Langit biru awan memutih terdengar suara angin yang menyapa lewat gerakan rumput dan pepohonan rindang.
Siang itu aku terbaring pada kasur yang memiliki magnet untuk menarikku pada sebuah kenyamanan.
Seketika terdengar kehebohan mengenai hal yang akan terjadi pada 2 bulan berharga dalam masa perkuliahan.
Magnet kenyamanan yang ada pada kasur yang membuat aku terbaring nyaman menjadi hilang. Terkejut dan sekejap ku menatap ponsel secepat kedipan mata.
Ku tatap ponsel dan kutemui beberapa nama yang akan menjadi teman hidupku selama 2 bulan.
Mata ini langsung menatap pada 1 nama.kucari dan kutemui 12 nomor yang akan membuatku menemui seseorang.
Nomor itu menunjuk pada sebuah foto yang akan dengan mudah membuatku menemuinya.Ku mulai dengan beberapa kalimat melalui telpon.
“ Assalamualaikum.. “
“ waalaikummussalam..”
“ ini Nitra “
“ ya ..
“ ini aku sukma kita 1 kelompok KKN.. “
Sepenggal kalimat itu merubah sigma yang telah kurekam di pikiranku mengenai dia.
Siang itu kutemui beberapa orang yang belum ku kenal termasuk dia. Ku tatap keramaian pada sebuah tempat yang menjadi titik berkumpul.
Ratusan pasang mata saling menatap dengan membaca wajah yang akan membersamai mereka selama 2 bulan. Ku tatap dia yang saat itu bersama temannya yang juga menatap dengan bahasa tanpa suara. Dia mendekat dengan beberapa langkah.
Tidak ada perkenalan dan percakapan hanya sebatas via suara tanpa wajahnya. Ku tatap dia dengan bahasa tubuh yang tak dapat ku baca dengan kalimat apapun. Hanya garis senyum dan beberapa kalimat yang dapat dan kulihat saat itu. Ku tatap lekat dia tanpa kedip, dan ku temukan beberapa hal yang tak dapat ku sampaikan padanya saat itu.
Pertemuan pertama itu membuatku mengosongkan pikiran tanpa tanya dalam kalimat apapun. Gerak tanpa isyarat, mulut tanpa suara, hanya mampu menatap tanpa pertanyaan. Suara pertama itu terus meracuni pikiran yang memancing pikiran untuk tidak bertanya apapun