008. PANTAI

271 132 50
                                    

ATTENTION ¡!

Halo, sebelumnya saya sebagai penulis cerita ini akan menjelaskan beberapa penjelasan. Pertama, saya harap kalian bisa membedakan antara sebuah karangan dengan kehidupan asli. Tolong, sekalipun jangan pernah untuk membawa cerita ini ke dalam kehidupan asli. Yang kedua, apabila kalian tengah membaca cerita ini, lalu cerita ini tidak sesuai dengan genre yang kamu sukai. Cukup tinggalkan, jangan pernah membandingkan ceritaku dengan cerita lain.

Dan yang utama, perlu dipahami. Cerita ini menggunakan sudut pandang Archie, jadi seolah-olah pembaca adalah Archie.


Happy Reading

OO7. PANTAI
—————————————————



Kondisi rumah sangat berantakan dan kotor. Kak Andra dan Jeano masih memainkan stick playstation-nya.  Tatapan mereka fokus ke layar televisi di depan. Beberapa bungkus makanan kosong tersebar begitu saja di karpet.

"Anjing! Lo mah curang, nih!" tuduh Kak Andra.

"Gue mah pro player, cok! Jangan raguin gue juga kali." balas Jeano.

"Ga asik, ah! Jangan ajak gue main lagi besok!"

"Bedmut, bang?"

"Matamu, su!"

Terkadang, aku kangen di masa ketika Jeano belum diracuni oleh Kak Andra. "Hayo, beresin. Nanti mama pulang bisa kena marah."

Namun, Kak Andra justru tidak mendengarkan perkataanku. Dia menatap ponselnya dengan sendu.

Kak Andra menyodorkan stick playstation kepada Jeano. "Beresin, bro. Gue ada urusan bentar, mau keluar. Jagain adek gue, ya?"

"Ya, santai ae."

Ku lihat Kak Andra mengambil kunci motornya di kamarnya. Dia keluar sambil mengenakan sebuah jaket hitam tebal dan juga helm. "Jangan lama-lama, nanti mama cariin kakak."

"Iya," ujar kakakku dan melangkah keluar.

Suara mesin motor Kak Andra semakin menjauh bagaikan ditelan bumi. Kakiku melangkah mendekati Jeano yang kini tengah membersihkan sisa-sisa sampah. Dia membersihkannya dengan cekatan. Bahkan dia menolak tawaranku untuk membantunya.

"Kamu ga bosen?" tanya Jeano sembari mematikan televisi.

Aku mengulum bibirku. "Bosen, sih."

"Oh, sama."

"IHHH! KOK GITU SIH?!"

"Mau jalan? Kalau mau, ayo!"

Sontak aku berteriak kegirangan. "Ayo!"

Jeano menunggu ku di luar, sedangkan aku masih mengunci pintu rumah. Begitu selesai, aku berlari kecil ke arahnya.

"Ayo! Aku sudah selesai!"

Tangannya meraih rambutku yang berantakan. Dia merapikannya dan tersenyum. Ku rasakan tangannya mulai menggandengku sekarang.


- - - - -


Aku berjalan mendekati tempat itu sambil menggandeng tangan Jeano. Langit tampak biru dan bersih. Ku biarkan angin sepoi-sepoi menerpa rambut ku. Beberapa burung Camar Laut tengah beterbangan mendekati laut untuk mencari makanannya.

Ku lihat beberapa orang yang tengah berlarian di bibir pantai. Bahkan anak kecil yang tengah bermain air sembari bercanda dan juga bermain pasir putih. Suara ombak berdebur terdengar dari kejauhan.

JJEANO [ROMBAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang