1. Find

485 68 5
                                    

Holla apa kabar Buciners? Acha datang lagi nih bawa work baru! Jangan lupa vote dan komen yaa!!!
Part awal Acha kasih langsung cameo pertama kita!!!
Sorijieloooo!!!!!

Boleh sambil dengerin lagu Lauv ft Jungkook dan Jimin, yang judulnya Who.



-----

Wanita itu berjalan pincang, langkahnya terseok, tampilannya sangat menyedihkan. Gaun panjang berwarna marun itu terlihat sobek dibagian tangan kiri sehingga menampilkan bahu mulusnya. Sebelah tangan dipakai untuk menutupi bahu yang terbuka, satu lagi digunakan untuk menjinjing high heels. Pandangannya liar, sesekali menoleh ke belakang, seperti seorang yang ketakutan. Merasa aman, ia terduduk di trotoar jalan yang sepi, angin malam menerpa menggoyangkan gaun dan rambutnya. Mencoba memeluk diri, berharap bisa menyalurkan kehangatan. Tubuhnya bergetar, air matanya mengalir, ia menangis.

"Aku harap kau selamat," rapalnya dengan bibir bergetar.

Dari kejauhan terlihat sorot lampu mobil, wanita itu berdiri mencoba menghentikan mobil yang sedang melaju itu. Namun nihil, mobil tak berhenti. Ia kembali terduduk seraya terisak, menunduk dan terus merapalkan kalimat yang sama berulang-ulang hingga sebuah jas menyelimuti bahunya. Ia mendongak, takut jika orang yang ia hindari menemukannya. Namun yang ia dapatkan adalah seorang pria menatapnya dengan tatapan dingin, tampilan pria itu terlihat rapi, kemeja putih dengan dasi bergaris. Celana kain rapi dengan sepatu pentofel yang terlihat mahal. Tak ada yang pria itu lakukan selain menyimpan kedua tangannya di saku celana dengan mata terus menatap dirinya.

Wanita itu mencari sesuatu, mobil, ya mobil itu mobil yang ia cegah tadi. Senyuman terbit di bibirnya yang pucat dan sedikit darah di sudutnya.
"Kau, penyelamatku," ucapnya parau.

Pria itu menaikan sebelah alisnya. Mencerna ucapan yang keluar dari bibir wanita itu. Tatapannya masih sama, dingin dan sepertinya ia irit bicara.

"Bolehkah aku ikut denganmu? Kau bisa menggunakanku kapanpun kau mau, aku benar-benar butuh bantuanmu, selamatkan aku, tolong!" ucap wanita itu lagi seraya memegang kaki pria tampan itu. Tak peduli disangka jika ia jalang sekalipun, yang diinginkannya hanya ia ingin hidup dan pergi dari tempat itu. Menyerahkan diri cara yang ia pilih kali ini, tak peduli jika ia kembali jatuh pada lubang yang sama.
Seringaian terbit dari bibir pria itu, tangannya terulur yang segera digenggam oleh wanita itu. Tubuh wanita itu ia bawa dalam dekapannya, dada bidangnya kini menjadi sandaran nyaman bagi wanita itu, harum maskulin tercium sangat memabukkan. Pintu mobil terbuka, ia membantu untuk wanita itu masuk dan duduk dengan nyaman. Setelahnya ia berlari kecil ke arah samping lain untuk duduk di kursi kemudi, lalu ia memacu mobil dengan cepat.

Suasana di dalam mobil, terasa hangat dan harum minyak bayi. Wanita itu tersenyum, baru kali ini ia merasakan ketenangan dan kenyamanan. Memejamkan mata adalah hal yang ia inginkan sekarang. Namun melihat pria di sampingnya mengemudi, ia urungkan niatnya dan malah menatap pria berahang tegas dan bermata bulat itu.

"Siapa namamu?" tanyanya, kini suaranya terdengar normal kembali.

"Jungkook," jawab pria itu tanpa menoleh sedikitpun.

"Aku Jieun, Lee Jieun. Aku pikir kau lebih muda dariku, jadi kau bisa memanggilku Noona," kata wanita yang bernama Lee Jieun itu dengan senyuman tulus.

"Hmm," kata Jungkook kembali. Lalu hening, hanya suara deru mesin mobil yang terdengar. Jieun mencoba untuk memejamkan matanya namun mobil berhenti membuatnya kembali mengurungkan niatnya.
Jungkook keluar dari mobil, lalu pria itu membuka pintu samping dan memapah Jieun turun. Sebuah bangunan bertingkat dan tampak megah berada di hadapan Jieun kini. Deretan mobil mewah berbaris di tempat yang ia pijaki. Tubuhnya berjalan dengan bantuan Jungkook menuju masuk ke dalam dan menuju sebuah lift. Suasana gedung itu terlihat sepi, hanya sebuah meja yang dijaga oleh dua orang staff, meja resepsionis. Jungkook berjalan dengan Jieun didekapannya, menuju lift dan membawa mereka ke lantai 14. Lorong terlihat sepi, yang terdengar hanya langkah kaki mereka. Mata Jieun menoleh pada jam dinding besar yang terpampang, sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Berhenti disebuah pintu di pertengahan lorong, Jungkook memencet bell beberapa kali dan terbukalah pintu menampilkan pria bersurai blonde memakai jubah tidur. Tampilannya rapi dan elegan. Sebelah alis terangkat, menatap Jungkook dan Jieun bergantian.

"Masuk!" ucapnya membiarkan pintu terbuka lebar.

Jungkook dan Jieun masuk ke dalam. Jieun tertegun melihat dalam apartemen yang luas dan rapi. Ruang tamu menyambut mereka, sofa berwarna marun melambai ingin diduduki, sudut bibir Jieun tersenyum. Kali ini, mungkin ia tak salah memilih orang.

Jieun duduk di samping Jungkook, pria itu bersandar dengan nyaman, seakan tak peduli tatapan pria yang tak kalah tampan yang kini berada di hadapan mereka.

"Jadi, apa aku melewatkan sesuatu?" tanya pria itu seraya menatap Jungkook, namun seperdetik kemudian tatapannya tertuju pada Jieun. Menatap dari atas sampai bawah.

"Kau bermain dengan jalang?" tanya pria itu lagi, tak peduli jika ucapannya menyakiti Jieun yang tersenyum pedih.

Jungkook menoleh pada Jieun yang sedang tertunduk saat pria di hadapannya mengucapkan kata jalang, mungkinkah benar jika wanita di sampingnya itu seorang jalang?

"Aku tak tahu, Hyung. Aku menemukannya di jalan," balas Jungkook menatap kembali lawan bicaranya.

"Seriously?" tanya pria itu tak mengerti, mata sipitnya melotot karena ucapan Jungkook.
"Kau memungutnya dari jalan? Bagaimana bisa? Bagaimana jika dia berbahaya?" ucapnya lagi seraya menunjuk Jieun.

"A-aku tak tahu, tapi aku kasian padanya," jawab Jungkook, hati Jieun sedikit menghangat saat mendengarnya.

"Lalu, kau bawa kemari? Untuk apa?" tanya pria itu seraya mengibaskan rambutnya ke belakang, menampakan jidat yang begitu memukau, bisa dikatakan jika pria ini terlihat sexy sekali.

"Aku tak mungkin membawanya ke apartemenku, bagaimana jika Seokjin Hyung tahu, bisa habis aku dimarahi," jawab Jungkook berdecak kesal.

"Lalu kau membawanya kemari?" tanya pria itu kini tatapannya meneduh, ia mengerti apa yang dirasakan adiknya itu.

"Yeah, aku akan menitipkannya di sini, besok aku kembali," kata Jungkook pula. Jieun tersenyum samar, pria di sampingnya begitu baik, meski kini ia dititipkan layaknya barang.

"Sayang---"

Suara itu dari arah kamar dan muncullah seorang perempuan berpenampilan sama, memakai jubah tidur.
"Kau bisa pergi!" ucap pria itu sangat datar dan dingin.
Terdengar decakan dari bibir wanita itu lalu berbalik menuju kamar, tak kunjung lama ia kembali lengkap dengan pakaian yang terlihat seksi, berjalan melewati ketiganya ke arah pintu keluar dengan tatapan menyalang pada Jieun.
Terdengar suara pintu dibanting begitu keras membuat pria itu terkekeh.

"Mianhae, aku mengganggumu," ucap Jungkook sadar situasi.

"Ne, gwenchana. Jadi apa yang harus aku lakukan?" tanya pria itu.

"Pinjami dia bajumu, biarkan dia istirahat, aku akan pulang dan kembali besok siang!" jawab Jungkook seraya bangkit dan menepuk celananya.
"Anggap saja rumahmu, dia Hyungku," lanjutnya pada Jieun yang hanya dibalas dengan anggukkan.

Langkah kaki yang lebar itu menuju arah pintu, membukanya lalu pergi meninggalkan Jieun dan pria asing yang kini terus menatapnya.
"Jadi, apa kau mengenal adikku?" tanya pria itu seraya menatap wajah Jieun dengan senyuman manis.

"Tidak. Aku meminta tolong padanya tadi," jawab Jieun.

"Apa aku pernah mengenalmu?" tanya pria itu lagi, tatapannya begitu seduktif.

"Aku rasa, tidak," jawab Jieun terdengar ragu, takut jika pria di hadapannya ini pernah kencan dengannya.

"Baiklah, perkenalkan, namaku Park Jimin." ucap pria itu dengan senyuman yang membuat siapa saja langsung jatuh hati. Senyuman yang membuat eyesmile nya terwujud jelas. Membuat Jieun ikut tersenyum karenanya.

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang