pertemuan

28 4 20
                                    

Lampu cahaya kota tampak sedikit buram dari balik mobil sedan yang mereka tumpangi saat ini.Butiran air hujan tampak enggan meninggalkan kaca jendela itu dari jejaknya saat ini. Hujan sudah reda ,namun rintiknya masih menyapa setitik demi setitik menjatuhi bumi.

"Hati-hati .....matamu bisa lepas kalau melotot seperti itu terus" ejek Dara yang duduk di sisi supir taksi itu sambil terkikik.

"aku tidak tahu kalau di kota banyak sekali lampu seperti itu ....kukira hanya berberapa saja " sahut saudari kembar dara yang bernama Dira. Sejenak,ia menatap Dara yg duduk di kursi depan sebelum kembali menatap ke arah lampu yang berdiri di badan jalan,maupun di persimpangan.

"indah sekali.... " sambungnya dengan nada kampungan

Dara hanya terkekeh pelan di tempat nya. Dia merasa maklum dengan reaksi Dira yang memang baru kali ini menginjakkan kakinya di daerah perkotaan. Selama ini ,yang Dira tau hanya rumput, tanah liat yg becek ,atau pun tanah liat yang tandus. Dan lampu-lampu yang senpat di puji oleh dira itu ,mana ada di kampung mereka. Yang ada mereka hanya menggunakan senter atau lampu semprong untuk keluar rumah . Syukur kampung mereka saat ini sudah ada lampu di rumah masing-masing warga. Karna kalau tidak,  dara yakin pasti tinggkah dira akan lebih kampungan lagi lebihdari saat ini.

"ini belum seberapa.... Tunggu sampai kau melihat sesuatu yg lebih indah saat di apartemen ku nanti " ujar Dara merasa bangga hingga tak sadar mengundang jiwa antusias Dira yang mendengarkan.

"BENARKAH"? Tanya gadis itu dengan mata memandang Dara. Ia bahkan sudah mencondongkan badannya ke depan demi mendapatkan kepastian dari saudarinya itu.

"hmmm.. "jawab Dara mengangguk
"yang penting sekarang, kau duduk dengan tenang, jangan membuat nenek kesempitan dengan tubuhmu itu ! Tidak taukah kau kalau tubuhmu itu cukup besar untuk mengganggu ketenangan orang yang berada di samping mu? " omel Dara sukses membuat Dira sadar akan ulahnya.
Ternyata nenek Munah ,nenek mereka telah terhimpit karna tubuh dira yang mencondong dengan sedikit menyerong kedepan. Duduk bertiga dengan kakek Irul membuat nenek munah harus rela di himpit oleh suami dan cucunya. Ditambah dira yang ternyata tidak bisa diam disaat sempit begini.
Membuat nek Munah mau tidak mau harus menahan sabar nya demi sang cucu yang kampungan.

"ma-aaaf nek " ucap Dira memperbaiki posisi duduk nya.
Pikirnya akan lebih baik jika ia menatap kembali lampu kota.

Hujan ternyata tidak begitu buruk,tetesan  air yg menempel di jendela menambah kesan yg menarik. Seperti lampu tambahan yg di pantulkan oleh sebutir air hujan .melihat kota yg luas, membuat dira kembal ingat dengan desanya yang permai.
Desanya memang tenang,
Tidak berisik seperti di kota.
Baru berberapa jam saja ia tiba dikota ,tapi telinganya sudah lelah  mendengar suara berisik yg entah datang dari mana saja.

Di kota memang indah, banyak cahaya benderang yg berasal tidak hanya dari langit,
Tapi dari gedung-gedung bertingkat dan mewah yang banyak mereka lewati sedari tadi. Tidak seperti desa yang hanya lampu di setiap rumah, paling hanya ada cahaya bulan dan bintang yg menghiasi langit malam,pantas saja jika dara lebih betah tinggal di kota,begitu meriah sama seperti orangnya.

                 ****************

"kau pakai ini saja! " kata Dara menyodorkan sebuah gaun dengan pita dibagian pinggang nya pada Dira dengan nada perintah.

Rencananya, Dara malam ini akan melakukan makan malam keluarga bersama Fabian.pria yg sebentar lagi akan menjadi suaminya. Dan makan malam ini adalah makan malam yg cukup berharga bagi Dara. Jadi, penampilan Dira yg merupakan saudari kembar nya pun tidak boleh ia abaikan begitu saja. Mengingat kalau calon suami dara adalah anak salah satu pengusaha besar di kota mereka

Cukup lama dara mencari,sampai akhirnya ia merasa kalau gaun hitam yg ia berikan kepala dira itu lebih cocok pada sang adik ,dibandingkan dengan deretan gaun lainya.

"Tidak,,, aku akan lebih suka dengan yg ini... "tolak Dira meraih sebuah gaun berwarna coklat yg ada di salah satu gantungan baju di toko tersebut. Mencocokkanya dengan tubuhnya yg ramping.

"tidak!!  Aku bilang, kau lebih cocok dengan gaun yg ini!"tidak ining di bantah, dara merampas gaun coklat di tangan Dira dan mencampakannya begitu saja di atas gantungan pakaian.

"gaun itu membuat mu terlihat seperti wanita tua genit" imbuhnya membuat dira mengerucutkan bibirnya sebal.

"tapi.. Aku mau pakai yg ini!" kukuh Dira keras kepala

"aku bialng, aku mau kau pakai yg ini!" tetap lebih keras kepala, dara kembali menyodorkan gaun pilihnya ke tangan dira.

"TITIK!" tambahnya membuat dira menahan napas kesal

"sudahlah, Dira turuti saja apa mau gadis keras kepala ini... " instrupsi nenek Munah dan kakek Irul yang datang dengan sebuah keranjang baju yg berada di tangan kanan nenek munah,saat di lihatnya dira akan beradu argumen lagi dengan dara.

"lagi pula inikan acara formal ,kau juga belum pernah menghadiri acara seperti ini kan?"sambung Nek Munah lagi yg hanya di balas dengan kedua alis tinggi oleh Dira.

Lanjut......

Maaf yaa sedikit...
Insyaallah di lanjut lagi
@yuhuudew_

Salam manis ❤❤❤

                          Dewioktaviya

Dia satu hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang