banget, tukang ganggu, gak serius, meremehkan kata belajar--"

"Stop, nanti kesannya buruk banget gua dimata lu" potong Jaemin, Renjun kembali tertawa kecil "nggak kok, itukan dulu" balas Renjun "lagian gua tau lu kena dare dari Mark"

"Trus sekarang impretion lu buat gua apa?" Tanya Jaemin, Renjun memandang Jaemin dari atas ke bawah lalu kembali pada mata Jaemin "Temen baik yang jadi wakil gua dikelas?" Ucap Renjun tak yakin, menaikan bahunya

Teman yaa, batin Jaemin

"Trus impretion lu ke gua apa Jaem?" Tanya Renjun penasaran, menumpahkan perhatiannya sepenuhnya ke arah Jaemin, Jaemin tampak berfikir sesaat

"Istimewa. Lu istimewa, lu sibuk tapi masih bisa ngurusin teman teman sekelas, lu butuh belajar tapi masih bisa ngajarin yang lain, lu ceria, ya walau kadang nutupin perasaan asli lu, lu juga bisa bikin orang nyaman sama lu, termasuk gua" balas Jaemin

Renjun menatap Jaemin, masih belum mengedipkan matanya "dalem banget kata kata lu seakan lu tau gua lebih" ujar Renjun tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke jalanan di depan, sudah hampir satu jam mereka hanya duduk di halte melewatkan setidaknya tiga bus yang berhenti

"Kayanya gua paham maksud Yangyang" kata Jaemin tersenyum cerah, bus ke-empat datang sesaat sebelum mulut Renjun dapat membalas "searahkan?" Tidak menunggu jawaban Renjun Jaemin telah menarik tangan Renjun, menggenggam tangan yang lebih mungil dan terasa pas di genggamannya itu -mengabaikan debaran jantung masing masing yang berdetak seakan ingin meledak.

Jaemin berjalan duluan memasuki bus dan membayar untuk dua orang, melewatkan pemandangan semburat merah yang sempat hadir dipipi mulus Renjun.

Anae (?)  ¦ Jaemren ¦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang