3

12 2 0
                                    

Sudah tiga hari sejak kejadian kemarin Reyna tak masuk sekolah, Karena saat pulang sekolah bersama Arga tiba-tiba hujan deras, padahal menurut mereka tidak mendung. Dan saat sudah seperempat jalan mereka langsung di guyur hujan yang semakin deras, Arga sengaja menerobos hujan tersebut karena waktu sudah sore. Mereka pulang agak terlambat dikarenakan Reyna yang memantau pelatihan drama teater sebelum pulang sekolah dan Arga yang berlatih basket pun sengaja menunggu Reyna agar pulang bersama. Hingga membuat Reyna saat ini demam tinggi, dan tangannya yang terkena basket tiga hari yang lalu pun membuat tangannya menjadi memar. Dan ia pun kerap mendapat ocehan dari sang kakek, katanya mengapa bisa terjadi padahal menurut Reyna semua yang terjadi memang tidak pernah terduga.

Dibalik selimutnya Reyna masih tertidur pulas dengan bibir yang sedikit pucat. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Sedari siang dia belum juga bangkit.

Tiba-tiba seorang pria masih memakai seragam sekolah memasuki kamarnya, dan membawakan sebuah nampan yang berisi semangkuk bubur serta vitamin untuk Reyna.

Reyna menggeliat saat pria tersebut menepuk pipinya lembut. Dan mengusap rambut lebat milik Reyna, perlahan Reyna membuka mata dan langsung di balas dengan senyuman oleh pria itu.

"Makan dek, lu pasti dari siang belum makan" titah pria itu

"Iya bang" Reyna bangkit, ternyata Arga lah yang mengurusi Reyna saat ini.

"Mau gue suapin?" Arga mengaduk-aduk bubur yang akan di berikan kepada adik tersayangnya itu.

Reyna menggeleng langsung mengambil bubur dari tangan Arga dan langsung menyuapkannya perlahan.

"Ya udah gue keluar dulu ya, ada teman-teman gue diluar soalnya gak enak kalau tinggal lama-lama" ucap Arga lalu ia mencium kening Reyna dan mengusap lagu rambutnya.

"Iya gak apa-apa"

"Lekas sembuh, Rey " kata Arga saat dirinya diambang pintu dan langsung pergi.

"IYA" teriak Reyna. Entah Arga mendengar atau tidak, kini ia melanjutkan makannya. Dan berusaha menghabiskan bubur buatan Ratih, jika tidak dihabiskan Ratih pasti kecewa. Walaupun merasa tidak mood makan Reyna berusaha untuk tetap memasukannya kedalam mulutnya.

Setelah itu ia melanjutkan untuk meminum vitamin yang sudah ada di nampan dan juga segelas air hangat. Dengan secepat mungkin Reyna memasukkan beberapa macam vitamin tersebut kedalam mulutnya, sampai-sampai ada yang menyangkut di tenggorokan, membuat Reyna ingin memuntahkannya. Reyna segera berlari ke kamar mandi dan akhirnya sebagian bubur yang ia makan terbuang begitu saja dari mulutnya.

"Hhhgg" gumam Reyna. Ia merasa semakin tidak fit.

Tok tok tok

Reyna keluar dari kamar mandi dan hendak menuju tempat tidurnya namun tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Reyna membuka pintu ternyata ada Deni yang membawa plastik yang berisi buah-buahan. Reyna mengizinkan Deni masuk dan langsung duduk di pinggir tempat tidur milik Reyna.

"Lo udah mendingan?" Tanya Deni sambil menaruh bawaannya di meja.

"Ya, belum sih ini panas aja yang belum turun-turun" jawab Reyna

"Periksa ke klinik gih. Takut kenapa-kenapa" katanya lalu tersenyum.

"Ini demam biasa karena hujan" Reyna berusaha meyakinkan Deni agar dirinya tidak di bawa ke klinik.

"Yakin?" Tangannya memegangi dahi Reyna. "Ini tinggi banget loh Rey demamnya" sambungnya.

"Iya nanti juga sembuh"

Nyanyian Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang