Enggak semua yang kamu usir--bahkan secara kasarpun-- selalu pergi. Terkadang ada yang menetap tanpa kamu ketahui.
Kamu seringkali mengusir orang untuk menjauh dari hidup kamu, bahkan kadang secara enggak langsung seperti lewat mengikhlaskan dia dengan hal yang benar-benar disukainya.
Kamu juga sering banget mengusir orang yang menunjukkan kepeduliannya kepadamu, padahal dia hanya membantu menguatkan. Bukannya 'kamu' juga butuh pendengar? Jadikan dia yang terang-terangan menunjukkan kepeduliannya sebagai pendengar, mereka akan ikhlas tanpa kamu balas apapun.
Namun, kadang, dia bisa muak. Lama-kelamaan dia memilih untuk peduli dalam diam. Dia peduli namun tak lagi menunjukkan. Dia peduli namun tidak lagi menampakkan secara terang-terangan. Dan, ketika kamu berada di titik terbawah tanpa bantuan siapapun, dia akan datang untuk sekali lagi menunjukkan kepeduliannya--untuk menjadi pendengarmu.
Dan sekali lagi, kamu yang egois ini memilih mengusirnya karena merasa butuh sendiri.
Dia hanya diam di sisimu, tak lagi memilih menyembunyikan diri. Dia sangat tahu kamu. Bahkan melebihi tahunya kamu terhadap dirimu sendiri.
Dia tahu kamu butuh bahu untuk bersandar. Dia tahu kamu butuh pendengar. Dia pun tahu kalau kamu akan mengusirnya di hari itu. Namun, dia tetap tinggal.
Pendengar yang baik selalu tahu saat dimana dia harus berbicara untuk menenangkanmu yang sangat-sangat kacau.
--
Kulon Progo, 7 Mei 2020, 05.33 WIB