Nayla berjalan santai menuju ruang guru dengan dini yang berjalan di sampingnya. Bagi nayla masuk ruang guru sudah biasa. Dirinya memang sering membuat ulah sampai harus membuatnya bolak balik masuk ke ruangan itu.
Dan hari ini ia harus kembali berhadapan dengan seorang guru yang kebetulan merupakan guru BK. Siapa lagi kalau bukan bu fatimah. Guru bersanggul besar dengan sepatu heels yang suaranya sangat familiar. Seantero sekolah pun tau suara sepatu milik bu fatim ini.
Setelah sampai di depan pintu nayla dan dini saling menatap. "Ketok gih pintunya" ujar nayla menyenggol lengan dini.
"Lah kok gue kan yang bikin ulah lo. Kenapa gua yang ketok duluan?" Ujar dini.
Nayla berdecak kesal. Dengan terpaksa ia mengetok pintu coklat bertuliskan 'Teachers room' itu dengan pelan.
"Eh malih kalo lu ketoknya kayak gitu yang gak bakal kedengeran" ujar dini jengah "sini deh gue yang ketok" akhirnya dini maju dan mengetok pintu itu.
"Masuk" setelah mendapat persetujuan, dini pun masuk dengan nayla yang mengekor di belakangnya.
Dini dan nayla pun langsung menuju tempat duduk yang berada di hadapan guru BK itu. Namun guru itu menginterupsi mereka sebelum dini dan nayla mendaratkan bokong di kursi itu.
"Eh siapa yang suruh kalian duduk? Berdiri!" Ujar bu fatimah.
"Elah bu saya cape mau duduk doang masa gak boleh sih" ujar nayla sewot.
Dini menyenggol tangan nayla menyuruhnya untuk diam.
"Kamu saya panggil ke sini itu karna kamu mau saya marahin bukan buat duduk" bu fatimah menaikan suaranya.
"Trus ini ada kursi buat apa bu kalau bukan buat di pake duduk?" Tanya nayla yang tidak mau kalah.
Bu fatimah memijit pelipisnya. Kepalanya hampir meledak jika harus terus berhadapan dengan siswi di hadapannya ini.
"Ini saya di panggil ke sini buat ngeliatin ibu mijit kepala? Perlu saya bantu bu? Saya ada punya minyak nyong-nyong bu mau?" Tanya nayla.
"Pake aja minyak nyong-nyong nya buat mijit otak kamu tuh. Otak kamu keseleo kayaknya" ujar bu fatim yang sudah naik pitam "sekarang juga kamu berdiri di lapangan hormat ke tiang bendera sampai jam istirahat selanjutnya" final bu fatim.
"Oke bu. Saya permisi" jawab nayla enteng lalu berjalan keluar dari ruangan itu. Menyisakan dini yang masik kikuk di hadapan bu fatim.
"Hehe saya juga permisi bu" ujar dini dengan senyum canggungnya.
••••
Sudah satu jam nayla berdiri di lapangan. Keringat mulai membanjiri pelipisnya. Beberapa kali nayla terlihat menyeka keringatnya yang mengalir hingga ke leher.
Namun itu tidak mengurangi kecantikan yang ia miliki. Ya nayla memang terlihat cantik setiap saat. Dia juga merupakan deretan siswi cantik di sekolah itu.
Jangan tanya berapa banyak cowok yang mencoba mendekatinya. Bahkan saat ini banyak sekali siwa siswi yang sengaja lewat bahkan berhenti di pinggir lapangan hanya untuk melihat nayla yang di hukum.
Wajah nayla memang sangat sempurna. Matanya yang kecil menyipit saat matahari mengarah langsung ke arahnya. Kulitnya yang putih semakin terlihat cerah di bawah sinar matahari. Bibirnya yang kering namun tetap berwarna pink alami. Nayla juga memiliki baby face yang menjadi daya tariknya.
Nayla melirik dini yang tengah asik memainkan ponselnya di tepi lapangan. Dini memang selalu menemani nayla setiap gadis itu di hukum.
"Woy din tutupin kepala gue kek panas nih. Lo gak liat gue di jemur udah kaya ikan asin gini" teriak nayla yang sudah kepanasan.
Dini memutar bola matanya "ya mengkanya jangan bikin ulah maymunah!" Nayla mendelik kesal. Tidak ada gunanya berdebat dengan dini yang ada hanya membuang energi saja.
Sampai manik mata nayla menatap keberadaan seseorang yang membuatnya menjerit dalam hati.
"Dini!!"
"Apaan lagi?"
"Sini" nayla mengibaskan tangan kirinya.
Dengan malas dan terpaksa dini berdiri dan berjalan menghampiri nayla.
"Nga—" belum sempat dini menyelesaikan ucapannya tubuhnya sudah di tarik nayla untuk berdiri di sebelahnya dan menaikan tangan kanan dini membentuk gerakan hormat.
"Lo gantiin gue di sini ya" ujar nayla dengan mata berbinarnya.
"Hah? Gimana?" Tanya dini yang masih mencoba mencerna maksud nayla.
"Jadi lu gantiin gue di sini hormat ke bendera nah gue, mau ke kantin nyusul ayang beb elang" ujar nayla menjelaskan.
"Dih ogah gamau" tolak dini mentah-mentah.
Nayla menunjukan puppy eyes nya dengan tangan yang ia satukan di depan dada untuk memohon pada dini agar mau menggantikannya.
"Please din. Tinggal sepuluh menit doang kok" ujar nayla memohon "nanti gue traktir mie ayam deh"
"Gamau"
"Dua porsi"
"Gamau"
"Sama es jeruk dua gelas"
"Deal!"
Nayla berteriak histeris ketika dini setuju dengan tawarannya "yeay makasih dini ku" ujar nayla sambil menyatukan ibu jarinya dan telunjuknya membentuk saranghae. Lalu setelahnya nayla langsung berlari ke arah kanti menyusul elang sudah sudah terlebih dahulu ke sana.
Dini bergidik ngeri selepas kepergian nayla "temen gue sarap" ujarnya dalam hati.
Elangga Rajatama
1 November 2020
764 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaLang
Fiksi RemajaNayla frisilla anggraini. Cewek bar-bar dengan sejuta pesona yang sangat menyukai Cowok bernama Elangga Rajatama. Si patung hidup. Dirinya memang sudah lama menyukai elang, namun sayang elang tidak pernah membalas perasaannya bahkan menyepelekan hal...