JILID I : PERON STASIUN BATAVIA

12 1 0
                                    

( Yasmin )

Batavia, 25 Augustus 1892.
Pukul 15.00

Suara jeruji mesin kereta api terdengar keras dari jauh menuju pelataran stasiun batavia Sore hari itu, seorang gadis berambut pirang terikat sedang duduk dengan membawa koper kecil dan gaun gutih terurai anggun di peron utama tempat naiknya penumpang yang memiliki tujuan Batavia-Buitenzorg. disampingnya terdapat beberapa pria paruh baya berjas hitam dan satu keluarga lengkap tengah menyaksikan kedatangan kereta yang dinanti-nantikan. Hingga tak lama kemudian pintu gerbong dibuka dan puluhan penumpang masuk kedalamnya, tak terkecuali gadis pirang itu. Bergegas ia mengambil alih kursi penumpang dekat jendela sayap kanan dan merapikan barang bawaannya. Saat itu kereta yang ia tumpangi bertipe 1, Eksekutif. Disediakan oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij bagi para kaum priyayi untuk menikmati fasilitas kereta modern dan termutakhir pada zamannya.

"Sila berkenan duduk disamping saya nona" kata salah satu penumpang pria kereta yang duduk berseberangan dengan gadis pirang itu. seketika ia menoleh dengan wajah kaget dan menjawab pria itu
"Baiknya tuan menawari kebaikan hati tuan, namun saya lebih memilih disini saja, Terimakasih" Tukas nya sembari tersenyum dan membenarkan kerah gaun yang koyak karena saling bertabrakan dengan penumpang lain selagi menaiki gerbong kereta tadi.

Kereta Api melaju lamban.

Terlihat semak belukar mulai tertinggal seakan diterjang oleh kereta api yang telah beroperasi kurang lebih 19 tahun terakhir itu. Semua penumpang gerbong A kereta api ialah penumpang dengan status tinggi dan izin khusus dari pemerintah hindia belanda sehingga mendapatkan fasilitas yang nyaman dan pelayanan terbaik pada masa nya.

"Kopi, nyonya?" Tawar seorang pramugara yang hendak lalu lalang menemani perjalanan para penumpang gerbong A itu.
"Bolehkah saya pesan teh harumsari, sedikit kue kukus dan tidak banyak gula?" Pinta gadis pirang itu. Segera pramugara tadi mengiyakan dan menyiapkan hidangan gadis itu. Sembari menunggu camilan tiba, terdapat surat kiriman pos yang ia bawa di saku gaun anggunnya itu. Lalu tak berfikir lama ia mulai membaca kata demi kata nya.

"Buitenzorg, 24 Augustus, 1892
Untuk Kakak kami tercinta, Yasmin Belaryanti Hadiyotnoputri"
Salam saudari kami yang tengah mengenyam ilmu dinegeri orang, salam untuk martabat kerajaan Nederland disana, Yang menulis surat ini tak lain adalah adik terakhirmu, Aurora. Ingin mengabari bahwa ayah jatuh sakit dan tengah dirawat di Hetkrankzinnigengestich Buitenzorg. Ayah mengidap depresi berat atas hilangnya ladang teh dan gandum yang terbakar hingga membuatnya terus mengalami tekanan batin. Kemarilah Kak, Aku, dua adikmu, ibunda dan seluruh keluarga besar berkenan menunggumu.
Salam, Aurora Rahismavira Hadiyotnoputri. "

Seketika air mata gadis yang akrab disapa Yasmin itu keluar membasahi pipi dan jatuh ke pangkuan surat yang telah dia baca dalam hati dengan penuh rasa haru. Yasmin, ya. Putri dari Raden Gusti Prajadiwakari Hadiyotnoputro, Bangsawan Mahsyur tanah Jawa dan Ibu yang berasal dari negeri Belanda, Eliza Quinzelfin Graham itu dikirim lepas menuju belanda untuk melanjutkan pendidikanya di Universiteit Leiden, mengambil jurusan hukum internasional. Ia adalah anak sulung dari empat bersaudara, Ia sangat pandai menyusun kata demi kata untuk sebuah naskah warta, aktif dalam diplomasi kemahasiswaan dan turut andil dalam konflik perdamaian dunia khususnya Hindia belanda. Ia satu-satunya putri Praja yang memiliki semangat emansipasi tinggi dan pejuang tanah kelahirannya. Disisi lain, ia sangat pro-aktif dalam memperjuangkan hak hak pribumi yang kentara bertolak belakang dengan darah birunya. Sementara itu, ia memiliki tiga orang adik, Adik pertama, Emma Belisima Hadiyotnoputro, Putri praja yang memiliki wajah paling cantik berseri diantara saudarinya itu. Ia tengah menempuh pendidikan di HIS dan mengambil cuti sementara untuk merawat sang ayah, Emma juga memiliki kebiasaan yang "tangguh" dibanding yang lain, ia adalah seorang pemanah ulung yang sudah menjuarai berbagai macam festival memanah di Eropa dan Asia. Adik kedua, Diana Navindra Hadiyotnoputri, seorang putri yang ahli dalam tenaga medis. Ia adalah asisten dari dr. Frankenstein Houllan, dokter psikis dan organ dalam. Diana tersohor memiliki kecakapan tenaga medis terbaik seusianya dan bahkan selalu menjadi pemimpin dalam operasi pembedahan, menjadikannya sebagai tenaga medis muda terbaik dan paling berpengaruh dikawasan Hindia belanda. Dan rencana nya, Pemerintah Hindia Belanda akan mengirim Diana menjadi Dokter Bedah pada operasi serangan Perang Dunia II melawan sekutu yang akan ditempatkan disemenanjung china bagian barat. Dan Adik yang terakhir, Sang Penulis Surat. Aurora Rahismavira Hadiyotnoputro. Sang bungsu yang memiliki kecerdasan diatas rata rata manusia dewasa pada umumnya, Ia sering kali mewakili Hindia belanda dalam aksi pertukaran pelajar intelijen tingkat tinggi di uni eropa. Daya ingat Aurora sangat kuat dan tak jarang ia mampu menghafal beragam banyak bahasa dan kode rahasia negara dalam sekejap. menjadikan ia Jong Intelligent Nederlands pada tahun 1890 hingga sekarang.

ALEMBANA SAHAJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang