Eight ; Harsh word

2.4K 520 78
                                    

Jennie bukan orang bodoh yang gak sadar akan banyak perubahan Taeyong semenjak kepulangan dari Semeru. Bersikap bodo amat dan seolah olah percaya kalo dia dapet alergi di Semeru. Gak masuk akal.

Bahkan orang yang bodoh sekalipun pasti bilang gak masuk akal kalo orang baru dapet alergi daging di gunung.

Gak cuma itu. Ekspresi Taeyong juga berubah, Taeyong yang dia kenal adalah sosok yang suka banget nebar senyum alias murah senyum. Suka nyapa orang, peduli sama siapapun, tapi Taeyong yang sama dia sekarang berbeda 180°. Taeyong yang sekarang cenderung bermuka datar, tiba tiba bodo amatan.

Jelas itu ganggu Jennie.

Terutama, Taeyong yang suka ngomong kasar semenjak itu. Padahal, dulu Taeyong punya kehalusan untuk setiap kata katanya.

Tapi kalo ditanya, jawabannya selalu sama. "Perasaan kamu aja kali,"

Dan asal kalian tahu, Theo benci perempuan manja. Tapi, sekarang dia harus berhadapan sama perempuan manja.

"Tae, aku mau ini boleh?" Tanya Jennie nunjuk satu makanan, kebetulan mereka sekarang lagi di mall.

Theo yang tadinya lagi main hp, ngelirik. "Terserah. Yang makan kamu, ambil ya ambil."

Jennie ambil makanan itu, masukin makanannya ke keranjang belanjaannya. Sementara Theo dorong troli, Jennie ngeliat apa lagi yang mau dia ambil.

Sampai Jennie nemuin salah satu makanan kesukaanya, dia ambil. Tapi keburu di cegah Theo,

"Bentar. Kamu yakin bisa makan sebanyak ini?"

Jennie ngangguk. "Iya dong!" Jawabnya riang.

Theo natap Jennie tajem, "Gak. Taruh lagi,"

Jennie nautin alisnya, "Enggak. Aku mau ini."

Theo ngerebut makanannya ditangan Jennie, "Taruh."

Jennie ngambil lagi makanan yang ditaruh Theo ditempatnya. "Aku mau ini!"

"TARUH GUA BILANG." Katanya agak keras.

Jennie diem. Dalam waktu 4 tahun, ini kali pertama Taeyong ngebentak dia. Didepan umum pula. Jennie naruh makanannya ke tempat asalnya, ngambil alih troli dan jalan ninggalin Theo.

Theo ngacak rambutnya frustasi. Dia gak bisa ngelanjutin drama ini sumpah. Dia pengen ngakhirin semua.

Dia jalan ngejar Jennie, nyekal tangan Jennie supaya berhenti. Lama dia tatap mata Jennie, "Gua bukan Taeyong."

Jennie naikin alisnya. "Omong kosong."

Theo narik tangan Jennie supaya ngedeket, "Gua bukan Taeyong. Gua bukan pacar lo,"

Jennie berdecak, "Kamu segitu marahnya aku mau makanan itu? Sampai tiba tiba bilang bukan Taeyong? Gak masuk akal."

Oke, Jennie akuin kalo dia emang ngerasa aneh sama Taeyongnya. Tapi untuk percaya kalo orang didepannya ini bukan Taeyongnya tambah gak masuk akal. Jelas, muka, badannya Taeyong. Mana mungkin dia bukan Taeyong?

Theo ngehela nafas. "Persetanan sama yang lo bilang. Gua bukan Taeyong. Gua bukan pacar lo."

Baru aja Theo mau ninggalin Jennie, tangan mungil Jennie narik Theo. "Kamu mau kemana?"

"Lepas."

"Kamu mau kemana?!"

"LEPASIN, GUA BILANG ANJING!"

Jennie spontan ngelepas tangannya dari tangan Theo. Theo ngejauh, dia bener bener pergi dari pandangan Jennie. Mata Jennie berair, udah dibentak, disumpah serapah pula. Apa yang sebenernya terjadi sih sama Taeyongnya?

Dia ninggalin begitu aja belanjaannya yang belum dibayar, nyari taksi yang kosong buat pulang. Tapi tiba tiba satu mobil berhenti didepannya.

"Masuk."

Jennie diem tanpa ngejawab apapun, sambil sesekali ngelap air matanya.

"Masuk. Jennie,"

Jennie ngegeleng, dia bergeser.

Orang di mobil keluar, yang tak lain bukan adalah Theo.

"Maaf yang tadi. Ayo, pulang." Ajaknya.

Jennie ngegeleng, "Gak mau.."

Theo meluk Jennie, ngusap rambutnya beberapa kali sambil sesekali dikecupnya.

"Maaf. Tadi aku emosi,"

"Kamu, kayak bukan Taeyong yang aku kenal. Kamu bukan Taeyong kan, kayak yang kamu bilang? Terus kamu siapa?"

Theo ngegeleng sambil bawa Jennie kedalam mobil. "Aku Taeyong. Aku Taeyong."

Rewrite the Stars

to be continued..

Rewrite the Stars ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang