empat

78 11 1
                                    

Jian Heeng sekarang sedang berjalan-jalan di tengah pasar. Walaupun telah dilarang oleh Jendral Mo dan Dayang She.

Jian Heeng  memiliki tujuannya  sendiri mengapa dia melakukan nya.

"Nona, apakah sebaiknya kita kembali sekarang?karena hamba merasa ada yang mengintai kita."pengawal dan dayang nya mulai merasa was-was.

" Tidak. Aku ingin tau siapa yang mengintai kita. Tetap bersikap tenang, dan ikuti saja aku." Jian Heeng melangkahkan kakinya menuju tempat yang lumayan sepi.

Baru saja Jian Heeng samapai disana, lima orang dengan pakaian serba hitam telah mengepung mereka.

Jian Heeng dengan santai mengeluarkan sebuah pedang yang dia sembunyikan di balik hanfu indahnya.

Dua orang maju menyerang Jian Heeng dan pengawalnya. Xin lu tak tinggal diam. Dia mengeluarkan sebuah belati dari lengan bajunya.

'Prang...' . Pedang Jian Heeng dan salah satu orang tersebut saling beradu.

Jian Heeng dengan anggun berputar dan melompat menghindari serangan demi serangan. Disisi lain dia juga mengambil celah dengan tepat untuk melukai orang yang berada di depan nya sekarang.

'Brak...'

Dua orang tersebut jatuh dengan luka dalam di bagian perut dan dadanya nya.

Saat dua orang yang lain ingin menyerang Jian Heeng, salah satu dari mereka menghentikan nya.

"Putri Jian Heeng, yang lemah lembut ternyata kini telah berubah menjadi Jian Heeng yang pemberani." Orang tersebut dengan santai melangkahkan kakinya ke arah Jian Heeng.

"Dan ternyata pamanku yang baik hati telah menyewa pasukan khusus untuk menculik ku?." Ada nada ejekan dalam kalimat Jian Heeng.

"Owh, ternyata anda sudah tau?!"

Pengawal dan dayang Jian Heeng tak pernah melepaskan posisi waspada nya.

"Kalian dibayar berapa? Dan apa keuntungan kalian jika menangkap ku?."

"Lima kantung emas, dan kami hanya menjalankan misi." Orang tersebut berbalik dan berniat untuk pergi dari sana.

"Bawa aku pada pemimpin kalian."

~•~•~•~•~•~

Sedangkan di tempat lain, seorang pria tengah termenung memandangi taman di depan nya.

"Mei mei, gege sangat merindukan mu. Dimana kau sekarang? Apakah kau baik-baik saja adikku?" Pangeran Diwei menatap kosong ke arah taman tempat Jian Heeng biasanya bermain dan menjahilinya.

"Bukan dirimu saja yang merindukan Jian Heeng, kami semua juga merindukannya."

"Ayahanda, salam." Pangeran Diwei tersadar dari lamunanya ketika Raja Han Biyu menyapanya.

"Ayahanda, izinkanlah pangeran ini untuk mencari Putri Jian Heeng."pangeran Diwei benar-benar menampakkan kesungguhannya. Dia sudah sangat merindukan mei mei nya.

" Itu artinya kau mengancam nyawa adikmu. Bersabarlah, ayahanda yakin mei mei mu pasti kuat. Dan disana ada jendral Mo dan kepada dayang She yang selalu disamping adikmu ."

"Baiklah jika itu yang menurut ayahanda, aku hanya dapat menurut."pangeran Diwei menghela nafasnya berat.

~•~•~•~•~•~

Jian Heeng mengganti topeng nya, yang awalnya berwarna hitam, sekarang menjadi warna merah.

Tak ada yang menyadari hal itu, bahkan anggota pasukan hitam pun agak terkejut melihatnya.

Jian Heeng kini sampai di sebuah permukiman yang bisa disebut kumuh. Tampak beberapa anak kecil bermain di halaman sebuah rumah yang lumayan besar.

"Tunggu disini."salah satu orang berbaju hitam meminta Jiang Heeng untuk menunggu, sedangkan dia beserta anggota pasukan hitam lainnyamasuk ke dalam rumah tersebut.

"Nona, saya rasa sebaiknya kita pulang saja. "
Jangan khawatir Xia, kurasa tempat ini tidak se mengerikan itu.

Jian Heeng seolah olah paham dengan pikiran dayang kecilnya.

Beberapa menit kemudian seorang wanita keluar dari rumah. Usianya kira-kira dua puluh tahun.

"Sebaiknya kita bicarakan didalam. Bawa juga dua orang ini."wanita itu kembali masuk.

Jian Heeng dibuat terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Panti asuhan? Tempat ini adalah panti asuhan? Jadi mereka bekerja untuk anak-anak ini?"batin Jian Heeng.

~•~•~•~•~

" Apa??Nona pergi menemui pasukan hitam."

"Paman Mo, tenang saja. Putri ini tak akan berbuat gegabah."jawab Jian Heeng dengan santai.

" Hmm, baiklah.Lakukan apa yang nona sukai."Jenderal Mo pasrah. Dia tak akan menang jika berdebat dengan Putri Jian Heeng.

"Kalo begitu, mari kita latihan berpedang" Jian Heeng ingin mengalihkan fokus Jendral Mo.

~•~•~•~

Paginya Jian Heeng datang kembali ke Panti asuhan. Dia juga mengajak Jendral Mo dan Dayang She. Jian Heeng memenuhi kesepakatan yang telah dia buat dengan Fang Yin. Ya, dia adalah pemimpin dari pasukan hitam.

"Bawa makanan dan pakaian le dalam, perbaiki rumah dan halaman, dan ingat berlaku lembut pada anak-anak disini."titah Jian Heeng sesaat baru sampai di panti asuhan.

" Paman dan bibi tolong bantu aku mengawasi mereka. Aku akan menemui Fang Yin."

Baru saja Jian Heeng ingin menemui Fang yin, ternyata orang yang ingin ditemui telah berada di depannya.

"Kau menepati janji, dan aku akan membayar janji ku juga."

"Jadi apa yang diinginkan pamanku itu." Tanya Jian Heeng saat mereka sudah berada di tempat kerja Fang yin.

"Dia ingin mencuci otakmu dan membenci keluargamu. Lalu mereka akan memanfaatkan keadaan." Jawab Fang yin.

"Baiklah aku akan dengan senang hati mengikuti nya."

"Kalau begitu, mari kita jalankan rencana."ucap Fang yin.

Jadilah kedua gadis itu tersenyum licik lalu tertawa bersama.

Paman Mo dan

Yeeee....aku up lagi nih.
Maaf kelamaan ya.😢
Jangan lupa vote dan koment nya ya 😘❤.

Sunset with you (Princess Jian Heeng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang