Part 5

21 4 23
                                    

___ Untung gue masih ganteng dan akan selalu ganteng. ___

--Aditya--

🍃🍃🍃

Tak! ... Tak! ... Tak! ...

Huftt!!

Aishh!!

Hoaamm!!

"Duduk yang tegap!! Pandangan tetap ke kertas!! Tidak boleh lirik kanan-kiri!!"

Sangar. Satu kata buat Pak Johan selaku guru matematika di kalas XI IPS 2 itu.

Aldi yang sedari tadi celingukan seketika langsung duduk anteng menatap lembar jawabannya.

Ulangan. Salah satu kata keramat bagi siswa itu udah buat Aldi pusing gak ketulungan.

Bayangin aja. Dia baru masuk kelas dengan bahagianya karena senin ini gak ada upacara. Nikmat hari senin, bukan?

Tapi, apalah dayanya yang sekarang malah dihadapkan sama ulangan?? Parahnya ulangan dadakan.

Mati aja lu Di!! Rutuknya dalam hati.

Tak jauh berbeda dengan Aldi, Aditya punya kesibukan lain. Dia sibuk sibuk menghitung sesuatu. Dan yang pasti yang dihitung itu bukan rumus apalagi deretan angka-angka yang buat para murid memperpendek umur mereka. Melainkan manik-manik kancing yang ada di seragamnya.

Untung nih ulangan bukan soal uraian. Mendingan gue ngadepin doi deh, dari pada ngadepin nih angka-angka! Giliran Aditya yang membatin tak jelas.

Lain dengan dua orang orang itu, Reno malah dengan santainya nengok kiri-kanan kayak nggak ada beban.

"Heh, kunyuk! Bagi jawaban dong! Kertas gue masih kosong neh." Dengan santainya Reno menendang bangku Aditya yang notabenya duduk didepan Reno.

Aditya mendengus kesal karenanya. Bukan karna Reno yang minta jawaban. Tapi gara-gara kursi yang didudukinya ditendang, konsentrasi menghitung kancing seragamnya malah buyar.

"Halah, kampret! Entar dulu napa sih, Ren! Gue lagi serius nih!" jawab Aditya tak santai.

Reno tak peduli. Kakinya terus saja menendang bangku Aditya yang sukses membuat Aditya naik pitam. Mau langsung geplak si Reno juga percuma. Bisa-bisa dia yang kena damprat Pak Johan.

"Paaakkk!!!" Teriak seseorang membuat semua penghuni kelas memutar pandangan mereka.

"Pasti ngerusuh nih si Nendra. Dasar anak dugong," desis Aditya sedikit kesal. Lagi-lagi konsentrasinya buyar.

Nendra maju dengan bangganya membawa dua kertas sekaligus. Soal dan lembar jawaban.

"Nih Pak, kelar kan? Beres kan? Clear kan? Iya dong. Babang Nendra mah pinter. Emang mereka pada," sombong Amar. Pandangannya menyapu seluruh kelas dan terhenti pada 3 bangku dibagian pojok kelas. Tempat sahabatnya duduk.

Sumpah serapah terus saja keluar dari mulut Reno, Aldi dan terlebih lagi Aditya.

Mati lo ntar kunyuuukkk!!! Rutuk mereka bertiga.

Nendra berjalan keluar kelas setelah persetujuan dari Pak Johan. Ia berjalan dengan mengurai rambutnya juga menunjukkan cengiran kuda kepunyaannya yang sukses membuat ketiga sahabatnya bernafsu untuk segera melenyapkan Nendra dari muka bumi.

Ada Apa Di Sekolah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang