Part 5

33 8 0
                                    

Kekacauan hatinya mulai memudar. Silih berganti cerita menghapus kecewanya.
Dia kembali tersenyum dalam gembira dan berada dalam ruang bahagia. Tetap saja aku hanya menatapnya dalam kejauhan. Aku kembali menjaga hatiku dari bisikan rasa yang membelenggu.

Tak dapat ku pungkiri dia mulai perlahan menyingkirkan rasa ku terhadap dia (pria lain) yang telah lama mengisi ruang kosong di hatiku.

Suara jangkrik membuka malam bersama hatiku yang sudah mulai di rundung gelisah.

Makan bersama 12 orang yang ada dia saat itu membuatku menatapnya dalam diam. Makanan di hadapanku terasa di lengkapi lauk gelisah terus menerus. Ku yakinkan hatiku jika aku hanya di rundung rindu.

Usai makan aku kembali ke kamar sambil menatap cahaya  yang menembus dinding.

                               ***

    Minggu ceria mengundangnya untuk kembali ke kota. Ada yang hilang saat itu tapi ku abaikan.
Tiba malam di tutup dengan senja,
Ku beranikan diri untuk mengirim pesan singkat padanya. Jawabnya pun santai tak ada hal yang menarik untuk di rasakan.

" Sudah sampai ?? " (Aku)
" Sudah .. (Dia)
" Oke jangan lupa istrhat.. " (aku)

Hingga akhirnya perbincangan terus berlanjut.

  Malam larut seiring bulan mengitari bumi dan sampai pada tertutupnya kedua mataku.

Bulan yang berganti mentari pun berusaha membangunkan ku. Dia belum jua kembali.

Ku lihat sebuah tulisan yang mengarah pada rasa yang mengubah perilaku.

Aku tertarik dengan sepenggal tulisan itu tetapi aku lebih tertarik pada sebuah pesan dari dia (pria lain) yang jauh dariku. Pesan yang berisi kecewa dan kalimat yang mengatakan aku berubah.

Ingin ku hapus rasanya ingatanku mengenai hati yang mengganggu pikiranku saat itu. Tetapi bayangnya terus memasuki ruang hatiku yang sudah mulai goyah saat itu.




Suara Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang