Chapter 1

65 10 5
                                    

Tebarin bintang di part ini😂⭐
*
*
*
Selamat Membaca🖤

"Cakra Bryan Hitto! Putra dari CEO Switch Inc yang terhormat. Lo itu bukan siapa-siapa gue, dan lo ga berhak ngatur hidup gue!"

Aileen berdiri kemudian meninggalkan Cakra tanpa mengucap terimakasih sedikitpun.

"Leen! Lo punya hutang budi ke gue, besok gue mau nagih dengan ngajak lo dinner dan lo harus mau!", teriak Cakra pada Aileen yang terus menjauh.

"Ogah dinner ama makhluk kek lo!", jawab Aileen dari kejauhan.

"Besok gue jemput jam 8 malem dan lo harus udah siap, dandan yang cantik. Mandinya make parfum, kasih bunga mawar, melati, intinya semua jenis bunga deh, biar wanginya tahan lama gitu."

Aileen menghentikan langkahnya dan memutar menghadap Cakra yang cukup jauh darinya.

"Maksud lo apa?! Lo nganggep gue mayat yang harus mandi pake segala jenis kembang gitu?", kesal Aileen.

"Bukan gitu Leen. Maksud gue biar lo wangi gituu, bukan malah nyamain lo sama mayat.", cela Cakra.

"Gue ga mau dinner ama lo! Intinya ga mau!"

"Lo harus mau! Gue maksa!"

Jengah mendengar ajakan dari Cakra yang penuh paksaan. Aileen berlari menuju kelasnya di lantai dua.

***

"Ekhem ekhheeemm"

"Aduh mampus gue", ucap Cakra dengan nada pelan.

"Dari mana aja kamu Ra?! Setiap malam Rabu, pasti kamu pulang larut", ucap Deon Emilio, ayah Cakra.

"Eeemmm, abis kerja kelompok pah, nyelesein tugas. Papah kaya ga tau aja, Cakra kan anaknya rajin", jawab Cakra sambil menyalami Deon.

"Ngeles terus. Yaudah, langsung bersihin badan habis itu istirahat. Kalo belum makan ya makan dulu, didapur ada ayam goreng. Tadi mamah sebelum tidur, sengaja masak dulu buat kamu.", cerocos Deon pada putranya.

"Oke pah. Cakra ke kamar dulu pah", jawab Cakra sambil melenggang menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar. Cakra mengganti seragam sekolahnya dengan kaos hitam polos dan celana jeans pendek, kemudian langsung membaringkan badannya di kasur king size kesayanganya.

Diliriknya jam weker di atas nakas.
01.12 WIB. Selarut itu dan masih tak ada rasa kantuk pada diri Cakra.

Kemudian Cakra bangkit dari tidurnya, mengambil gitar kesayangan yang terpampang gagah di atas kursi dan membawanya menuju balkon. Ia duduk dibagian ujung, dan sesekali menatap langit.

Gemerlap bintang, angin malam, dan ketenangan. Ini lah hal terfavorit Cakra.
Kemudian ia memposisikan gitarnya di pangkuannya. Dipetiknya senar demi senar yang menciptakan nada tenang menurut versinya.

Aileen Auristela. Gadis yang selalu datang tanpa diundang, berlari-larian, tersenyum dan sesekali tertawa di dalam pikirannya.

Ingin rasanya Cakra berdebat dan menantang gelut otak kecilnya. Bisa-bisanya otaknya lancang memikirkan gadis yang bahkan bukan miliknya sendiri. Jangankan menjadi miliknya, untuk bisa dekat dengannya saja merupakan hal yang sangat sulit.

AileenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang