Terima kasih sudah hadir, ku pikir hidupku akan selalu abu-abu. Ternyata kamu bisa mewarnai dengan warna lain.
Saat pulang sekolah Fairel benar-benar menunggu Labiqa di parkiran. Tak lama Labiqa pun datang.
"Ngapain sih Rel?" tanya Labiqa jutek.
"Gue pengen ngajak lo keliling Jakarta."
"Udah sering Rel, Gue di Jakarta udah tujuh tahun kalo lo lupa!" jelas Labiqa.
"Gue tahu, tapi sekarang beda. Gue mau ngajak lo keliling naik sepeda!" ujar Fairel bangga.
Seketika Labiqa memutar bola matanya.
"Gue tiap hari juga naik sepeda!" jelas Labiqa jengah.
"Yah..., nggak mau ya? Pura-pura senang gitu kek, gue udah nyewa sepeda nih," jelas Fairel kecewa.
"Hahaha! Iya oke oke kita naik sepeda, nggak usah melas gitu muka lo! Kasian gue lihatnya."
Akhirnya mereka benar-benar naik sepeda, Fairel menitipkan motornya di parkiran sekolah. Mereka berjalan tanpa tujuan hanya menikmati udara siang menjelang sore. Fairel berharap ini bisa menjadi pereda sedikit beban yang Labiqa punya.
Mereka berhenti di salah satu jembatan penyebrangan. Ingin melihat senja seperti biasa namun di tempat yang berbeda.
"Makasih, gue rasa lo berhasil bikin gue senang hari ini."
"Semoga gue bisa terus bikin lo senang, karena itu salah satu tujuan gue ada di Jakarta," ucap Fairel.
"Gue bukan Labiqa yang dulu Rel, gue bisa tanpa lo! Lo nggak harus ada buat gue, karena kalo lo dekat sama gue, lo bisa kecebur ke dalam lubang masalah gue," jelas Labiqa sambil menunduk.
"Nggak masalah buat gue, gue mau bantu lo sebisa gue!"
"Lo nggak akan ngerti Rel, gue udah bisa bela diri, gue nggak perlu lo lagi untuk belain gue kalo ada yang jahil atau jahat sama gue! Selama tujuh tahun di sini gue berusaha tanpa lo. Jadi gue mohon jangan masuk lagi dalam hidup gue!"
Permintaan Labiqa yang menurutnya sangat harus di utarakan pada Fairel, karena Labiqa tak ingin Fairel terus dengannya hanya karena rasa bersalah yang dia bawa dari Yogjakarta ke Jakarta.
Labiqa tak ingin Fairel terkena omelan sang ayah karena terlalu masuk ke dalam hidupnya. Ayahnya pasti akan mencoba menyingkirkan Fairel dari hidup Labiqa, karena yang ayahnya inginkan Labiqa bisa menikah dengan Aidan.
---
Fairel tak membahasnya lagi sampai selesai mengantar Labiqa ke rumahnya. Sebelumnya Fairel dan Labiqa kembali lagi ke sekolah untuk mengambil motor, lalu mengantar Labiqa pulang.
Apa salahnya jika Fairel ingin kembali dekat dengan Labiqa, atau karena Labiqa sudah bertunangan? Entahlah yang jelad Fairel tidak akan berhenti untuk membuat Labiqa tersenyum dan kembali seperti dulu.
---
Saat masuk ke dalam rumah Labiqa melihat sang Ayah dengan seorang wanita sedang berpelukan. Sudah sering seperti ini, Ayahnya membawa wanita yang berbeda-beda ke dalam rumahnya.
"Ada anak di bawah umur di sini! Nggak bisa kalo ngelakuin kaya gini di hotel?" ujar Labiqa dengan suara lumayan keras.
"Nggak usah ngatur kamu! Ini rumah Ayah, terserah Ayah!"
Begitulah Ayahnya, tak mau di atur atau di nasehati tetapi selalu mengambil alih hidupnya. Labiqa ingin segera besar, agar bisa keluar dari rumah yang bisa di sebut neraka baginya.
"Ada surat panggilan dari sekolah!" ucap labiqa sambil melempar surat tersebut ke meja.
"Kamu bikin ulah apa lagi?" tanya sang Ayah.
Labiqa tak menjawab. Hanya pergi begitu saja.
Hallo semua, terima kasih masih terus membaca Time. Semoga suka dengan ceritanya.
Stay safe dan tetap semangat walau di rumah aja.
Salam sayang,
Adeput
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME
Teen FictionSaat senja menjadi jalan untuk Fairel bertemu lagi dengan kisah masa lalunya. Cinta masa kecilnya yang selalu dicarinya sejak 7 tahun lamanya. Tetapi, ketika bertemu ternyata tak semulus yang Fairel pikirkan. Gadisnya melupakannya, Gadisnya tak men...