18 | pernah, bukan?

5 1 0
                                    


Jangan begitu, kawan.

Pernah mencintai seseorang itu begitu dalam, bukan?

Pernah berangan-angan akan masa depan terhadap seseorang itu, bukan?

Pernah mencurahkan rasa begitu banyak pada seseorang itu, bukan?

Pernah menghabiskan segenap ruang dan waktu bersama seseorang itu, bukan?

Karena tetap saja, kata pernah itu sendiri kenyataannya begitu dalam, kelam, menakutkan, sekaligus mengganggu nalar dan pikiran dalam waktu yang bersamaan.

Karena pernah, bukan berarti akan.
Karena pernah, bukan berarti selalu.
Karena pernah, bukan berarti lagi.

Kata pernah itu, ada baiknya jika dirasionalisasi menjadi sebuah realita yang terjadi pada masa lampau.

Akuilah.

Bahwa kamu, memang pernah mengistimewakan seseorang itu pada masa lampau.
Pernah menjadikan dirinya bagian dari jiwa dan ragamu, bahkan hatimu.
Pernah menghabiskan begitu banyak ruang dan waktu.
Pernah mengukir kisah bersama dirinya.
Pernah menyimpannya baik-baik dalam memorimu.
Pernah mengenalnya, dengan sepenuh hati, dahulu.

Karena kata pernah itu, takkan lekang oleh waktu.

Bandung, 13 Januari 2019

cogitationesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang