14; First Love

1.3K 113 69
                                    

Peter menatap kearah tumpukan kotak makanan yang ada di depannya. Setelah ia mengatakan untuk membantu Wade menyelesaikan list permintaannya, ia bahkan tidak sempat untuk mencerna yang dilakukan oleh Wade sebelum pemuda itu membawanya kabur ke rumah sakit. 

Dan disinilah mereka, berada di depan sebuah mobil penjual makanan, lebih tepatnya Chimicagas yang berada cukup jauh dari rumah sakit. Wade membeli bukan hanya satu atau dua box chimicangas, tetapi belasan kotak Chimicagas dengan rasa yang berbeda dari yang memiliki rasa biasa seperti sapi dengan keju, hingga rasa yang aneh seperti hati sapi dan sebagainya.

"Sudah kuduga mereka yang terbaik."

Wade langsung membuka bungkusnya yang kelima saat Peter bahkan tidak membuka satupun bungkusan Chimicangas itu. 

"Wade, apa ini?"

"Hm? Apakah kau tidak pernah melihat Chimicangas, Peter?"

"Aku tahu, tetapi untuk apa kau membeli sebanyak ini," Peter pada akhirnya mengambil salah satu secara random dan menggelengkan kepalanya. Ia menggigit Chimicangas itu dan seketika menyesalinya, "rasa cokelat?"

"Rasa-rasanya unik ya?" Wade tampak tertawa melihat bagaimana wajah Peter memucat, "Laura selalu saja cerewet dengan masalah makanan. Ia tidak akan memperbolehkanku untuk memakan Chimicangas sebanyak ini begitu juga dengan ayahku. Mereka tidak tahu kenapa aku menyukai makanan ini."

"Memang kenapa?"

"Ayah dan ibu kandungku membuangku saat mengetahui aku memiliki kumpulan kanker yang akan menguras uang mereka sejak aku kecil. Rumah sakit tempatku dirawat juga mengusirku karena tidak ada yang bisa membiayai pengobatanku. Kurasa saat itu usiaku 5 tahun," Wade memakan Chimicangasnya sambil mengingat-ingat ceritanya, "di jalan, aku bahkan tidak bisa bergerak karena rasa sakit akibat kankerku, juga karena lapar dan juga kedinginan. Saat kukira aku akan mati, seseorang menyodorkan makanan padaku dan memayungiku ditengah salju saat itu."

"Dia..."

"Ayahku, kurasa itu juga pertama kalinya aku memakan Chimicangas. Itu menjadi makanan yang paling enak yang pernah kumakan. Dan saat itu juga menjadi makanan yang paling kusukai," Wade tersenyum dan menggaruk dagunya yang tidak gatal, "ah, walau setelah itu aku pingsan dan hampir mati karena ternyata makanan itu kadaluarsa dan ayahku tidak mengetahuinya."

"EH!?" Wade memandangi Peter yang menatapnya dengan tatapan kaget. 

"Pfft... Ahahahaha! Apakah kau berpikir jika ceritaku benar-benar terjadi?" Wade memegangi perutnya, "orang tua mana yang akan membuang anaknya begitu saja dan membiarkannya di jalanan?"

"Wade...!" wajahnya memerah karena untuk sesaat Peter mempercayai cerita yang dikatakan oleh Wade dan karena pemuda didepannya saat ini masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Aku sudah selesai," Wade menghabiskan potongan terakhir Chimicangas yang mereka beli dan membuang sampahnya, "ayo, banyak sekali yang harus kita lakukan setelah--UHUK!"

Wade tampak berbicara dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Tentu itu membuatnya tersedak dam terbatuk beberapa kali.

"Waktu kita masih banyak, makanya jangan terlalu cepat mengunyah Wade," Peter menghela napas dan menertawakan Wade yang masih terbatuk. Namun, batuk Wade tidak berhenti bahkan semakin terlihat menyakitkan membuat Peter menjadi khawatir, "Wade? Hei..."

Napas Wade juga tampak tercekat, ia seolah berusaha untuk menghentikan batuknya namun tidak berhasil.

"H-hei, ayo kita kembali sa-"

"BA!" Wade yang tadinya membelakangi Peter tampak mengagetkannya dengan tiba-tiba berbalik. Peter terkejut, ia hanya bisa menatap Wade yang terbahak karena Peter yang menurutnya terlihat berekspresi konyol saat ini, "kau harus lihat wajahmu Pete!"

CANCER ➤ SUPERFAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang