Pasca penolakan keluarganya dan kekecewaan atas sikap Yusuf, Sari mundur teratur dan berusaha melupakan cintanya kepada Yusuf. Sari memulai kesibukannya dengan kursus menjahit. Perlahan namun pasti, Sari sudah mupus segala keinginannya untuk membina mahligai rumah tangga bersama Yusuf.
Sari, seorang kembang desa yang cantik rupawan, putri semata wayang seorang tuan tanah yang kaya raya bernama Sastro Dikromo. Meskipun Sari punya saudara Bagas dan Bagus, anak pupon kedua orang tuanya, Sari tidak pernah tinggi hati dan tetap menyayangi saudara angkatnya itu.
Ternyata, bukan hal yang mudah untuk melupakan Yusuf. Pemuda santun yang bagus ilmu agamanya, yang pada akhirnya tidak berjodoh dengannya. Cinta mereka terhalang restu orang tua, hingga akhirnya, di tengah perjalanan Sari bertemu dengan Sugino. Lelaki yang telah jatuh hati sejak pandangan pertama.
Sugino adalah pemuda desa yang santun, berasal dari sebuab desa kecil di Sragen. Putra juragan beras yang kental agamanya. Dia dan keluarganya tidak pernah percaya takhayul dan agak mengesampingkan tradisi. Gino percaya bahwa kekuasaan Gusti Allah itu mutlak dari apapun yang ada di muka bumi ini.
Keluarga Gino sangat bertolak belakang dengan keluarga Sari. Kalau Pak Sastro nguri uri kabudayan Jawa yang adiluhung, berbeda dengan Pak Joko Santosa, ayah kandung Gino. Pak Joko percaya bahwa semua hari itu baik.
Awal perkenalan Sari dan Gino cukup unik. Mereka bertemu di Pasar Klewer saat Sari dimintai tolong ibunya untuk belanja keperluan "mitoni" kakak sepupunya.
"Buk, ini berapa harganya?" tanya Sari begitu melihat kain jarik yang bagus untuk acara mitoni.
"Woalah ... itu harganya murah kok Nduk, tujuh puluh lima ribu wae," jawab si Ibu penjual kain.
Tanpa menawar Sari langsung meminta penjual untuk membungkus kain itu. Saat Sari hendak membayar dan mengeluarkan dompetnya, tiba - tiba ada seorang pria merebut dan membawa lari dompetnya. Spontan Sari berteriak dan mengejarnya.
"Jambreeeet! Jambreeet ...!"
Tanpa sengaja dia menabrak seorang lelaki di depannya. Sari sempat marah ke lelaki itu karena telah menghalangi langkahnya mengejar jambret tadi.
"Mas kalau jalan pake mata, dong!" teriaknya.
"Eh, Mbak, saya jalan juga sudah pake mata. Mbaknya tuh yang jalan pake mulut," jawabnya sengit.
Mereka terlibat adu mulut, sampai akhirnya Sari menangis. Demi melihat perempuan di depannya menangis, hati lelaki itu menjadi iba. Ya, lelaki itu adalah Gino. Akhirnya, Gino menawari Sari bantuan setelah mendengar cerita yang sebenarnya. Dia kasian melihat Sari yang tidak berani pulang karena uang 5 juta yang diberikan oleh ibunya raib diambil jambret.
Mau tidak mau, Sari menerima tawaran Gino dan berjanji akan segera mengembalikan uang itu sesampainya nanti di rumah. Sari juga menerima tawaran Gino untuk mengantarkannya pulang ke Klaten.
Semenjak kejadian itu, hubungan mereka semakin intens. Hingga tiba saatnya Gino menyatakan niatnya untuk melamar Sari.
🌺🌺🌺
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Keluarga Gino datang dari Sragen. Tampak Pak Joko dan istrinya tersenyum saat mobil yang mereka naiki memasuki pelataran rumah Sari. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau calon besan mereka ternyata orang yang terpandang di kampungnya.
Ada sedikit rasa minder di hati mereka, apa dikata kalau sudah jodohnya mau apalagi?
"Kulo nuwun," ucap Pak Joko saat memasuki teras rumah Sari
"Monggo lho Kangmas, pinarak," ucap Pak Sastro menyambut calon besannya.
Setelah dipersilakan duduk, segera Pak Joko mengutarakan maksud kedatangannya ke Klaten, tak lain untuk melamar Sari untuk anaknya Gino. Pak Sastro sedikit terkejut sekaligus bahagia, berarti Sari sudah melupakan Yusuf. Akhirnya, dipanggillah Sari untuk ditanyai kesiapannya untuk dipersunting Gino. Dengan tersipu malu, Sari hanya sanggup mengangguk.
Namun ada beberapa syarat yang diminta Pak Sastro kepada besannya itu. Mengingat Sari anak semata wayang mereka, meskipun ada Bagas dan Bagus, maka sebelum hari H pernikahan perlu diadakan prosesi ruwatan. Dimaksudkan untuk menghilangkan sengkala.
Ada beberapa uborampe yang harus mereka bawa saat prosesi pernikahan besok. Dan semuanya disetujui oleh Pak Joko. Hingga tibalah saat penentuan tanggal, hari dan bulan pernikahan. Sebagai pihak perempuan, keluarga Sari hanya menerima tanggal yang diajukan oleh keluarga Gino. Akhirnya dipilihlah bulan Suro sebagai bulan pernikah Sari dan Gino.
***
Bersambung.
Kesulitan apa yang akan dialami mempelai? Konon bulan Suro merupakan bulan pantangan buat menikah dalam tradisi Jawa.
Semakin seru, ya. Silakan vote dan komen agar Mimin semangaaat!

KAMU SEDANG MEMBACA
Rombongan Pengantin Gaib
TerrorBagaimana bila makhluk dunia lain ikut campur dalam pernikahan sepasang anak manusia? Novel based true story by Chynthia Vinovo akan membuat bulu kudukmu meremang. Bersiaplah!