"EEHHLAH? WOOOI? GAMAU GUA SAMA NADIP GAMAUUU." Teriak Dira.
"Lagian sih." Ujar Ann perlahan, takut Dira dengar dan memecahkan gendang telinganya karena teriakan super dahsyat berfrekuensi diatas rata-rata teriakan normal.
"Heh gue denger ya." Desis Dira
"Bodoamat." Ann lalu melenggang pergi, mengejar Aaron.
"Berani ya lo bilang 'bodoamat' ke gue sekarang?! Heh bocil!" seru Dira namun Ann sama sekali tidak menoleh.
----
"Aaron kemana sih? Nyusahin aja pagi-pagi. Subuh aja belom trus dia udah diem aja kayak orang kesambet. Kalo ngambek juga gajelas, lagian orang-orang salah apa coba? Ngapain harus diem kayak gitu? Emang dia pikir keren gitu ya? Ih ngapain mikirin Aaron coba? Mau dia keseret banjir juga ngga ada untung ruginya di aku." Gerutu Ann sambil berjalan kearah taman sekolah. Sesekali menendang batu-batu kecil didepannya atau mengehentak-hentakkan kakinya kesal.
Ann duduk disalah satu kursi taman. Merasa sia-sia saja mencari Aaron. Kenapa juga harus mencari Aaron?
"Lagian kan gamungkin juga suka sama dia. Emang dia siapa? Bukan Zayn Malik atau ngga Niall Horan. Trus juga ngga menarik-menarik amat. Ngapain juga dipikirin?" Ann bicara sendiri.
"Aku denger." Ucap Aaron yang entah kenapa sudah duduk disampingnya.
"Eh?!"
"Gausah kaget gitu."
"Ngga sih biaja aja."
Kemudian mereka diam. Baik Ann maupun Aaron sama sekali tidak membuka suara. Taman yang hening juga mereka dengan pikiran yang lebih hening lagi. Ann beberapa kali mulai tidak nyaman, namun tidak ingin pergi. Sebenarnya apa yang sudah cowok ini lakukan dengan perasaan Ann?
"Ann." Panggil Aaron. Ann menoleh.
"Aku baru putus 2 bulan lalu." Kata Aaron. Ann mengernyitkan kening, apa gunanya bilang hal semacam itu kepada Ann?
"Aku juga pernah macarin beberapa cewek sekaligus dalam waktu yang sama." Ujarnya lagi. Ann hanya diam, mendengarkan juga berpikir, 'Oh Fakboy beneran...'
"Aku sering nembak cewe Cuma karena penasaran. Trus mutusin mereka kalau udah bosen."
"Kenapa?" tanya Ann.
"Ngga kenapa-kenapa." Jawab Aaron seadanya.
"Trus kamu masih mau deket sama aku setelah dengar itu?" tanya Aaron, kali ini melihat tepat ke manik mata Ann.
"Kamu mau deketin aku?"
Aaron mengangguk.
"Terus kenapa ngomong hal kayak gitu? Kamu tau kan kalau aku denger itu bakal bikin aku gamau?"
"Tau. Makanya aku ngomong."
Ann diam untuk beberapa saat. Kenapa harus bertemu spesies manusia macam Aaron disaat ia juga belum benar-benar sembuh dari luka lama dari orang yang pernah ada disisinya?
"Ngga tau sih Ann, ini Cuma penasaran atau aku beneran suka ke kamu. Tapi, yang jelas aku ngga mau ngulang kesalahan dulu. Jadi terserah kamu aja setelah ini mau menjauh atau engga. Aku juga tau kalau aku kecepetan ngaku ke kamu, padahal baru ngobrol dan ketemu beberapa kali." Jelas Aaron. Ann terus membatin, 'Harus percaya kah? Biasanya fakboy ngomong gini kata Dira'
"Aku bingung." Jawab Ann. Aaron diam tidak menanggapi, memang pasti membingungkan bagi Ann.
"Aku pergi dulu." Ucap Ann yang diangguki oleh Aaron.
Ann melangkah pergi. Bingung sekali atas semua pengakuan Aaron. Mau bagaimanapun mereka adalah 2 orang asing yang sebenarnya belum saling lama mengenal. Dan Ann tidak ingin menimbulkan luka baru lagi dengan langsung mempercayai Aaron, apalagi dengan reputasi buruk yang pernah menjadi ciri khasnya. Kalau memang ia menyukai Aaron di waktu sesingkat ini, Ann akan berpikir lagi dengan lebih matang untuk meneruskan atau berhenti. Rasanya salah jika terlalu buru-buru mengambil langkah. Ann ingin orang yang tepat di waktu yang tepat pula. Dan ia rasa bukan ini waktunya.
--
3 hari setelah acara pelantikan OSIS. Ann menjalani hari-harinya seperti biasa, tetap jadi Ann yang suka menggerutu dan marah-marah kepada 2 sahabatnya. Bedanya beberapa kali Ann diam dan malah memikirkan kata-kata Aaron pagi itu. Dia sukses membuat Ann akhir-akhir ini susah tidur dan tidak fokus. Juga kebingungan kenapa Ann memikirkan Aaron padahal ia juga menentangnya.
"Ann, 17 kali lu bengong hari ini. Ngapa si?" tanya Gatan sambi memakan sempol yang sudah menjadi favoritnya.
"Lo ngitungin Tan?" tanya Dira heran. Gatan mengangguk sebagai jawaban. Melihat Ann dengan ekspresi extra heran karena bocil cerewet ini tidak membuka suara.
Dira ikut melihat Ann dengan ekspresi sama herannya dengan Gatan. Yang ditatap tampaknya tidak terganggu dan malah diam saja. Bakso yang Ann pesan juga sepertinya sudah keburu dingin karena hanya Ann lihat, bukan dimakan.
"Woi!" Gatan menggebrak meja didepan Ann.
"Apaansih?!" teriak Ann karena kaget.
"Lagian diem aje lu." Ujar Gatan. Ann hanya menatapnya sinis lalu diam lagi.
"Yehh dia diem lagi. Au deh." Gatan malas lalu mengeluarkan ponselnya untuk main game online. Dira juga melanjutkan makannya.
"Ann, bisa bicara sebentar?" tanya Aaron yang baru saja datang ke meja tempat Ann dan sahabatnya duduk. Ann menoleh, mengangguk lalu berjalan mengikuti Aaron.
"Laaah? Ada apa bocil sama playboy cap kaki lima?" tanya Gatan heran.
"Emang ada playboy cap kaki lima? Dodol lu!" Dira sambil menoyor kepala Gatan.
"Bodoamat terah gua. Lagian sejak kapan Ann kenal Ronron?"
"Aaron, tuyul!"
"Gua ngga botak ye Dir."
"Bodoamat."
"Dih buru jawab. Lu pasti tau kan." Ujar Gatan dengan nada menyelidik.
"Apaansi mana gue tau. Diem lu ah! Brisik banget kayak galon." Jawab Dira asal.
"Emang galon berisik?"
"Berisik kalo malem blebek-blebek."
Gatan menatap Dira aneh. Sejak ketemu Nadhif kemarin rasanya Dira udah kehilangan akal sehat. Bukannya makin waras malah semakin miring otaknya. Nadhif memang benar-benar merubah cara kerja otak Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon An Us
Teen FictionAaron dan segala bagiannya adalah alasan mengapa Ann bertahan. Aan butuh Aaron dihidupnya. Tapi Ann tidak tahu apakah Aaron membutuhkannya?