Part 4

35 3 0
                                    

#Tas_Kulit_Manusia
Part 4
.
.
Aku baru saja mau mengetik balasan chat dari Mas Setiawan, tiba-tiba panggilan vidio call terlihat dari layar ponsel. Setiawan call, muncul tombol hijau untuk menjawab atau tombol merah untuk menolak.

'Ya ampun! Dia mengajak vical. Rambut yang berantakan usia tidur, segera ku rapihkan. Dadaku dag-dig-dug tak karuan. Kemudian aku mengusap layar ponsel dengan hati berdebar.

"Hai Batty."

"I--iya, Mas."

"Lagi ngapain? Udah makan, belum?"

"Belum."

"Kebetulan, aku juga belum makan malam. Emmh, kita makan malam bareng, yuk?"

"Beneran, Mas?"

"Beneran, dong! Masa aku bohong sama cewek cantik sepertimu."

Pipiku merah merona, seperti kepiting rebus. Mas Setiawan berubah pandangan, yang tadinya menatap wajahku, tiba-tiba memandangi ke arah belakangku seperti sedang terkejut.

"Bat, kamu tinggal sama siapa?"

"Aku di tempat kossan sendiri, Mas."

"Jangan bohong, kamu. Itu wanita yang dibelakang kamu siapa?"

"Wanita?"

Bulu kudukku tiba-tiba berdiri, aura dingin kian terasa dekat. Seperti ada yang meniup tengkukku dari belakang. Aku segera mengusap tengkuk. Aku melihat ke arah belakang, tidak ada orang sama sekali.

"Jangan bercanda, Mas. Di sini tidak ada siapa-siapa."

"Beneran lo, tadi ada sosok wanita di belakang kamu."

"Ciri-cirinya gimana, Mas?"

"Emh, kulitnya putih, hidung mancung, mata sayu, berambut panjang bergelombang."

"Fix, itu persis ciri-ciri wanita yang ada dalam mimpiku."

"Wanita dalam mimpi?"

"Emh, anu. Itu maksudku itu sepepuku lagi nginep di rumahku, Mas," jawabku bohong.

"Owh, kirain. Haha ... btw, jadi nggak kita makan, nih?"

"Jadi dong."

"Ya udah, kalau gitu, aku jemput, ya?"

"Nggak ngerepotin, Mas?"

"Nggak, dong. Masa jemput cewek secantik kamu aja keberatan."

"Mas bisa saja, hehe ...."

"Ya sudah, kalau gitu kita siap-siap, ya. Sampai ketemu nanti, ya."

"Oke, Mas."

Klik. Vidio aku matikan. Dan menaruh ponsel di atas matras. Aku membuka lemari, dan memilih baju satu persatu. Tapi semua baju menurutku nggak ada yang cocok.

'Duh! Gimana ini? Malam ini kencan pertamaku, masa pake baju jelek gini, sih.'

Tok, tok, tok ....

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

"Siapa?"

Tidak ada yang menjawab. 'Mas Setiawan tidak mungkin datang secepat ini.' Aku segera membuka pintu, tak ada orang. Tapi saat pandanganku ke bawah. Aku melihat sebuah bingkisan.

'Apa, ini?'

Perlahan aku membuka bingkisan itu. Aku terkejut, karena di dalamnya sebuah dres.

'Wah, siapa yang taro bingkisan ini? Kok dia bisa tahu kalau aku lagi butuh ini.'

Aku segera masuk kembali ke dalam. Kemudian mencoba dres berwarna merah tua itu. Aku membolak-balikan tubuhku di depan cermin. Pas sekali ukurannya.

Setelah itu, aku memoles wajahku menggunakan makeup senatural mungkin, dan menyisir rambut sepinggangku yang panjang bergelombang. Lalu menggunakan high heels yang sudah lama tak ku gunakan. Tak lupa menyemprotkan minyak wangi yang baru saja kemarin aku beli.

Tok, tok, tok ....

"Batty, sudah siap, belum?"

Itu seperti suara Mas Setiawan. Aku buru-buru dan segera membuka pintu.

"Udah, Mas," pukasku sambil membuka pintu.

"Batty. Waw, kamu cantik banget malam ini. Apalagi tanpa kaca mata yang biasa kamu pakai."

"Terimakasih, Mas. Oyah, mau masuk dulu?"

"Nggak usah, Bat. Kita langsung berangkat saja, yuk."

"Ya sudah, sebentar, aku ambil tasku dulu."

"Oke."

Aku segera masuk ke dalam dan mengambil tas keberuntunganku. "Semoga keberuntungan selalu menyertaiku." Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian segera keluar. Kasihan kalau Mas Setiawan lama nungguinnya.

"Bat, tasnya bagus banget. Beli di mana?"

"Ini dapat di kasih, Mas."

"Serius? Masa sih?"

"Iya. Ya udah kita berangkat yuk."

Mas Setiawan menggandeng tanganku. Semua orang di luar kos menatapku heran. Mungkin mereka tidak menyangka aku bisa jalan dengan cowok setampan Mas Setiawan. Badannya tinggi, kulit putih, hidung mancung. Pokoknya semua karyawati terpesona olehnya termasuk Selly cewek jutek itu, dan aku juga tentunya.

Saat aku hendak masuk ke dalam mobil kijang Mas Setiawan, aku melihat sosok seorang nenek yang tempo hari memberikan tas keberuntunganku. Tatapannya amat tajam.

"Nenek itu?"
.
Bersambung ....

TAS KULIT MANUSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang