PATAH HATI

112 1 0
                                    

Sore itu, di sudut cafe pinggir jalan kota Bandung terdapat seorang gadis berusia 21 tahun dengan pakaian casual dan rambut dikepang satu yang menjadi ciri khasnya sedang membaca sebuah novel sambil mendengarkan lagu dari handphone melalui earphone-nya, di hadapannya terdapat minuman matcha hangat kesukaannya.

Itulah kebiasaannya selama setahun terakhir di setiap waktu luang dan kebetulan hari ini adalah hari Sabtu malam atau lebih tepatnya malam Minggu, disaat para gadis seusianya menghabiskan waktu bersama pasangan, sahabat, atau keluarga, ia lebih memilih menyendiri menghindari keramaian.

“Rifa.” tiba-tiba ada seorang lelaki seusianya duduk dihadapan gadis itu sambil menarik earphone yang menempel di telinga gadis itu.

Rifa Daraya- seorang mahasiswi fakultas psikolog, dia gadis yang sangat ceria, rambut yang dikepang satu menjadi ciri khasnya.

“Daniel?” tanya Rifa dengan ekspresi kaget.

Daniel Setya- mahasiswa fakultas kedokteran yang bersahabat dengan Rifa sejak Sekolah Dasar. Namun setelah lulus SMP ia dan keluarganya pindah ke Belanda hingga akhirnya ia dan Rifa tidak pernah berkomunikasi lagi.

Tapi saat ia kembali dan masuk ke salah satu Universitas yang ada di kota itu, ia bertemu kembali dengan Rifa.

Daniel tersenyum manis, sangat manis siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh hati kecuali Rifa.Dimatanya Daniel sosok lelaki menyebalkan yang selalu menganggunya, tetapi itulah cara mereka berteman. Setiap orang punya cara pertemanannya masing-masing bukan?

“Hai, apa kabar?” tanya Daniel masih dengan senyum manisnya.

“Seperti yang lo lihat.” jawab Rifa acuh lalu kembali membaca novelnya.

“Lo ga kangen gitu sama gue?”

“Gak.” jawab Rifa masih fokus dengan novelnya.

“Ah ga asik lo mah, padahal cewe-cewe kalo liat muka gue langsung klepek-klepek bahkan sampe mimisan.”

“Oh.”

“Ck, lo ga malu apa?”

“Ngapain malu, gue pake baju.” jawab Rifa yang masih tak mengalihkan perhatiannya.

“Bukan itu, coba lo liat sekitar deh.”
Rifa pun menuruti perkataan Daniel, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe kemudian menatap Daniel kembali sambil menaikkan sebelah alisnya.

“Ini malem Minggu semua orang pada punya gandengan, lah elo? jones amat.”

Rifa mendelik kesal atas ejekan Daniel  lalu ia kembali fokus pada novelnya. Daniel yang kesal karena diabaikan langsung mengambil novel yang dipegang Rifa. Rifa pun melotot atas kelakuan Daniel.

“Kalau lo Cuma mau gangguin gue, mending lo pergi jauh-jauh deh.” ucap Rifa dengan kesal.

“Galak amat lo kayak ibu-ibu kost.”

“Lo ngapain sih kesini?”

“Ini kan tempat umum suka-suka gue dong, lagian gue punya niat baik buat nemenin lo biar ga keliatan jones.”

“Lo tadi ngatain gue, lah lo juga ngapain datang sendiri mana gangguin gue lagi kurang kerjaan banget.”

Skakmat. Daniel diam memang benar ucapan Rifa.

“Tuh mulut pedes banget sih.”

“Suka-suka gue dong.” ucap Rifa sambil menirukan gaya bicara Daniel kemudian ia menyeruput minuman matcha yang sedari tadi diabaikan. 

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang