Hari ini udara sangat cerah, sama dengan hari-hari sebelumnya. Aku menyusuri jalan menuju butikku.
Aku selalu berangkat ke butik dengan berjalan kaki, hal itu kulakukan bukan berarti aku tak bisa mengendarai kendaraan. Namun aku merasa bahagia bisa menikmati keramaian di pagi hari. Melihat interaksi orang-orang yang membeli sarapan, wajah khawatir para pekerja karena kemacetan, atau para penjual koran yang menjajakan dagangannya pada pengendara di lampu merah.
Itu pemandangan yang sangat indah menurutku.Aku terus menyusuri jalan melihat kanan kiri, selalu saja pemandangan indah yang kudapati tiap paginya.
Seperti pagi ini, tak jauh dari tempatku sepasang suami istri sedang mengendarai sepeda bersama. Tampak jelas tawa renyah menghiasi wajah keduanya. Mereka tak muda lagi, keriput menghiasi wajahnya, namun tawa yang ada mampu menutup kerutan itu.Aku tahu hidup mereka tidaklah berkecukupan, tapi untuk sebuah kebahagian dan canda tawa tak perlu rumah mewah, kendaraan mobil keuaran terbaru, maupun gelimpang harta yang lain. Itu semua tak perlu, yang dibutuhkan justru kasih sayang, saling menghargai, dan menghormati, itulah sejatinya kebahagian.
Aku terdiam menyaksikan interaksi mereka. Tanpa kusadari mereka sudah ada di dekatku menunggu lampu lalu lintas berwarna hijau. Seharusnya aku yang melangkah menyeberangi jalan, tetapi kuurungkan kakiku melangkah, aku ingin melihat dua insan tersebut. Sayup-sayup kudengar percakapan mereka.
"Dulu, diwaktu muda kita sering mengelilingi kota dengan berjalan kaki ya Bu," ucap sang pria.
"Iya Pak, tak peduli terik matahari membakar kulit. Kita tetap berjalan tanpa henti, tanpa tahu arah mana yang kita tuju," sahut sang wanita.
"Itu adalah masa yang membahagiakan ya Bu, kita membangun cinta dengan itu. Saling menguatkan dan saling mendukung. Aku ingat katamu yang selalu menasehati agar selalu bersyukur. Sejak itu aku sadar mengapa Tuhan mempertemukan aku denganmu," ucap sang pria dan berlalu karena lampu lalu lintas sudah merubah warna hijau.Aku terdiam setelah mendengar percakapan singkat itu. Pada bagia akhir kalimatnya. Bahwa yang perlu dilakukan itu hanyalah mensyukuri apa yang ada. Itulah kunci dari segalanya.
Inilah hadiahku pagi ini. Inilah ilmu yang kudapat pagi ini. Ini jugalah alasan mengapa aku selalu memilih berjalan kaki menuju butikku.
~~~~~~~~~~~~~~~Ini cerita pertamaku, mohon kritik dan sarannya. Selamat membaca, semoga suka :-) (16September2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Sebuah Percaya
Romance"Selalu ada kesempatan untuk setiap kesalahan" Kalimat itu seringkali diucapkan. Namun, bagiku kalimat itu tak berlaku. Tak ada kesempatan kedua bagi seorang pengkhianat, pembohong, yang dengan sengaja menutupi agar terlihat baik-baik saja. Kali i...