1. Mission One

1.8K 179 45
                                    

MARI kita sepakati, bahwa urusan 'Cinta' adalah hal yang sangat merepotkan bagi gadis itu, menurutnya Cinta adalah omong kosong belaka saja yang dilontarkan bibir manusia untuk menyenangkan seseorang yang dianggapnya sebuah 'Mainan', janji manis dengan berkata 'Aku tidak akan meninggalkanmu' adalah bualan yang membuat gadis itu mual.

Menurutnya, cinta adalah hal bodoh. Benar, bodoh ketika seseorang mencintai orang itu namun yang dicintai sama sekali tidak mencintai balik, sia-sia bukan? Karenanya gadis itu tidak pernah mengecap soal perasaan cinta tak jarang dirinya selalu menutup rapat hatinya dengan gembok besar lalu membuang kuncinya dalam danau dalam agar tak seorangpun yang bisa membuka pintu itu.

Namun, pikirnya salah. Tatkala manik gadis itu bertabrakan dengan manik purple milik pemuda itu, kala ia rasakan waktu yang melambat bagi keduanya saling bertatap dalam diam dengan hening suasana ruang perpustakaan.

Gadis itu telah,

Terjatuh.

.
.

Pertemuan saat itu masih membekas dalam otaknya, terdengar menjijikan mungkin tapi gadis itu tidak berhenti tersenyum barang sedetikpun karena senyum dari wajah pemuda itu tak kunjung jua lepas dari pikirannya. Bahkan seisi kelasnya menatap gadis itu merinding dengan senyum lebarnya yang terpampang jelas pada wajah gadis itu.

"[Name]"

Gadis itu menoleh pada Arima, Shiina Arima. Pemuda berperawakan tinggi, bersurai hitam gelap, manik coklat, tampan, juga pintar. Jangan lupa dia ketua OSIS disekolahnya tak ayal Arima mempunyai banyak penggemar gadis di sekolah. Kalau ditanya kenapa pemuda ini memanggil dengan nama depanmu? Karena Arima adalah tetangga gadis itu sekaligus teman kecilnya.

"Apa? Aku tidak mau membantumu mengerjakan dokumen itu lagi, tidak." Sungutnya, Arima merotasikan matanya kesal "Kau tidak sadar tampangmu yang seperti orang gila?" Gadis itu terkejut dengan perkataan Arima yang membuat moodnya turun drastis "Hah? Kau bilang aku orang gila? Kau menghancurkan kebahagiaanku Arima hueeee~"

Pemuda tinggi itu menyentil dahi gadis yang masih dengan lebaynya menangis bombay "Ada apa? Ceritalah, masih ada waktu 10 menit sebelum Sensei masuk" Arima mengambil duduk pada bangku disamping gadis itu, kebetulan sekali karena pemiliknya sedang izin sedang [name] masih mengelus dahinya yang memerah akibat sentilan temannya ini.

"Ekhem, baiklah dengarkan yaaah. Sepertinya aku sedang mencintai seseorang." Penuturan gadis itu membuat Arima tersentak, menurut Arima gadis yang selalu bersamanya ini adalah yang paling bodoh jika menyangkut perasaan seperti itu, bahkan gadis itu selalu bertanya 'Bagaimana rasanya jatuh cinta? Sepertinya membosankan ya?.' Yang kemudian setelah itu [name] tak mempermasalahkan lagi soal pertanyaan itu. Dan sekarang gadis itu dengan gamblangnya berkata 'Mencintai.' What the hell.

"Apa dia dari sekolah lain? Atau dari sekolah ini?"

Mengerucutkan bibirnya gadis itu menerawang pada saat dirinya bertemu dengan pemuda itu "Tidak tahu tuh, dia memakai pakaian casual. Tapi ciri-cirinya, dia tinggi sama sepertimu, matanya berwarna ungu, lalu surainya salmon pink. Lalu-lalu ketika aku bertatapan dengannya jantungku berdebar kencang sekali. Itu jatuh cinta kan?" Oh kelewat semangat gadis itu mendeskripsikan bagaimana ia jatuh cinta pandangan pertama, Arima tidak menyahut bahkan terdiam dengan alis yang mengeriyit memikirkan ciri pemuda yang dideskripsikan oleh sahabat kecilnya.

Tinggi.

Mata ungu.

Lalu rambut salmon pink? Hmmm pink yah? Tunggu!

𝐏𝐄𝐊𝐀 𝐃𝐎𝐍𝐆 || S. KisumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang