Chapter 3

6 2 0
                                    

Afnan mencomot cemilan dengan tangan kanannya, dan yang sebelah lagi sibuk memegang stik PS. Saat ini Afnan dan teman se-genk nya sedang berkumpul di rumah Adit, tempat yang biasa untuk berkumpul.

Beda dengan Afnan dan Adit yang sibuk bermain PS, Indra sibuk dengan buku ceritanya dan Raihan sibuk dengan ponselnya paling-paling bermain game online mumpung dapet wifi gratis.

"Maju Dit! Betah amat lu dibelakang." Afnan berseru heboh saat pemain pilihannya terancam kalah.

"Sabar buset! Butuh strategi mainnya juga."

Afnan berdecak saat dia kalah, melempar stik PS nya lalu merebahkan badannya di karpet berbulu yang ada di kamar Adit.

"Halah strategi apaan ujung-ujungnya malah bikin orang kalah! Noob dasar!" Afnan mendorong bahu Adit yang tengah meratapi nasib pemainnya yang ikutan kalah.

Raihan yang mendengar itu terbahak, "Ahahaha baru tahu lu kalau si Adit itu noob?" tanya Raihan yang dibalas hantaman bantal dari Adit.

"Kemarin balik nongkrong, gua ketemu Vira." Indra yang sedari tadi tak bersuara akhirnya mengutarakan yang ada di pikirannya.

"Wah serius lu? Dimana?" Adit menjawab cepat.

"Di supermarket, dia kenapa bisa selucu itu ya? Padahal kan dia cuma pakai hoodie oversize sama celana pendek, tapi kesan cute nya tuh masih ada." Indra mengencangkan suaranya, agar Afnan bisa ikut mendengar juga. Niatnya ingin memanas-manasi tapi sepertinya tak ada pergerakan dari anak yang disindir.

"Yah padahal gua juga pengen lihat si Vira." ungkap Adit tanpa sadar menepak kepala Raihan yang ada di sebelahnya.

Raihan meringis merasakan nyeri di kepalanya, "Duh anjir sakit!" Raihan balas menepak kepala Adit.

"Ohh berani sama gua lu ya?!" Adit berseru baru saja tangannya ingin hinggap diatas kepala Raihan tapi suara Indra menghentikannya.

"Percuma gua ngomong kenceng-kenceng, yang disindir aja molor. Ck, nggak guna!" gumam Indra sambil melanjutkan acara membacanya.

Adit yang melihat itu, menoleh menatap Raihan. Seolah berbicara lewat tatapan mata, mereka saling melirik dan diakhiri gelengan kepala dari Raihan.

"Ih najis lirik-lirik! Punya mulut apa gunanya coba." Adit menggerutu dan ikut merebahkan badannya. Berdebat bisa membuatnya ngantuk juga.

***

"Bell, udah dong! Kamu tuh kalau dikasih makanan nggak berhenti-berhenti, ngunyah terus." Vira mendengus dan merebut cemilan yang ada di pangkuan Bella.

"Kan kemarin lu yang nawarin kalau mau kasih gua apa aja."

"Ya tapikan nggak harus dihabisin juga. Ini mah yang dipegang udah habis lari lagi buat ngambil yang baru." Vira terus saja mendumal, Bella yang mendengar itu menghela nafasnya malas.

"Tante Riana kapan berangkat?" tanya Bella. Dia datang saat rumah sudah sepi, hanya ada Bi Sari yang tengah membersihkan meja ruang tamu.

"Belum lama, mungkin sekitar satu jam sebelum kamu datang." jawab Vira selagi mulutnya sibuk dengan makanan sedangkan matanya sibuk dengan film.

"Pasti lu kesepian ya? Sering banget ditinggal sendirian." Bella memandang Vira dengan sedih, dia sendiri yang selalu diajak Vira untuk kerumahnya disaat kedua orang tua Vira pergi ke luar kota.

"Nggak, ada yang nemenin aku juga. Ada Bi Sari, Mang Adi, Pak Ucup, sama kamu kan yang temenin aku disini." Vira masih fokus pada film yang ditontonnya , tidak begitu peduli pada mulut Bella yang terus saja mengoceh tak jelas. Film yang menceritakan tentang seorang aktor yang memiliki anti-fan wanita. Wanita itu sangat membenci aktor tersebut, tapi siap sangka wanita itu malah dijadikan sebagai asisten aktor tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"𝓜𝓮𝓪𝓷𝓲𝓷𝓰𝓵𝓮𝓼𝓼"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang