Jieun berjalan menyusuri trotoar pagi itu. Belum terlihat ramai orang-orang di pagi hari ini. Keadaan kota Seoul masih terbilang sepi. Jieun merekatkan mantel yang ia pakai. Cuaca dingin memang sedang melanda kota ini, mengharuskan siapa saja memakai baju panjang dan tebal.
Sampai di sebuah cafe, Jieun masuk ke dalam tanpa harus mengetuk pintu terlebih dahulu. Cafe yang masih terlihat sepi dan tak ada satu orang pun di dalam. Jieun tersenyum sendiri dan duduk di kursi pojok, menopang dagunya dan senyumnya semakin lebar saat seorang pria menghampirinya.
"Bagaimana keadaanmu Jieun-ssi?" tanya pria itu dengan suara berat dan senyuman yang mempesona.
Pria itu datang dari dalam cafe, membawakan dua cangkir kopi untuk mereka berdua. Dandanannya terlihat rapi, mungkinkah pria itu pemilik cafe ini?
"Aku baik, hanya saja, aku butuh bantuanmu saat ini, Namjoon-ssi," jawab Jieun seraya mengeluarkan sebuah amplop dengan ketebalan yang cukup tebal.
"Apa kau tak bisa memberikannya sendiri?" tanya pria bernama Namjoon itu.
"Mianhae, aku tak bisa pergi sendiri," jawab Jieun menunduk lesu.
"Gwenchana, tapi pastikan dirimu baik-baik saja kali ini, jangan buat aku khawatir, Noona," kata Namjoon tersenyum tipis.
"Ne, gomawo, Namjoon-ah," ucap Jieun dibalas anggukkan oleh Namjoon. Jieun bangkit dari duduknya.
"Aku harus kembali, aku titip dia padamu, kabari aku jika terjadi sesuatu," katanya."Ne, pasti aku akan memberitahumu," jawab Namjoon lalu mengantar Jieun sampai pintu keluar.
Jieun berjalan tergesa, mampir ke minimarket membeli apapun untuk alasannya keluar dari apartemen pagi ini. Pastinya pria Park itu kini telah menunggunya dengan beberapa pertanyaan yang akan dilontarkan saat Jieun tiba nanti. Selesai berbelanja, Jieun masuk ke dalam taxi dan kembali ke apartemen.
Benar saja, Jimin sudah duduk santai bersama laptop di pangkuannya dan secangkir kopi di atas meja. Ia melirik pada Jieun yang baru saja sampai dan berdiri di sampingnya.
"Dari mana?" tanya Jimin menelisik Jieun dari atas hingga bawah.
"Aku baru kembali dari minimarket. Ada yang ingin aku makan pagi ini," jawab Jieun.
"Kau beli apa?" tanya Jimin lagi melihat barang bawaan Jieun yang tak jauh isinya dari roti, susu dan keju.
"Bahkan di kulkasku semua ini ada. Kenapa kau membelinya?" tanya Jimin lagi membuat Jieun kikuk."Um aku tak tahu jika kau menyimpan semua makanan ini," kata Jieun berusaha senetral mungkin.
"Yah, sudahlah. Sebentar lagi Jungkook datang, sebaiknya kau bersihkan dirimu lalu dandan yang cantik. Anak itu akan membawa kau sarapan bersama," kata Jimin.
"Arraseo, aku masuk dulu," kata Jieun lalu segera masuk ke dalam kamar untuk bersiap.
Tak kunjung lama, Jungkook telah tiba. Memakai stelan jas yang sangat rapi dengan warna senada. Rambutnya yang hitam disisir ke belakang menampilkan dahinya yang membuat siapapun terpukau.
Ia berjalan masuk dan duduk di hadapan Jimin."Baru saja Jieun-ssi masuk ke kamarnya, ia sedang bersiap," kata Jimin menyimpan laptopnya.
"Hmm kau sudah bicara padanya?" tanya Jungkook.
"Aku hanya bilang jika kau akan mengajaknya sarapan pagi ini," jawab Jimin menyesap kopinya yang tinggal setengah.
"Hhhh ini rumit!" keluh Jungkook menengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit-langit seperti sedang mencari sesuatu di atas sana.
"Tenanglah, ini hanya sebentar. Aku tahu ayahmu tak akan serius dengan urusan ini," ucap Jimin lagi.
"Tapi, Hyung. Kau tahu sendiri, aku tak mahir menggoda wanita, apalagi menjadikannya calon istri. Sangat jauh dari pikiranku!" kata Jungkook kini ia mengusak rambutnya begitu frustasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You?
RomanceWanita itu memakai topeng sempurna. Setiap kali berganti pasangan hanya untuk mendapatkan uang. Tak pernah bermain dengan perasaan, namun ia harus terjerat pada cinta 3 pria yang ia kencani. 3 pria yang bersahabat, sama-sama tampan, kaya dan pintar...