01. Salah Paham

11 3 1
                                    

Pertemuan itu memang aneh, kadang kita tidak tahu dengan orang baik atau tidak kita bertemu, semuanya terlihat sama.


Utamakan vote sebelum membaca❤

Happy Reading...

Seorang gadis cantik sedang duduk di sebuah kursi taman dengan earphone di telinganya. Setelah berlari dua kali putaran, gadis itu memutuskan untuk istirahat. Ia memejamkan matanya, menikmati dalam-dalam makna yang tersirat dari lagu yang ia dengarkan.

Brukk...

Sebuah suara dan sentuhan di kakinya membuat gadis itu membuka mata, dan menatap gadis mungil yang sekarang menangis di kakinya.

"Adek manis jangan nangis, sini kakak bantuin." Ujar Maira. Iya, gadis cantik itu adalah Maira.

Maira berjongkok untuk membantu gadis mungil itu berdiri. Bukannya berhenti menangis, gadis mungil itu malah memperkencang tangisannya.

"Dek jangan nangis dong, nanti dikira orang kakak mau nyulik kamu lagi." Maira bingung harus menenangkan anak kecil di depannya ini bagaimana lagi.

Maira merogoh saku celananya mencari sesuatu. Dan yah, ia menemukannya. Maira memberikan permen lollipop kecil yang ia beli sebelum ke taman untuk gadis itu. Alhasil, gadis mungil itu berhenti menangis.

Tiba-tiba permen lollipop itu jatuh ke tanah. Bukan gadis mungil itu yang membuangnya, tapi seseorang yang sekarang berada tepat di belakang gadis mungil itu. Maira mendongak menatap siapa yang membuang lollipop pemberiannya.

"Amel ayo pulang!!" Ucap lelaki itu lalu menggendong gadis mungil yang dipanggil Amel. Lelaki itu berbalik meninggalkan Maira yang masih memasang tampang kebingungan di wajahnya.

Tatapan Maira tidak lepas dari punggung lelaki itu. Batinnya mengatakan ada yang tidak beres dengan lelaki itu.

'Penculik anak.' Pekik Maira dalam hati.

"Tolong!! Tolong!! Ada penculik anak!!" Teriak Maira meminta bantuan orang sekelilingnya. Lalu sekumpulan orang datang menghampiri Maira.

"Dimana penculik anak dek?"

"Penculiknya mana mbak?"

"Kamu serius toh dek ada penculik anak?"

Berbagai pertanyaan ditujukan kepada Maira. Tanpa banyak basa basi lagi, Maira menunjuk penculik itu karena langkahnya yang mulai menjauh. Akhirnya sekumpulan orang itu berhasil menangkap penculik anak tersebut. Mereka tidak memberi ampun kepadanya. Penculik anak itu dipukuli habis-habisan, ada di antara mereka yang mengambil ranting kayu yang jatuh lalu memukul punggung penculik itu, ada yang melemparinya dengan batu, dan ada juga yang memukul dengan tangan kosong.

Lelaki yang dituduh penculik itu sudah terduduk lemas. Andai saja tidak ada satpam saat itu, mungkin lelaki itu sudah tidak bernyawa lagi.

"Stop!! Ada apa ini? Kenapa kalian memukulinya? Apa kalian tidak mengerti hukum?" Tanya satpam.

"Dia mau menculik anak ini." Jawab salah seorang di antara mereka sambil menujuk anak kecil itu.

"Tolong saya, saya bukan penculik, dia adik saya" Lirih lelaki itu, ia memohon agar satpam dapat menghentikan mereka yang ingin memukulinya lagi. Suaranya terdengar lemas, ada beberapa lebam di wajah dan tangannya.

"Bohong pak, jangan percaya sama dia"

"Maling mana ada yang mau ngaku"

"Bawa aja ke kantor polisi pak"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah MairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang