DA 4

9 1 0
                                    

Jika datangmu hanya mengusir rasa bosan dan penasaran, maka pergilah aku sedang malas berteman dengan harapan.

•Araya Mahardika•

🍭🍭🍭

Setelah bel berbunyi semua murid kembali pada tempat duduk nya masing-masing.

Guru pun memasuki kelas dan memulai pelajarannya. Hingga suara bel berbunyi nyaring bahwa tanda belajar telah usai.

Sang Guru pun telah keluar dari kelas.

"Ray lo balik ama siapa?" Tanya Anin.

"Kenapa jangan bilang lo mau nebeng lagi yah. Hisssh gue bakal suruh Ayah biar pindah rumah. Biar ga searah ama lo lagi." Ucap Raya kesal.

"Dihh lebay banget dah lo Ray. Lagian lo Nin emang ga ada kendaraan dirumah lo? Atau mobil lo, lo jual yah hayooo ngaku lo." Tuduh Nana.

"Heh bangsat lo denger yah mobil gue di garasi masih aman terkendali. Gue ga boleh bawa mobil sama papa. Boleh ya Rayy pleaseeeee."

Anin pun mulai memasang puppy eyes andalannya. Dan Raya hanya memutar bola matanya jengah.

"Tanya sama Bang Alan deh."

"Ihhh mana berani gue bilangnya. Naaaa bilangin yah pleaseee."

"Dih ogah atau lo sama kunyuk itu ajah."

"Siapa?"

"Reza dong siapa lagi yah ga Za." Tanya Nana pada Reza.

"Siapp. Bebeb mau dianterin ampe ujung dunia pun gue sanggup." Ucap Reza dan jangan lupakan gaya lebaynya.

"Halah." Balas Raya meraup kasar muka cowok itu.

Sedangkan Azka hanya memandang teman absurdnya itu dan kemudian melenggang pergi.

Setelah itu ketiga gadis itu berjalan menyusuri koridor menuju parkiran. Dan ternyata Alan sudah menunggu sang adik tercinta di depan mobilnya. Sambil tp-tp gitu.

Raya dan kedua sahabatnya hanya memutar bola matanya jengah melihat tingkah Alan.

"Bang si Anin mau nebeng katanya." Ucap Raya to the point.

Alan pun memandang gadis itu dan menjawab "boleh ajah sih tapi bayar bensin mobil gue." Ucapnya terkesan santai.

Sedangkan Anin sudah melongo. Niat menghemat Uang malah akan diperas begini batin gadis itu.

"Berapa?" Tanya Anin kesal.

Belum sempat Alan menjawab Nana sudah berbicara lebih dulu.

"Oii Nin itu bukannya Papa lo?" Tanya Nana.

Sontak mereka mengikuti arah pandang Nana yang melihat gerbang sekolah.

"Lah iyah Bokap gue ngapain jemput gue. Tumben banget bawa Nyokap lagi." Ujar Anin dengan kebingungannya.

"Mana kita tau." Ujar mereka bertiga serempak dan memandang Anin malas.

"Yaudh gue samperin dulu bye kaliannnn." Jawab Anin sambil berlari dan melambaikan tangannya.

"Aneh banget tuh anak." Ucap Nana.

Mereka bertiga pun memasuki kendaraan masing-masing menuju rumah.

Di dalam mobil Raya dan Alan hanya ada keheningan. Kecuali suara Radio yang memutarkan lagu yang membuat Raya sedikit tersindir.

Hari-hari kulalui Sendiri disini
Kuberteman sepi tanpa hadirmu
Yang membuatku merasakan
Rindu.. di hatiku

'Anjir ni lagu nyindir gue ato gimana sih? Ngeselin bener' batin Raya

Kini jarak memisahkan cerita ini
Tapi bukan penghalang disebuah hubungan
Yang kuharap hanyalah doa
Semoga kita cepat berjumpa

Sontak Raya langsung mematikannya. Dan ia sedikit merasa kesal. Entah lah apa yang terjadi.

"Kok dimatiin sih dek?" Tanya Alan bingung melihat sikap Raya.

Gadis itu hanya menatap kosong keluar jendela. Lagu tadi seolah mengingatkannya dengan seseorang di masa lalu. Sosok yang sangat ia rindui.

"Dek." Panggil Alan.

"....."

"Dek."

"....."

"ARAYA MAHARDIKA ASTAGA SADAR KITA UDAH SAMPE." Teriak Alan tepat ditelinga gadis itu.

Sehingga membuat gadis itu berjengit kaget atas ulah abangnya. Ia memandang kesal kearah abangnya.

"B ajah dong bang. Kan gue males ke THT cuma buat meriksain telinga gue." Ucapnya kesal.

"Abis lo ngelamun mulu. Mikirin apaan sih orang masa lalu?" Tanya sang Abang jengah.

"Ga kok. Cuma kangen ajah." Ucap gadis itu dengan senyum miris.

"Dengerin Abang. Dia itu udah gak mikirin kamu. Dia udah ga sayang sama kamu apalagi cinta. Bahkan mungkin dia ga peduli sama kamu lagi. Dek hidup ini terus berlanjut. Kamu ga boleh stuk di dia doang. Masih banyak yang sayang ama kamu. Cobalah buat buka hati kamu yah. Abang ga nyuruh kamu buat lupain Dia. Abang hanya ingin kamu ikhlasin ajah dan maafin Dia. Karena itu akan membuat kamu lebih bahagia yah." Ucap Alan panjang lebar sambil mendekap erat sang adik yang sangat ia sayangi.

"Ihhhh abang jadi terharu deh." Ucap gadis itu disertai kekehannya.

"Yaudah yuk masuk." Ajak Alan, dan gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Assalamu'alaikum Ayah, Bunda." Ucap mereka berdua serempak.

🍭🍭🍭

Jangan lupa vommentnya (vote + comment) dan jangan lupa juga follow akun aku biar aku tambah semangat ngetiknya.

Follow juga ig aku
indahlezz_
tumblr.oofc

Ti Amo 💕🍁

Dear AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang