"Manis sepertimu," ucap Tzuyu yang membuat pipi Sana merah.
"Bisa saja." Sana dibuat salah tingkah.
Sana dan Tzuyu saat ini sedang kembali berjalan berdua untuk pulang. Tidak mau menaiki angkutan umum, bus, ataupun sejenisnya karena Sana bilang ingin menghabiskan waktu dengan Tzuyu selama mungkin. Entahlah, mendadak Sana sangat merindukan Tzuyu.
"Dibibirmu ada bekasnya, kemarilah."
Sana menuruti Tzuyu, mendekatkan wajahnya. Sehingga Tzuyu bisa mengelap bibirnya.
"Sudah."
Mereka berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan.
"Tzu," panggil Sana.
"Hmm?" balas Tzuyu.
"Kau benar-benar kedinginan, ya? Tanganmu dingin sekali semenjak kita keluar dari cafe." Sana memasukan tangan Tzuyu yang digenggamnya kedalam saku jaketnya agar hangat.
"Uhm..sepertinya begitu." Tzuyu menggidikan bahu.
"Aishh." Sana memutar bola matanya malas.
Mereka lanjut berjalan dalam keheningan, namun suasananya terasa nyaman sekali bagi keduanya.
"Ini untukmu," ucap Tzuyu sambil memberikan bunga yang ia taruh dalam saku jaketnya.
Jalanan kota Seoul malam inj tak terlalu ramai, hanya ada beberapa kendaraan saja yang lewat.
"Setangkai mawar merah dan putih? Kenapa?" Sana tersenyum lebar sambil menghirup aroma kedua bunga tersebut.
"Kau tahu artinya satu tangkai mawar merah?" tanya Tzuyu yang dibalas gelengan oleh Sana.
"Satu tangkai mawar merah berarti wujud pengabdian panjang dan cinta yang tidak akan pernah layu. Aku mencintaimu, dan seluruh cintaku hanya untukmu," jelas Tzuyu melihat Sana dalam.
Sana menghentikan langkahnya. "Sejak kapan kau jadi romantis begini? Hahaha," ledek Sana. Tapi sebenarnya dia sangat senang diperlakukan seperti ini oleh Tzuyu.
Tzuyu tidak menjawab, malah bertanya kembali. "Kau tahu artinya satu tangkai mawar putih?" Lagi-lagi pertanyaannya dibalas gelengan oleh Sana.
"Mawar putih itu artinya kemurnian dan perdamaian. Putih itu polos, dan juga berarti aku tulus mencintaimu," ungkap Tzuyu.
"Aku juga tulus mencintaimu," balas Sana. Kemudian ia menghentikan langkahnya dan memeluk Tzuyu.
"Lalu kamu tahu arti keduanya bila disatukan?" tanya Tzuyu lagi.
"Apa?" Sana penasaran mengangkat kepalanya menatap Tzuyu.
"Itu simbolis dari rasa syukur dan kebahagiaan. Mawar merah yang sudah mekar berarti cinta yang abadi, sedangkan mawar putih yang masih sedikit kuncup berarti cinta itu kuat...,"
Tzuyu menghela nafas sebelum melanjutkan.
"....aku ingin kita seperti itu. Tetap kuat, tulus, dan abadi meskipun suatu saat kita terpaksa berpisah." Mata Sana membulat dan dengan cepat ia berjinjit dan mencium Tzuyu.
Setelah beberapa saat, ia melepaskan tautan bibir mereka." Jangan pernah bilang seperti itu. Jangan pernah," ucap Sana sambil menyatukan dahinya dengan milik Tzuyu.
Sementara Tzuyu hanya tersenyum sambil menutup mata menikmati suasana yang mereka rasakan saat ini.
WIIUUU WIIUUU WIIUU
"Eh? Kenapa ada ambulan lewat sini, ya?" Sana yang penasaran langsung melihat kearah ambulan itu melintas.
"Entah, mungkin ada yang kecelakaan?"
"Ayo kita lihat," ajak Sana.
"Heh, tidak usah. Ayo lebih baik kita cepat pulang. Ini sudah malam," ucap Tzuyu.
"Aaa, tapi aku mau lihaat, ayooo." Seperti biasa, Sana berlari meninggalkan Tzuyu yang memanggilnya dibelakang.
"Yah! Dasar bandel!" Tzuyu berusaha mengejar Sana, namun tetap membiarkan Sana berlari.
Akhirnya Sana melihat kerumunan disana. Sebelum masuk kesana, Sana lebih dahulu melihat Tzuyu yang sedang berdiri mengatur nafas dibelakangnya.
Tanpa pikir panjang, Sana mulai menerobos kerumunan itu. Entahlah, perasaannya mengatakan ia harus melakukannya.
Dengan nafas terengah-engah Sana mulai dapat melihat kondisi dihadapannya.
Sebuah mobil berwarna hitam terlihat menabrak pohon dipinggir jalan, dan terlihat ban-nya kempis sepeti habis tertusuk sesuatu. Namun, bukan itu yang menarik perhatian Sana.
Masih ada orang didalamnya. Dan Sana yakin, ia tak asing dengan sosok itu. Tiba-tiba Sana mengingat sesuatu. Dengan cepat ia menghampiri mobil itu.
Namun ia dihadang oleh polisi. "Maaf nona, anda tidak boleh melewari garis ini," ucap polisi itu tegas.
"Tapi saya kenal orang itu, pak!" tegas Sana.
"Benarkah?"
Sana mengangguk mantap. "Iya, saya ingin memeriksanya apakah benar atau bukan."
"Silahkan kalau begitu."
Sana dengan detak jantung yang tidak beraturan dan nafas yang berat mulai melangkah mendekati mobil yang sudah rusak itu. Dan dengan perlahan ia menyentuh orang itu.
Seketika air matanya jatuh.
Jantungnya serasa ditusuk ribuan jarum.
Lututnya lemas seakan tak bisa menahan berat badannya sendiri.
Dan untuk beberapa saat ia tak bisa bernapas.
"Tzu-Tzuyu.....?"
Sana menoleh kebelakang. Mencari sosok yang sedari tadi menemaninya berjalan-jalan ditengah udara dingin yang menusuk tulang.
Dan sosok itu kini berada paling depan diantara kerumunan, tersenyum lembut menunjukan lesung pipinya. Wajahnya yang agak pucat tak membuat kecantikannya pudar sedikitpun.
Membuat Sana terisak dan memegang erat jaket orang yang sedang ia pegang sekarang.
Sana dengan cepat mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, sebuah foto.
Tidak ada.
Foto yang ia ambil diphoto box bersama Tzuyu....kini hanya ada dia seorang, tidak ada sosok orang yang ia cintai didalamnya.
"TZUYUUUU!! KENAPA KAU TEGA MENINGGALKANKU SEPERTI INI?!"
Dan dengan perlahan sosok itu menjadi cahaya yang melebur hilang entah kemana.
"Aku mencintaimu, Sana. Dengan tulus, sampai akhir hidupku."
FIN.
:)
Terimakasih kepada Takiemy23 yang sudah membantu^^
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐘𝐨𝐮「SaTzu」[END]
FanfictionAkhirnya setelah lama penantian yang panjang, hari ini datang juga Warning! • GxG • Baku ©QyuRiz 07-05-20