Sesampainya di rumah, tubuh Ara mematung, pandangannya lurus ke depan pintu rumah nya.
"Pak, tolong masukkan koper-koper ini ke dalam rumah." Perintah seorang wanita berpakaian glamour itu.
"Baik Bu." Pak Anwar pun bergegas masuk ke dalam rumah, sambil membawa beberapa koper berisi barang-barang wanita tersebut.
"Bundaa?" Ara tak percaya melihat wanita yang ada di depannya itu.
"Hello sayangg!" Memeluk Ara.
Ara melepaskan pelukan dari Melany.
"Ngapain Bunda pulang? Bukannya udah gak peduli lagi sama kita?"Melany mengernyitkan dahi,
"kenapa bilang gitu sayang, Bunda peduli kok, makannya Bunda pulang."Tanpa memperdulikan ucapan Melany, Ara berlari masuk ke dalam kamar, hingga terdengar langkah Ia menginjak anak tangga.
"Sudah disimpan di dalam kamar, Nyonya." Pak Anwar keluar dari rumah kemudian bergegas untuk menutupi pagar yang masih terbuka lebar.
Tanpa menjawab ucapan Pak Anwar, Melany masuk ke dalam rumah, disusul oleh Bi Rani.
"Kunci pintunya Bi!" Perintah Melany.
Ia duduk dan menikmati sebotol minuman yang dibawa nya tadi."Sudah Nyonya." Membungkukkan badan nya sedikit. "Ada lagi yang bisa saya bantu Nyah?"
"Emm, gak ada deh kayaknya.
Ehh, tapi tunggu, Tuan mana?" Tanya Melany heran."Nganu Nyonyaa," bibi bingung harus jawab apa.
"Udah meninggal." Ucap Ara saat menuruni anak tangga.
"Apaa??" Melany kaget. Ia bersedih.
"Kenapa kamu gak bilang sama Bunda , Ar?""Ara udah coba telfon Bunda, tapi apa hasilnya? Zonk." Ara kesal.
"Waktu itu handphone Bunda hilang Ar," Melany memberi penjelasan.
Tanpa menjawab penjelasan Melany, Ara langsung pergi ke luar rumah.
"Ara, mau kemana?" Tanya Melany khawatir.
"Bukan urusan Bunda!" Ara membentak Melany.
"Maaf Nyonya, saya ke belakang dulu." Bi Rani meminta izin ke Melany.
"Iyah." Singkat kata.
...
Ara menyetir mobilnya dengan santai.
"Gua heran, sebenernya Bunda tuu sayang gak sih? Cinta gak sih sama Ayah.Pas tau Ayah meninggal, responnya cuma gituu? Bodo ah ogah gua pikirin."
Di tengah perjalanan, Ara berhenti.
"Ya ampun, lupa gua. Kok buku nya gak dibawa sihh? Araa..Ara.. ceroboh dasar." Gumam Ara kesal. Ia memutar balikan mobil nya menuju rumah untuk membawa barangnya yang ketinggalan.Baru saja Ia akan membuka pintu rumahnya,
"Iya sayang, besok ke sana. Ditunggu jam 10 siang yah, di cafe biasa."
Ia kaget dengan Bunda nya.
Hal yang harus Ia lakukan sekarang adalah pura-pura tidak tau dengan apa yang dilakukan Melany."Araa?" Melany kaget. Ia langsung menutup ponsel nya.
Ara hanya menoleh sedetik saja pada Melany.Kemudian Ia bergegas menaiki anak tangga.
"Huuh, untung saja Ara tidak mendengar. Selamet, selamet."
Melany tampak bahagia saat itu.Setelah mengambil barang yang dibutuhkan nya itu, Ara bergegas pergi meninggalkan Melany yang pura-pura sedih atas kematian Bima.
Padahal Ara juga tau apa yang dilakukan Melany pas telfon nan tadi. Tapi Ia berusaha untuk tidak memperdulikan hal itu sekarang, dan mulai menyelidiki nya esok hari.Kemarilah, baca story aku yah.
Yang udh follow, thank you bangett okey. Coment kalian berarti banget buat akuu, yang like juga memotivasi buat aku, biar lebih semangat lagi nulisnya..🤗Salam aye, Shinly
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love
Teen Fiction"Gua suka sama Lo! Terserah, Lo mau terima gua apa enggak. Lo mau jauhin gua terserah, tapi Lo harus tau. Cinta gua tulus sama Lo." [Galaxy Raymond Martin] Arabelle Kirania kaget bukan kepalang. Cowok yang merusak keluarga nya tiba tiba mengungkapka...