PENEMUAN LEO

45 4 1
                                    

Seperti yang kita baca pada bagian tokoh dan penokohan, jadi.
Aku bertemu pada saat pameran mingguan, gadis itu diajak bunda nya untuk mengunjungi pameran tersebut. Disana banyak buku-buku murah, juga akan di berikan tips menulis yang baik. Diriku sangat bersemangat untuk mendapatkan semua buku-buku yang dua ingin.
"Ah bun, bukunya bagus-bagus banget"

"Iya ya bunda juga jadi betah pisan ini"

"E iya buku 'asal kau tahu' dimana ya mau beli"

"Manah bunda tau, kau tanya sana sama mba" aku langsung menghampiri nya.

"Buku 'asal kau tahu' karyanya iba dimana mba?"

"Di sebelah sana dek, yang ada bacaan fiksi umum genre 2"

"Oke makasih mba" jawabku segera mengambil mendatangi buku itu.

"Hmm manah kali bukunya eh ini.." tiba-tiba ada cewek yang menerobos memegangi buku diatas tanganku
akhirnya kami jadi rebutan buku.

"Sini gue duluan kan yang ambil"

"Eehh kan gue yang megang duluan"

"Sini"

"Sini gak lo!"

"Aduh!!" aku tersungkur karena cewek aneh itu.

"Bleeblee gue duluan di bilang yang dapet" cewek itu malah meledek serta menertawai dengan entengnya—sebenarnya dia siapa sih, pikiranku sewaktu.

"Gue bilangin bunda gue lo, bunda bunda..kemana kali bunda" kata ku segera lari ke arah bunda.

"(Anjir mau di bilang bunda nya mending gue kabur)" batinnya, segera dia berlari dari tempat itu.

"Eh woy jangan lari lo pengecut, woy!!! ishhh malah udah jauh lagi" sahut ku.
Entah kemana cewek aneh tadi pergi, rasanya sekilas dia berjalan buat ku sangat cepat langkahnya
menghampiri bunda nya karena tidak dapat buku kemauannya.
"Yah Ari ngga dapet buku nya bun"

"Jangan sedih gitu kamu kan laki ri ih malu di liatin orang, besok kan bisa tau ada lagi"

"Iya iya" memasang wajah datar.

"Senyum" bunda ku melototku.

"Hii"

"Kan ganteng anak bunda"

"Cuih lah bun masih ganteng-an juga Rakka" sahut abangku—Rakka, yang sangat merasa dirinya paling ganteng di keluarga kami.

"Halah sombong"

"Lo iri kan mas"

"Najis mber, muka bakul enek gue"

"Daripada lo gentong minyak, dasar adek anjui"

"Idiw enek gue liat lo"

"Apalagi gue harus serumah dengan lo, muntah gue"

"Sssstt abang ko ngomong gitu, Ari jangan ribut mulu biarin nanti bunda ambil handphone kamu"

"Haha sukurin"

"Handphone abang sudah pasti bunda ambil."

"Ya bun jangan dong handphone Ari aja rakka jangan ya bun ya"

"Auamat gue mah" aku melanturkan muka judesku 10% datar.

"Udah udah ayo kita bayar abis itu makan jangan pada berantem terus biarin bunda ambil handphone nya beneran biar ga bisa main game" anceman bunda epic abis.

"Iya" seru aku dan abang.
Kami pun ke kedai mie legendaris..
"Duduk sini bunda pesen makannya"

"Siap he!"
Saat mau membuka handphone ku ternyata aku melihat ke meja di ujung sana, itu gadis yang berebut buku bersamaku tadi, aku sesegera mungkin menghampiri nya.
"Eh itukan cewek yang di pameran buku gue samperin aja deh" tanpa bilang ke abang aku langsung ke mejanya berdiri di hadapannya.

ARI, HATI, DAN FILOSOFI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang