Bunglon!

3K 458 131
                                    

Bab 7 | His!

Seolah-olah semuanya belum buruk dan menyebalkan, datang lah Kak Andrew dan Amanda. Serta, fuck, Bryan. Aku melirik judes ke Kak Andrew. Entah kenapa, aku ingin menyalahkan seseorang. Yang paling oke untuk disalahkan yaitu Kak Andrew Bisa-bisanya dia bawa Bryan ke sini. Yah, aku tahu Kak Andrew nggak tahu aku mau nonton sama Dokter Hansen. Cuma yah kesannya, ini tuh sudah diatur. Ya, ampun. Aku sebal sekali, Tuhan!

"Eh, Dok. Apa kabar?" tanya bule blasteran jadi-jadian itu sok akrab. Kak Andrew melirikku sekali, abis itu balik lagi ke Dokter Hansen.

Dokter Hansen memaksakan senyuman. Aku tahu, dari gelagatnya dia nggak suka sama Louis yang kurang ajarnya daritadi merangkulku. Aku berkali-kali melepaskan rangkulannya, ya. Cuma dia gigih sekali ingin membuatku malu dan nggak nyaman. Karena aku tahu, dia pasti tahu aku ada apa-apa sama Dokter Hansen. Dia kan fuckboy berpengalaman.

Selama ini, selama aku bersama mereka, nggak ada satu momen pun mereka berdua pernah bertemu. Dokter Hansen dan Louis. Sebisa mungkin aku menjaga keseimbangan kehidupan fuck buddy-ku. Maksudku, siapa juga yang mau para fuckbuddy-nya saling bertemu gini? Meski dua-duanya sudah mau aku enyahkan dari hidupku karena mereka mulai baperan, aku nggak menyangka aja kalau cara bertemu mereka akan seperti ini.

"Baik, Drew." Dokter Hansen secara terang-terangan menarikku dari rangkulan Louis. "Kalian apa kabar?" Kalian yang dia maksud Kak Andrew dan Amanda.

Orang kedua yang aku ceritakan soal hubunganku dengan Dokter yaitu Kak Andrew. Nah, sebab Kak Andrew ini mulutnya bocor, Amanda pun tahu. Bundaku juga, terus merambat ke Dad Frank. Aku kasih tahu Dokter Hansen tentang hubungan fuck buddy kami yang telah diketahui keluargaku. Dokter Hansen jadi lebih terbuka pada kami. Dia sesekali datang, mengunjungi Bunda dan main golf sama Dad Frank. Yah, semacam kami ini sebenarnya sudah pacaran tapi belum official.

Aku yang bikin nggak official.

Untungnya ada satu orang yang nggak setuju aku sama Dokter Hansen. Kak Andrew. Bocor gitu mulutnya, juga kelakuannya yang kayak setan, dia nggak suka aku sama Dokter Hansen. Kak Andrew takut aku dikasih black magic sama mantan istri Dokter Hansen.

Well, alasan yang sangat aneh. Meski hal itu sangat gampang terjadi di Bali.

"Baik, Dok." Kak Andrew menatapku sekali lagi, sorot matanya mengejek. Asu! "Mau nonton apa?"

"Dolittle," jawab Dokter Hansen. "Ini udah masuk, kita duluan, ya."

Dokter Hansen merangkulku lebih erat daripada rangkulan yang Louis lakukan. Sekali lagi aku melihat tatapan tajam yang saling mereka lemparkan satu sama lain. Aku buang wajah ke arah lain supaya aku nggak gila. Bukannya melihat kekosongan, aku malah bersitatap dengan Bryan.

Laki-laki itu mengenakan jaket hitam kekecilan yang menyebabkan tubuh berototnya tercetak jelas. Dia menjulang tinggi berdiri di belakang Amanda. Sepersekian detik, mata kami bertemu. Sebelum mata itu memicing penuh ketidak sukaan. Entah tidak suka karena apa.

Aku juga nggak ada niat untuk mencari tahu dan bertanya, maka aku terus melangkah bersama Dokter Hansen. Di situasi tadi, aku sangat berharap bisa jadi bunglon. Berkamuflase agar nggak ketahuan aku ada di antara mereka. Untungnya Dokter Hansen cepat-cepat membawaku pergi.

Kami masuk dalam diam. Dokter Hansen nggak berkata apa-apa selama kami menaiki tangga. Aku yang sudah nggak di dalam rangkulannya hanya bisa ikut diam dan mengikuti dari belakang. Entah bagaimana, aku lebih takut Dokter Hansen tahu perihal aku yang baper ke Bryan. Itu tandanya selama ini aku nggak pernah baper ke dia dan itu benar. Aku aja masih nggak paham kenapa aku bisa baper ke laki tengil macam Bryan itu. Oh, pasti karena Bryan lebih seksi ketimbang Dokter.

Petsitter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang