003. PACAR

434 108 104
                                    

ATTENTION ¡!

Halo, sebelumnya saya sebagai penulis cerita ini akan menjelaskan beberapa penjelasan. Pertama, saya harap kalian bisa membedakan antara sebuah karangan dengan kehidupan asli. Tolong, sekalipun jangan pernah untuk membawa cerita ini ke dalam kehidupan asli. Yang kedua, apabila kalian tengah membaca cerita ini, lalu cerita ini tidak sesuai dengan genre yang kamu sukai. Cukup tinggalkan, jangan pernah membandingkan ceritaku dengan cerita lain.

Dan yang utama, perlu dipahami. Cerita ini menggunakan sudut pandang Archie, jadi seolah-olah pembaca adalah Archie.


Happy Reading

OO3. PACAR
—————————————————


"Archie."

"Archie!"

Aku tersentak dari lamunanku. Aku mendapati Daive yang menyantap makanannya. Aku mengernyitkan dahi kebingungan.

"I-iya?"

"Kakak mu?" tanya Daive sambil menunjuk sebuah mobil yang sedari tadi menunggu di dekat gerbang.

"Oh?! Terima kasih, maaf ya."

Aku langsung berpamitan dengan Daive dan berlari menghampiri mobil kakak ku yang sedari tadi menunggu. "Maaf, kak. Aku ga tau kalau kakak udah nyampe. Lagian kakak ga nyamperin atau telepon sih!"

"Kebiasaan lo, ngelamun mulu. Sekarang malah nyalahin kakak, aneh."

Aku hanya tertawa kecil mendengar perkataan kakak ku. Memang benar perkataannya, aku sering melamun kan sesuatu.

"Marvin balik lagi."

Aku melotot dan menatap kakak ku yang fokus menyetir. "Kak! Jangan bercanda, ya. Ga akan ku biarin itu terjadi."

Kak Andra menghela napasnya pelan. "Dia sudah pulang, Archie. Dia ada di rumah kita sekarang, dia nungguin kamu."

"Ga! Jangan pulang dulu! Tolong kerja samanya."

"Bareng orang tuanya."

"Anjing!"

"Jaga bicaramu, njing."

"Lah itu kakak juga."

Kakak menatap langit-langit mobil. "Iya juga, ya."

"Keturunan kak, ehee."

"Jangan jangan dulu ayah pernah gitu ya?" tanya Kak Andra menebak.

"MATAMU! JANGAN NGAWUR DEH KAK!"


- - - - -


Aku turun dari mobil kakak, ku lihat mobil yang aku kenal berparkir di depan rumah. Kesal, benci, itulah perasaanku kini. Mau tak mau aku harus bertemu dengan anak sialan itu.

"Archie, sudah pulang? Kangen mama tidak?" tanya seorang yang seumuran mamaku.

"Halo, Archie. Apa kabar?"

Itu Marvin, anak menyebalkan yang selalu membuatku emosi. "Ayo kita bicara."

Aku beranjak ke kamarku di ikuti oleh Marvin di belakangku. Aku melemparkan tas ku ke sembarang tempat.

"Kenapa kamu pulang? Malah aku jadi lebih baik ketika kamu pergi."

Marvin mengernyitkan dahinya. "Kamu ngga kangen aku?"

JJEANO [ROMBAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang