2

295 12 0
                                    

Sandara

Aku melihat seorang lelaki tinggi berambut cokelat sedang bermain basket di sebuah lapangan SMA, dan seseorang yang baru saja kutemui tadi atau bisa disebut sahabat lamaku, karena dia memang sahabat lamaku walau hanya aku ingat bahwa pernah sekali aku memeluknya saat dia menangis itu memanggil namanya.

"Ricky!!!"

Lelaki itu melihat kearah kami, dan berlari, mata coklat dan kulit pucatnya menandakan bahwa dia bukan orang Indonesia asli.

"Hei Vira!"

Saat dia sudah di depanku, aku berusaha mencari sesuatu untuk diingat, alhasil aku tidak ingat apapun

"Loh? Dara? Kamu kok ga ngabarin aku pas kamu udah keluar dari rumah sakit, aku nyariin kamu tau! Aku ke rumah kamu, katanya kamu udah pindah, aku khawatir kamu kenapa-napa Dara"

Kenapa dia berteriak ke arahku? Dia memarahiku? Dia bahkan terlihat sangat khawatir, jadi benar dia pacarku?

"Ricky!, ssstttt lo berisik deh, ayo ke Cafe King, nanti gue ceritain semuanya"

Aku hanya membungkam, aku tidak tahu harus bicara apa, apa lagi di daerah yang tidak sama sekali ku kenal ini, aku melihat hantu hantu aneh, selama perjalanan aku sering di kagetkan tetapi Vira selalu memperhatikanku karena dia sudah tahu kalau aku bisa melihat hantu walau reaksinya saat kuberi tahu tadi sangat berlebihan, untung saja Vira bisa mengendalikan ini semua.

*******

Vira menceritakan bahwa aku terkena amnesia, tetapi dia tidak cerita bahwa aku indigo karena tidak semua orang bisa mempercayainya.

"Maaf Dara, aku beneran ga tau, jadi kita bangun hubungan kita lagi ya, kita mulai dari awal"

Sedari tadi Vira bercerita, aku tidak fokus mendengarkannya, mungkin karena aku terlalu fokus pada sesosok hantu yang melihat keluar jendela cafè ini, dia duduk di pojok dan tidak melakukan apa apa, hantu itu tidak menyeramkan, banyak sekali hantu dijalan yang menyeramkan tetapi hantu lelaki itu terlihat sangat normal.

"Dara? Sandara?"

Akhirnya aku tersadarkan oleh suara seorang lelaki yang seharusnya ku dengar dan kutatap sedari tadi.

"Eh iya kenapa?"

"kamu merhatiin apa sih Ra, aku mau kamu jadi pacarku Ra, kita lanjutin lagi hubungan kita"

Loh? Aku saja tidak menyukainya, ya mungkin aku pernah menyukainya tapi itu dulu.

"Maaf Ricky, aku ga bisa jadi pacar kamu, aku ga suka sama kamu, tapi kamu mau kan jadi teman aku? Aku janji akan coba mengingat semuanya"

"Yaudah kalo kamu maunya gitu, Aku bakal nunggu kamu kok Dara, aku ga pernah bosen nunggu kamu dari dulu, ini nomor telfonku, kita sahabatkan? Aku akan banyak menceritakanmu tentang kisah kita"

"Iya Ricky, makasih"

"Eh Ra, gue belum ngasih nomor telfon gue, lu sih ga bilang kalo punya handphone, ini nomornya"

Dasar Vira, ga pernah bisa ngomong dengan santai, memangnya setelah handphoneku rusak aku tidak membelinya lagi?

******

Esok harinya sepulang kuliah, aku pergi ke cafe itu lagi, bukan untuk menemui Ricky, aku hanya penasaran dengan hantu kemarin, yang aku tahu hantu itu tidak suka berpindah tempat jadi pasti dia sana sekarang.

Aku benar, ternyata dia masih melihat ke jendela, aku ingin melihat wajahnya, apa sebaiknya aku memanggilnya? Ok!

"Mmm, permisi...."

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang