"Haenami.. Haenami... Buka pintunya." Jinhyuk menggedor pintu kamar Jinwoo.
Gagang pintu yang menempel juga tak luput di naik turunkan secara brutal .
Keringat dingin mengucur dari pelipis Jinhyuk.
"Haenami.. Haenami...."
"Maafin ayah ya nak." ujar Jinhyuk.
"Lee Jinwoo. Huwaaaa." teman-teman nya menggumamkan namanya.
"Oh iya. Kunci cadangan." gumam Jinhyuk sambil mondar-mandir didepan kamar.
Otak Jinhyuk masih bisa berfikir jernih. Ia mengingat telah mengantongi satu set kunci cadangan rumahnya.
Ia Terlihat terburu-buru saat mengambil kunci itu di sakunya.
Teman-temannya masih terisak membayangkan hal yang buruk tentang Jinwoo.
Mereka takut Jinwoo melukai dirinya sendiri.
Yang paling parah jika ia akhirnya memilih bunuh diri.
Jinhyuk mengabsen kuncinya satu persatu dan mendapatkan kunci yang benar.
Kemudian Ia memasukkannya ke lubang dan pintu langsung terbuka.
"Haenami." Dia mendapati kamarnya sangat berantakan seperti kapal pecah.
Ia masuk dan memastikan Jinwoo masih sehat.
Teman-temannya juga mengikuti dibelakang.
Tidak ada tanda-tanda Jinwoo di dalam kamar.
Pikiran buruk lain tentang Jinwoo muncul.
Tekanan darah Jinhyuk langsung menurun drastis saat ia melihat jendela kamar disisi selatan terbuka lebar.
Teman-teman nya sendiri terus memanggil namanya.
"Ponsel..." Jinhyuk merogoh ponselnya.
Ia membuat sambungan telepon dengan anaknya.
Tapi sebuah bunyi terdengar dari atas meja belajar Jinwoo.
Bunyi tersebut berasal dari ponsel Jinwoo yang ternyata terletak diatas meja belajarnya.
Jinwoo meninggalkan ponselnya.
Kaki Jinhyuk sekarang lemas, ia hanya bisa meringkuk sekarang.
Ia merasa sudah gagal menjadi orang tua untuk Jinwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Love You, DAD
Fanfiction"Suara sirine ambulance itu membuatku tersadar bahwa semua yang kau inginkan tidak bisa kau dapat." - Lee Jinhyuk "Sudah lima tahun lamanya aku hidup berdua dengan anak semata wayangku saja." - Han Seungwoo "Mereka berdua sudah seperti anakku sendir...