Part 14

3 0 0
                                    

Hari berganti semua hal yang dilakukan seakan membeku. Berjuta keinginan untuk mencapai ketenangan di rasa tak mampu aku lakukan.
Pada akhirnya hubunganku dengan dia (orang lain) selama 4 tahun harus berakhir.
Berharap usai hubungan itu berakhir aku bisa menjadi tenang.
Perlahan menjauh darinya. Hati berdebar dengan beberapa pengkhianatan yang tak dapat ku ungkapkan.

Siang ditemani terang aku berjalan menuju ke kantor desa dengan pikiran yang kacau.

" Kamu mau pulang ? " Ucap dia.

" Iya, mau kembali k sekre.. " jawabku

" Ayoookk aku antar " (dia)

Akhirnya pulang dengan dia, diatas motor pikiranku tak karuan.

" Kamu udah putus beneran ? " (Dia)

" Iya udah.. " jawabku dengan hati gelisah.

" Kamu mau enggak jadi pacarku ?.. (Dia)

" Kamu emang enggak punya pikiran ya ? Aku baru saja putus sejam yang lalu " Tegasku.

" Aku hanya kamu milikku dan untukku dan tidak ingin kehilanganmu " Ucapnya

" Jalani saja yang terjadi sekarang " jawabku ketus

" Kalau diam berarti iya " (Dia)

" Benar-benar gila ni orang, enggak tau apa hati orang remuk, pikiran strees mau gass aja " Ucapku dalam hati.

Sesampainya di sekre dengan muka gelisah hati hancur aku menuju kamar tanpa mempedulikan dia.
Meneteskan air mata dan bercerita pada sisi-sisi dinding yang saat itu seakan ingin mendekapku.

Seakan tak percaya hubungan yang telah ku jalani selama 4 tahun harus berakhir dengan cinta baru dan ucapan "Assalamualaikum".

Suara Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang