FIVE • PECAH!?

7 3 0
                                    

Tok tok tok...
Pintu ruangan itu pun dibuka oleh Reino. Di dalam ruangan itu sudah ada seorang wanita tua yang siap mendengarkan keluhan para siswanya.

Kami bertiga mulai duduk di kursi keluhan. Detak jantung kini berdetak dengan cepat. Memberi sebuah kalimat yang cukup sedih kepadanya. Mencurahkan semua isi hati ini tidak bisa langsung diucapkan oleh kata-kata. Hanya bisa diceritakan dengan rasa. Ya, rasa yang bisa menceritakan semua keluhan itu.

Reino dan Kirey menceritakan semua hal yang terjadi. Di sisi lain, aku hanya bisa menahan tangis, tapi tidak bisa. Aku gugup untuk bicara dengan Bu Nisa, guru BK.

Semuanya tertuang sudah. Kalimat demi kalimat, kata demi kata sudah dituangkannya kepada Bu Nisa. Di saat itulah, air mataku mulai mengalir deras. Kirey memintaku untuk berhenti menangis dan dia percaya bahwa semua itu akan berakhir.

Tapi? Bagaimana jika mereka mengancam ku dan berulah kembali? Aku tidak ingin semua itu semakin sulit. Mungkin di sini aku yang paling baik dengan mereka. Masih bisa memaafkan mereka. Masih bisa menerima mereka. Masih bisa bersabar dengan mereka. Aku yakin aku bisa melewati itu semua.

"Nak, apakah kamu benar diperlakukan seperti itu?" tanya Bu Nisa.

"I-iya" jawabku sembari menangis.

"Baiklah, nanti Ibu akan memanggil mereka, ya. Kalian silahkan lanjutkan istirahatnya ya, biar Ibu yang mengurus ini semua," ujar Bu Nisa.

"Baik, terima kasih, bu. Kalau begitu kami akan melanjutkan waktu istirahat kami," pamit Reino.

Kami pun bersalaman dengan Bu Nisa, dan pergi ke kantin lagi.

"Udah, han, gak usah nangis lagi. Kalo gitu, gw traktir lu gimana?" ajak Reino.

"Masa Jihan doang yang ditraktir, gw gw?" iri Kirey.

"Apaan sih lo, udah lu mah beli sendiri aja, Rey," tolak Reino.

"Jahat banget lo Rein," ketus Kirey.

Aku hanya bisa ketawa kecil saat itu. Tak disadari, Reino melihat ku tertawa.

"Ehh, jihan udah gak sedih lagi nih," seru Reino.

Aku terdiam sembari tersenyum kepadanya. Tiba-tiba, tangan Reino mencubit pipi ku dengan gemas.

"Ciecie... so sweet banget nih," ledek Kirey.

Reino hanya bisa tertawa.

"Udah udah, ayo kita ke kantin sekarang. Aku laper nih," ajakku sembari memegang perutku yang sudah kelaparan.

|♥♥♥|

Gaiss, mungkin ini terakhir aku publikasi di bulan ramadhan kali ini. Aku mau istirahat dulu, jadi kalian bisa tunggu chapter selanjutnya setelah hari raya idul fitri ya.

↓↓

Nantikan kelanjutan ceritanya yaa!! Sebelumnya terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa untuk tekan tombol bintang jika kalian suka sama cerita ini. Silahkan beri kritik dan saran pada kolom komentar atau DM di instagramku @taneeeesssyyyaaa / @ tanesyaja!! Semakin kalian banyak berikan bintang, semakin semangat author melanjutkan ceritanya!!  Thank you😊😊

Jihan Story [ continuation the story of 'Maaf' ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang