Masayang Pagbabasa~
“hah..capek banget, les apaan itu payah banget!” Decaknya sambil meletakkan sepeda di garasi.“Sahi sini…!” Teriak seorang wanita yang berada di depan pagar rumahnya.
“iya mah, ada apa?” Jawabnya sedikit malas, karna merasakan penat disekujur tubuhnya. Ini sebab les payah itu.
Ketika hendak menuju asal suara Sahi mendengar suara lainya ditempat yang sama.‘tetangga baru toh’ batinnya. Saat mendatangi mereka Sahi mendapatkan perempuan yang sebaya dengan ibunya. Tibanya di sana Sahi sedikit membungkuk memberi salam.
“udah besar ya Sahi, manis deh. Hm? Itu…habis berantem ya?” pujinya + bertanya, sekilas ia melihat ke tangan Sahi yang terdapat beberapa plaster yang melekat dan terlihat kusam.
“makasih tante, hmm soal ini-“ Sahi berhenti sejenak, dalam posisi yang sama refleks ia menyembunyikan tangannya sambil berfikir mencari alasan yang tepat, faktanya dia bukan pembohong yang handal.
“oh itu bu Dewi, biasalah namanya juga anak-anak.” Itu Sinta -Mamanya Sahi. Tampak sekali Sinta sedang membantunya, dia paham sekali situasi seperti ini.
“oiya si tampan tadi, dimana dia?” Tanya Sinta pada orang yang berada dihadapannya, berusaha mengalihkan pembicaraan.
“hmm? Mungkin sudah masuk ke dalam.” Jawab Dewi.
Begitulah percakapan mereka turut berlangsung tanpa memperdulikan Sahi yang sudah mulai bosan.- namanya juga ibuk-ibuk, harap maklum.
“mah aku masuk duluan ya, misi tante.” Sahi yang sudah bosan pun beranjak dari posisinya setelah membungkuk hormat kepada wanita tersebut.
“nak Sahi!” gadis itu pun menoleh ke asal suara yang sedikit berteriak.
“jangan lupa senyum!” sambungnya, tak lupa menunjukkan deretan giginya, berharap Sahi membalas. Tapi nihil Sahi kembali membungkuk dan lekas masuk ke dalam rumahnya.
“bu Sinta… . gagal lagi....” rengeknya bak anak balita karena gagal membuat gadis itu tersenyum. Meskipun dia hanya bercanda menggoda Sahi. Tapi berhasil membuat Sinta terkekeh.
“gadis itu.. gak berubah ya, maaf.” ucap Dewi lirih. Sinta tau betul apa yang di maksud Dewi–kepribadian Sahi dan masa lalunya.
“udah ah, lagian nasi udah menjadi bubur untuk apa menyesal. Soal anak itu.. senyamannya aja bu.” Balas Sinta berusaha melenyapkan suasana tak enak ini.
###
Tok! Tok! Tok!
“masuk aja mah.” Sahut Sahi, siapa lagi kalau bukan ibunya. Di rumah ini hanya ada dua penghuni.“kok baca bukunya di bawah? Gak dingin?” Tanya ibu Sahi mendapatkan anaknya duduk di lantai samping kasur yang sedang asik membaca novel.
“gak mah nyaman aja.” Jawab Sahi melihat ibunya memasuki kamar.
“gak sakit lagi tu tangan? hm?”
“ngak kok mah, kan Sahi anak mama.”
"Kenapa kalau anak mama."
"Kan kuat kayak mamanya." Ucapnya diakhiri kekehan kecil yang membuat ibunya ikut terkekeh mendengar ucapan anaknya. Dia lega melihat anaknya yang sekarang ini, walau sikapnya berubah saat berhadapan dengan orang asing.
Sahi sekilas memandang mata ibunya, di sana tersirat kecemasan seorang ibu. Bagaimana tidak, anak semata wayangnya, merupakan dunia bagi hidupnya.
“Sahi cantik nan manis baik-baik aja ya di sekolahnya, jangan bikin mama khawatir lagi. Kan mama cuma punya Sahi anak mama.” godanya + nasihatnya sembari memilin milin manja ujung rambut Sahi nan sebahu, udah tua juga wkwk.
Saya mah belum tua thor, masih 30-an. Noh gak ada keriputnya, mamah muda😏.
Sensi amat si buk:v iyain aja udah, iyain. Author mah ngalah ama ibu-, eh mamah muda:).
Hmm gitu dong😏.
Miuzic...
Aku suka hmm hmm hm hm hmm hm hm da da da.Eh eh ngelunjak ni ibu ibu. Tobat ew puasa.🙉🙈🙊
Dahlah kembali ke topik!!
“iya mah Sahi ngerti.” Jawab Sahi
-‘tapi gak janji sih ya:v’batinnya.Serasa percakapan sudah berakhir. Sahi pun melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi. Sekilas Sahi melihat ibunya tersenyum lega, dan meninggalkan Sahi dengan aktivitasnya.
“Sahi…” Ibunya kembali memunculkan kepalanya di balik daun pintu yang tadinya sudah tertutup.
“hmm?” Sahi terlihat fokus pada novelnya.
“anak tetangga baru lucu loh, kamu musti kenalan.” kata ibunya lalu terkekeh pelan, dan kembali menutup pintu dengan tenang.
‘paan si mah’ batinnya tak menghiraukan racauan ibunya.###
Tak terasa rembulan telah menunjukkan sinarnya, jam dinding menunjukkan waktunya, terlihat pukul 19.00 WIB. Saat saat yang tepat bagi gadis berumur 16 tahun ini untuk menikmati sejuknya
udara malam. Ya! Hanya itu yang dapat ia lakukan saat ini.Haaahh.......
Pelepasan yang di lakukannya membuat hatinya sedikit lebih tenang. Jujur saja akhir-akhir ini ia merasa tertekan. Bagaimana tidak, pasal teman sekolahnya. Kelakuan si anak-anak sok jagoan itu semakin hari makin menjadi saja, membuat si gadis ini sedikit jengkel di buatnya–memuakkan.“Aaaakhh…!!” Tiba-tiba suara berat itu memecahkan ketenagan gadis ini. Itu suara dari balkon seberang yang tepat di hadapannya membuat Sahi menoleh heran.
Brak!!
Tiba-tiba pintu balkon itu terbuka dengan sedikit paksa oleh sesosok makhluk yang keluar sambil bergelinjang dan menggenggam makhluk lainnya di tangannya.Sahi yang tadinya berdiri santuy, sekarang sedang bersembunyi di balik jajaran pot berisikan bunga Akasia yang tampak indah sejauh mata memandang.
“ck! Dasar serangga.” Umpat lelaki itu sambil melemparkan makhluk tadi dari genggamannya.
Ups! Tak sengaja lemparannya cukup kuat, hingga makhluk tersebut mendarat sempurna menuju balkon tetangganya. Kenapa tidak balkon yang jaraknya hanya 1 meter yang dapat membuat si pemilik dengan mudah berpindah tempat dengan sedikit tenaga dan nyali untuk melompat.
“Aaaakkkhhh!! MAMA... dasar kecoa sialan!” (jangan ditiru;) Teriak + umpatan yang spontan Sahi lontarkan, dan tanpa sadar posisinya tak lagi berada di persembunyiannya.
Keberadaan gadis ini membuat lelaki itu terkejut tanpa ekspresi –terdiam. Menyadari sosoknya tak kasat mata lagi, Sahi menjadi salah tingkah dan merasa canggung, dengan segera ia membuka mulutnya.
“ekhem, h..hai tetangga baru.” sapa Sahi asal, tak lupa ia memasang ekspresinya yang datar.
Saat ini yang ia rasakan adalah malu, ia berusaha menutupinya dengan ekspresi datarnya itu sehingga menambah kesan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Dengan ekspresi yang sama lelaki itu tidak mengutip sapaan gadis itu sama sekali, entah apa yang ia pikirkan.Tak lama ia berlalu masuk kembali ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata apalagi menghiraukan sapaan Sahi yang mati-matian menahan malu.
“ck! Dasar gak kecoa gak tu orang, sama aja. Minta ditabok tu muka sok ganteng!!” Decaknya jengkel, karna merasa jerih payahnya terbuang sia-sia.
Begitulah pertemua mereka tanpa ada kesan roman-romannya seperti drakor yang biasa Sahi tonton, meski ia tak mengharapkan hal seperti itu -ah masa bodo.
.
..
...
....
.....
....
...
..
.≧﹏≦.
====================================
"Satu hari yang tanpa sadar merupakan hari bermakna dan terindah dalam hidup ku, yaitu sejak pertemuan kita yang kedua kalinya -di balkon."
-SX-
====================================Hola..
Janlup hhe
+Vote☆
+Comment♡
+Follow⇧(folback⇩)Trims ya yang udah dukung♥
Wassalam.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Pie || Sahila x Ellubi
Fiksi Remaja" kehidupan yang manis itu seperti apa sih? Apa sesuatu yang dipenuhi dengan cake dan permen? Entahlah, apapun itu yang kubutuhkan saat ini hanyalah; cake dan permen." -Sahila Xevalion- " Saat itu yang kurasakan adalah manisnya kehidupan. Tapi, tida...