Obsession
----------•••---------Awan di pagi ini sedikit mendung. Menemani sepasang kaki jenjang itu melangkah santai, berjalan bagai mayat hidup. Sedangkan tiga langkah di depannya ada Si Sulung Kim dengan senyum ramahnya, menyapa manusia lain.
"Mark!" Sedikit berteriak sebelum Sana mempercepat tempo langkahnya, menghampiri Mark yang entah kenapa mematung di tempatnya.
Pikiran pria itu rancu sejenak.
"E-eh, Sana." Mark kelabakan, Sana semakin mendekat dan kini sudah berada di hadapan pria itu. Keringat sebesar biji jagung membasahi pelipisnya mendadak.
Bukan, bukan karena Mark gugup karena Sana. Tapi, seseorang di balik gadis itu menatapnya datar. Mark cukup peka untuk menyimpulkan bahwa itu tatapan penuh peringatan.
"Kau kenapa?" Alis Sana mengkerut samar, matanya menatap lekat Mark yang tidak seperti biasanya.
"A-aku permisi." Mark segera melengos pergi, pria itu masih ingin melihat keindahan dunia. Miris bukan jika diusia muda nya harus kehilangan penglihatan? Atau lebih parahnya, Tzuyu bisa jadi malaikat kematiannya. Sedangkan Sana hanya dibuatnya bingung tak mengerti.
Sana berbalik, mendapati saudara tirinya itu tengah menatapnya.
"Apa? Aku tidak mengusirnya." Tzuyu mengangkat bahunya, berlagak semua itu tak ada sangkut pautnya dengannya.
Aktingnya luar biasa.
"Ya.. Ya.. Aku percaya padamu." Sana memutar matanya malas. Ia melanjutkan langkahnya, namun hanya sesaat. Sebelum seorang gadis menabrak bahunya lumayan keras.
"Yak! Hati-hati kalau berjalan!" Teriak Sana marah, gadis tadi berbalik.
"Haha.. Itu pantas untuk wanita penggoda seperti mu." Sana melotot tak terima dengan penghakiman gadis tadi. Ia membuang nafasnya kasar dan pergi meninggalkan gadis itu.
Sedangkan yang dilakukan Tzuyu hanya diam. Bersikap tenang dan menatap lekat gadis yang menabrak Sana tadi.
"Jang Wonyoung." Gumamnya kala membaca name tag pada seragam gadis itu. Sedangkan yang ditatap hanya membuang muka dan berlalu pergi.
"Sampai jumpa nanti." Tzuyu tersenyum misterius, hanya dia yang tau apa yang otaknya pikiran sekarang.
.
.
.
.
."Dasar wanita aneh!" Sana melemparkan tasnya di atas meja. Menarik kursi dengan kasar dan duduk disertai dengusan nafas.
"Dan apa-apaan Tzuyu hanya diam saja!?"
Ting!
Ponsel Sana bergetar singkat, sebuah pesan terkirim untuknya.
"Unnie, nanti aku tidak bisa pulang bersama. Aku ada kerja kelompok."
Tzuyu mengirim pesan singkat tersebut semata-mata hanya untuk alibi. Kalian tahu kan bagaimana jalan pikirannya?
Dan, ya. Sana terus mengomel hingga bel pertanda pelajaran akan dimulai menggema di setiap telinga.
.
.
.
.
.
Note: Ada sedikit adegan sadis.⏰14:21
Seorang gadis berjalan sembari bersenandung kecil, padahal langit tetap mendung sejak pagi tadi. Langkahnya terhenti sejenak, tangannya mengadah guna memeriksa apakah hujan benar-benar turun.
Tes tes tes
Rintik hujan perlahan mulai menghujam bumi. Walau tak terlalu banyak, tapi gadis itu panik. Mengingat rumahnya masih jauh.
"Astaga!" Segera gadis itu berlari, namun kembali terhenti dan mengintip gang sunyi tepat di samping kanannya.
"Sepertinya bisa untuk mempersingkat waktu." Gumamnya lalu berbelok, berjalan masuk ke dalam gang di antara 2 gedung tinggi yang menjulang.
"Bagus, bodoh. Kau mempermudah pekerjaan ku." Seseorang dengan jaket bertudung tersenyum samar, kedua tangannya masuk ke dalam saku jaket. Seperti yang kalian tahu, disalah satu genggamannya terdapat benda kesayangannya.
Jang Wonyoung, gadis itu berjalan cepat. Namun, ditengah perjalanannya terdengar langkah yang tak seiras dengan tempo langkahnya.
Ia berhenti.
Tangan mungilnya mengeratkan pegangan pada tas punggung miliknya.
Tuk tuk tuk
Langkah itu menggema, semakin terdengar jelas di telinga Wonyoung. Dengan nafas yang entah kenapa menjadi memburu, Wonyoung memberanikan diri berbalik. Mencari tahu siapa yang ada di belakangnya.
Jleb!
Naas. Tak sempat berbalik, sebuah pisau lipat lebih dulu mengoyak kulit punggungnya. Memaksa masuk, menembus sela tulang rusuknya.
"Akh!" Jeritnya tertahan, mulutnya senantiasa terbuka. Menahan sakit yang teramat kala benda yang kini menyatu dengan dirinya itu bergerak memutar,
ke kanan dan ke kiri.
"Kau ingat aku, Jang Wonyoung?" Suara tenang itu, Wonyoung tahu siapa pemiliknya!
"K-kau?" Wonyoung masih tetap pada posisinya, tidak bergerak karena rasa sakit itu lebih menyiksanya.
"Sepertinya kau pantas disebut wanita penggoda. Karena--"
Jleb!
--aku sudah tergoda untuk menjadi malaikat maut mu." Pisau yang tak terlalu tajam itu, ditarik Tzuyu dan ditancapkan nya lebih keras. Membuat lubang baru, tentu lebih menyakitkan.
Dan sesaat tempat itu berbau anyir, darah gadis itu terlalu banyak menetes.
Nafas Wonyoung putus-putus, ruang udaranya semakin sempit.
"Oh, kukira kita bisa bermain lebih lama. Tapi, sayang nya kau sudah mengantuk." Tzuyu tersenyum, menarik pisaunya dan tubuh gadis malang itu ambruk tak berdaya.
Tzuyu berjongkok.
"Sepertinya mulut ini terlihat indah jika sedikit lebih lebar." Wonyoung yang sedang diambang kematian menangis tanpa suara, hanya air mata saja yang sanggup gadis itu tunjukan.
"Jangan menangis, sayang."
Tangan Tzuyu menjambak rambut Wonyoung, pisaunya mengoyak mulut gadis itu. Maju-mundur hingga tak ada lagi pemisah antara gigi rapi gadis yang perlahan-lahan mati dengan rasa sakit yang teramat itu.
Sayang sekali pipi chubby itu, sudah terbelah menjadi dua.
"Bukankah ini terlalu cepat, hm?" Tangan penuh darah Tzuyu mengelus lembut surai Wonyoung yang keadaan nya sangat amat mengenaskan.
"Dan satu yang perlu kau tahu..."
"...jangan menyentuh gadis ku."
.
.
.
.
.
To be continuedMaaf klo kurang nge-feel guys
First time nulis tema psycho2 gini :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession [SaTzu]
Fanfic[𝑯𝒊𝒂𝒕𝒖𝒔✓] #'Ini kisah Sana dan Tzuyu. Berstatus saudara tiri sejak 4 tahun lalu. Tzuyu, awalnya gadis itu bak kulkas berjalan. Lambat laun, mungkin ia mulai menerima Sana. Dibalik itu, Sana tentu senang Tzuyu menerimanya sebagai kakak tirinya...