Firasat

64 3 1
                                    

Sebulan sebelum pernikahan dihelat, Pak Sastro menggelar acara ruwatan untuk putri semata wayangnya. Hal ini dilakukan karena Sari anak tunggal atau biasa disebut "ontang anting". Hadir pula keluarga Gino di acara tersebut. Ngiras pantes di acara tersebut Pak Sastro mengundang keluarga besannya untuk hadir di acara Kumbokarnan yang akan dihelat seminggu sebelum hari H pernikahan.

Di acara Kumbokarnan itu akan dibentuk panitia kecil dan beberapa paraga yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap jalannya acara. Sekitar jam 11 acara Kumbokarnan baru selesai. Keluarga Gino minta ijin pulang ke Sragen, sementara Gino memutuskan untuk menginap di Klaten.

Pak Sastro masih nampak murung meski tadi berada di keramaian acara Kumbokarnan Sari. Gino yang baru kali itu menginap juga tidak dapat memejamkan mata. Entah kenapa suara burung hantu bersahut sahutan di atas atap rumah Sari.

Sementara Sari sendiri juga terlihat gelisah. Udara tiba - tiba berubah menjadi sedingin es, entah mengapa rasa kantuk melanda dengan hebatnya. Segera Sari masuk kamar dan terlelap. Dalam lelap tidurnya, Sari mengalami mimpi buruk. Ada seekor ular bermahkota yang mengejarnya. Sari yang ketakutan berusaha lari. Ular itu tetap mengejarnya dan hendak melilit tubuhnya. Di tengah kekalutan, muncullah seorang wanita tua yang menolongnya.

"Lepaskan anak itu, bukan dia yang harus kau tuju. Pergilah!" teriak wanita itu.

Perlahan ular itu meninggalkan mereka berdua. Sekarang hanya ada Sari dan wanita itu. Sari tidak mengenalnya, wanita itu sepertinya sangat mengenal Sari. Betapa kagetnya Sari saat wanita tua itu menghardiknya.

"Batalkan pernikahan kalian! Atau salah satu dari kalian akan celaka!"

Sari makin bingung, belum sempat ia bertanya alasannya, wanita tua itu memghilang. Sari berusaha mengejar tapi malah jatuh ke dalam lubang yang sangat besar. Ia merasa gigi rahang atasnya terlepas semua. Sari menangis sejadi jadinya sambil memegang mulutnya yang berlumuran darah. Malam itu Sari terbangun dan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.

🍂🍂🍂

Pagi harinya, Sari segera bergegas menemui Pak Sastro dan menceritakan mimpi aneh semalam. Pak Sastro seolah - olah tidak mau tahu dengan mimpi Sari. Hal ini hanya untuk menghilangkan kecemasan dalam hatinya. Namun tanpa sepengetahuan Sari, bapaknya mencoba merangkai kembali apa yang diucapkan anaknya pagi ini.

Bahkan Pak Sastro sempat berpikir, "mungkinkah wanita yang ditemui Sari itu adalah Ibu Sepuh, si penari ronggeng kenamaan itu? Dan ular itu? Apakah ular yang sama dengan yang dilihat istrinya saat mereka bertapa di kali tempur kala itu?"

Berjuta tanya dalam hati Pak Sastro sepeninggal Sari dari hadapannya. Dan perihal gigi rahang atas yang tanggal itu? Siapakah yang akan berpulang atau meninggal dunia dalam keluarga mereka?

Pak Sastro lebih memilih menyendiri dan semaki  khusuk dalam sholatnya. Dia sudah memasrahkan semua kepada Gusti Allah Sang Pemberi Hidup. Mungkin hanya dengan berpasrahlah akan sedikit mengurangi rasa cemas di hatinya.

🍂🍂🍂

Sari sedikit kecewa dengan sikap ayahnya perihal tanggapan atas mimpinya. Sari masih termangu sendirian, hingga akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada Mbok Karso. Perempuan tua yang sudah setengah abad mengabdi di keluarga Sari.

"Mbok semalam Sari bermimpi, seluruh gigi rahang Sari copot semua," ucap Sari sedih.

"Astaghfirullah, Nduk, mimpi kok yo aneh - aneh wae, lho. Udah nggak usah dipikirin. Mimpi itu bisa jadi kembange wong turu, Nduk," jawab Mbok Karso menenangkan.

Beribu pertanyaan berkecamuk di pikiran Sari, hingga tanpa sadar bulir bening mengalir deras di kelopak matanya.

"Lho kok malah nangis to. Sekarang lebih baik Den Ayu itu berdo'a kepada Gusti Allah semoga tidak terjadi apa-apa," ucap Mbok Karso lagi.

Saking asiknya melamun, Sari sampai tidak mendengar saat Gino berpamitan hendak pulang ke Sragen. Gino sendiri pasca kepulangannya dari Klaten segera menemui Pak Joko.

"Bagaimana ini, Pak? Semalam pas saya di belakang sama Dek Sari, Pak Sastro bilang kalau beliau kurang setuju dengan bulan tersebut," ucap Gino.

"Kalau menurut bapak semua hari itu baik, Le. Tidak ada hari yang jelek di mata Allah. Asal kita mengucap Bismillah, Insha Allah tidak terjadi apa - apa," jawab Pak Joko.

Tanpa menjawab bapaknya, Gino segera berlalu. Jujur dirinya sedikit terpengaruh dengan ucapan Pak Sastro.  Lain Sari, lain pula Mas Yono. Mas Yono, kakak ipar Gino, bermimpi kalau seluruh anggota keluarga terseret gelombang dan tenggelam. Tidak ada yang selamat kecuali dia dan anak istrinya. Lagi - lagi saat  Mas Yono menyampaikan perihal mimpinya ke mertuanya, kembali Pak Joko tidak percaya adanya firasat.

Sudah kepalang tanggung. Acara pernikahan harus tetap dilaksanakan. Mengingat omongan tetangga yang sering melihat Sari bermalam di rumah Gino. Mereka takut itu akan membuat rusaknya marwah Sari.

***

Bersambung

Firasat apa lagi yang akan terjadi?

Rombongan Pengantin GaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang