When You Love Someone
Ketika itu pukul 08 malam, dimana seharusnya Renjun mendapatkan Me Time terbaiknya setelah berperang dengan tugas kalkulus yang baru saja ia selesaikan tetapi sepertinya seseorang telah mengutuknya dengan meminta takdir berkata lain sebab suara ketukan pintu yang terdengar nyaring telah menghancurkan ekspektasinya mengenai bergelung manja pada kasur kecintaannya.
"Renjun-ah~"
Renjun berhenti tepat di balik daun pintu, tanpa perlu berpikir keras ia tahu siapa tamu tidak diundang yang tadinya sangat ingin ia pukul kepalanya -sebab telah mengganggu jadwal istirahatnya- adalah Na Jaemin. Ah, Teman baiknya itu pastilah hendak mengadu hal yang iya – iya kepadanya.
"Renjun-ah~"
"Sudah malam na, apa yang kau lakukan di rumahku-"
Renjun yang baru saja memutar kenop pintu harus dikejutkan dengan teriakan nyaring Jaemin, bukan karena jeritannya terdengar memekakan telinga melainkan isakan pilu yang terdengar kentara disela – sela amukannya.
"Masuklah dan tunggu di sini, akan ku bunuh Mark hyung untukmu."
"Jangan. Bodoh."
Dengan cekatan Renjun menarik Jaemin menuju sofa empuk kecintaannya, lalu memberikan segelas teh hijau dengan campuran madu di dalamnya. Sekilas alis Renjun menukik tajam tatkala mengingat Jaemin yang menyempatkan diri untuk mengumpatinya tadi, padahal jelas – jelas ia sedang mengutarakan pembelaannya terhadap Jaemin. Dasar tidak tahu diri, pikirnya.
Sedang Jaemin? Pemuda Na itu tengah menekuri latai, entah apa yang terlintas di benaknya kali ini. Sekali lagi, Jaemin mendesah frustrasi, menghempas lelahnya pada udara tak bergerak kala itu, iris sewarna karamelnya masih tampak basah walau dapat dipastikan sang empu telah berhenti menangis hebat berjam – jam sebelum kedatangannya ke rumah sang sahabat.
"Nana~"
"Eung, kau memang hebat Injunie, teh melati ini luar biasa nikmatnya."
Renjun menghela napas, cukup panjang hingga Jaemin tersadarkan akan kesalahan dari kalimat yang baru saja ia lontarkan namun bukan Jaemin namanya jika ia tidak bersikap masa bodoh atas hal tersebut, seiring senyum indahnya terkembang ia menggeleng pelan, meminta Renjun berhenti menuding bahkan sebelum ia memulainya.
"Kau baik?"
Jaemin mengangguk perlahan, mengabaikan perasaan sesak yang menyiksanya kini. Tak lupa senyum manis yang ia sematkan di paras eloknya namun sehebat apapun seorang Na Jaemin berbohong maka akan ada seorang Huang Renjun yang akan menangkap basah kedoknya.
"Bodoh." Umpatnya, "Berhentilah."
"Jika ini tentang Mark-"
"Ya, ini tentangnya."
Renjun mendengus keras – keras, sedikit berharap bahwa Jaemin akan menyadari betapa ia benar – benar kesal saat ini.
"Maaf."
"Tak apa. Lanjutkan."
Jaemin menilik gestur Renjun dari sudut matanya, walau tampak kesal pemuda Huang itu tetap bersabar untuk meminta Jaemin melanjutkan cerita sedihnya.
"Aku telah menyerah dan mengaku kalah pada diriku sendiri."
Pemuda mungil itu membulatkan mata dengan mulut yang menganga lebar hingga tampak seperti orang yang baru saja menyaksikan pembunuhan tepat di hadapannya.
Masih tenggelam dalam keterkejutannya, Renjun memaku -enggan beranjak atau sekedar mengusap pundak Jaemin yang tampak bergetar hebat, beberapa kali gemeletuk giginya terdengar kentara di antara suara tangisan Jaemin yang teredam.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Good For You
FanfictionMinhyung tak habis pikir kenapa Jaemin selalu besikap skeptis terhadap teman kencannya, dan sangat selektif dalam memilih calon pasangan untuknya. Bukankah yang menjalani hubungan percintaan itu adalah Minhyung sendiri? Mengapa Jaemin harus repot-re...