Aku kembali dengan janji untuk mengupdate chapter baru di bagian ini. Mari kembali membaca "Sepotong Hati Yang Kau Curi"
*📝*
Setelah menyelesaikan segala kekacauan yang terjadi hari ini di Kantor, aku memilih melajukan motorku ke coffe Shop milik Arka. Apapun yang terjadi, tentunya akan aku hadapi.
"Aku Mau ketemu Arka mas" aku mengucapkan namanya tanpa embel-embel pak, bahkan Menurut ku ia terlalu tua jika dipanggil dengan sapaan bapak.
"Langsung keruangan atas saja mbak. Di sebelah sana tangga untuk ke ruangan pak bos" Salah satu pekerja di Cafe ini menunjukan dimana aku harus menemui Arka. Aku pun menuju ke lantai dimana Arka berada. Hanya ada satu buah pintu yang bertuliskan "Arka Room". Aku yakin ini adalah ruangan milik laki-laki itu. Aku mengetuk pintu menunggu ia membukanya.
"Masuk" Aku melihat ruangan ini, seolah kagum akan desain yang ada pada ruangan milik Arka, akupun tidak melihat adanya 2 anak tangga, sehingga aku terjatuh di depan Arka.
"Awshhh" Aku memandang lututku yang berdarah karena memang posisi jatuhnya tepat di lutut kiriku.
"Jadi, selain seorang liliana senang membuat berita tanpa izin, ia juga seorang yang ceroboh" Arka menatap kearahku tanpa ingin membantu.
"Pak bantuin dong, sakit loh ini" Aku mengucapkan kalimat itu karena aku memang sangat membutuhkan bantuannya untuk kembali berdiri.
"Jangan Manja. Bangun saja sendiri" Ia meninggalkanku menuju ruang tamu. Aku berusaha berdiri dan melangkahkan kakiku hingga aku benar-benar menghadap tepat di depannya. Bahkan lukaku saat inipun hanya bisa ku tahan perihnya.
"Apa yang bisa di jelaskan" Ia membuka pembicaraan ini, aku berusaha tersenyum ketika menatapnya.
"Maaf ya mas. Eh maksud saya pak Arka atas artikel yang saya tulis tanpa seizin bapak, Sejujurnya saya kagum pada prestasi bapak. Hanya saja saya mungkin tidak akan bisa bertemu bapak dengan bebas untuk mendapatkan informasi secara langsung mengingat bapakkan seorang yang sukses dan tentu disibukkan oleh beberapa pekerjaan. Saya mendapatkan sedikit informasi dari Rena pak, adiknya Mas Rama" Ia memandangku dengan perasaan yang aku sendiri tidak bisa mengartikannya.
"Berapa yang bisa anda bayar ke saya untuk artikel yang mengatasnamakan saya, heh?" ia mengucapkan kalimat seolah menyombongkan diri.
"Memangnya berapa bayaran menulis artikel tentang Bapak?" Aku malah balik bertanya, tentu aku bingung harus menjawab dengan apa.
"Anda malah balik nanya? Sekarang anda lihat berapa bayaran untuk saya" Ia memberikan Smartphonenya kepadaku. Aku melihat sebuah laman Web yang memuat tentang Arka. Aku mengenali situs Web itu, situs Web terkenal Se-Indonesia. Aku menemukan angka nominal untuk seorang Arka pada situs itu,Senilai 50 juta. Aku menampakan wajah kagetku padanya, aku seolah ingin protes bagaimana bisa sebuah Artikel yang memuat tentangnya harus membayar sebesar 50 juta.
"Mahal sekali ya pak" Aku hanya bisa menagatakan itu.
"Lalu, kapan biaya itu akan di transfer oleh perusahaan tempat anda bekerja? Oya akan saya hubungi direkturnya langsung saja" Aku menatapnya dengan tidak percaya, bagaimana bisa laki-laki yang tampak sempurna ini tidak memiliki rasa iba. Ah, Manusia memang tidak ada yang sempurna. Mungkin sifatnya yang membuat ia memiliki kekurangan. Tapi jujur saja, aku tetap memandangnya dengan perasan suka.
"Pak jangan, bagaimana dengan artikel itu di hapus pak?" Aku menawarkan pilihan itu dengan menatapnya. Ia membalas tatapanku.
"Bagaimana bisa di hapus, sementara sekarang pembacanya sudah mencapai 75 ribu. Anda yakin perusahaan itu dengan rela ingin menghapusnya" Perdana artikel di Kantor ku bisa mencapai 75 ribu pasang mata.
"Saya setuju kalau di hapus, tapi saya yakin perusahaan itu tidak akan mau. Mereka tentu lebih memilih membayar angka 50 juta" ia melanjutkan perkataannya.
"Tapi pak, kalau masalah ini sampai ke direktur tentu saya kemungkinan besar di keluarkan dari kantor untuk menutupi 50 juta yang harus di bayar kan kepada bapak"
"Bahkan saya tidak perduli dengan hal itu" Aku menunduk, memasang wajah tidak suka akan ucapannya.
"Mas maafin gue dong, bahkan pertama kali ketemu Mas Arka gue kira ngelakuin hal ini bukan kesalahan. Sesama teman lah mas" Aku memilih memanggilnya dengan Mas Arka saja, tentu aku juga lelah bersikap formal sementara lelaki di depanku ini adalah salah satu teman dekat abangnya Rena.
"Oke, selain tidak bertanggung jawab.saya rasa anda bahkan tidak punya etika. Saya baru bertemu dengan anda hari ini, Tetapi anda malah bersikap seolah saya ini teman anda sudah sangat lama"
"Maaf pak, tapi rasanya formal banget pak. Emang lo mau jadi bapak gue?"
"Liliana Ganita, silahkan keluar dari ruangan ini" Ucapnya padaku. Aku pun tentu memilih pergi tanpa berkata apapun lagi. Besok saja aku akan kembali menemuinya.
*📝*
Oke see you tomorow my readers. Thankyou and Big Love for you hihi ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Yang Kau Curi
Random[Update Setiap Hari] Bagaimana bentuk hati yang sempurna? Bagaimana bentuk hati yang sebenarnya? Bulatkah? Persegikah? Berapa besar ukuran hati seseorang? Sulitkah menjawab pertanyaan yang mungkin jarang di lontarkan oleh seseorang, tapi aku memper...