Nine ; Jennie

2.5K 545 97
                                    

Niatnya, Theo mau nganter Jennie kerumahnya. Tapi si tuan rumah enggan pulang, dia minta kerumah Theo. Padahal harusnya Theo punya jadwal balapan sama temennya, yang akhirnya harus direlain batal.

Dan sialnya, sampe dirumahnya Jennie tidur. Kecapek-an mungkin tadi nangis didalam mobil juga. Okey, dia akuin kalo tadi dia sedikit kasar. Tapi itulah dia. Jangan pernah samain dia sama Taeyong. Walaupun mereka punya wajah serupa, sifat gak bisa ngebohongin.

Theo natap Jennie yang tidur sebentar, niatnya mau bangunin tapi kasian juga. Akhirnya dia ngegendong Jennie ala bridal buat dibawa kekamarnya. Lebih tepatnya kamar Taeyong.

Sampe dikamar Taeyong dia ngerebahin badan Jennie, entah kenapa matanya gak mau berhenti natap wajah lugu Jennie. Dia ngusap rambut Jennie, "Sorry gua udah bohongin cewek selugu lo."

Dan, Theo pertama kalinya ngerasain nyaman sama cewek. Setelah ibunya.

Dia ngegelengin kepalanya, "Gak Theo. Jangan gila. Dia pacar adek lo," gumamnya.

Theo mejamin matanya, dia nginget sosok Taeyong. Mungkin dia terkesan jahat sama Taeyong dengan bersikap dingin dan bodo amatan. Tapi diluar itu semua, dia sama kayak kakak lainnya yang sayang sama adiknya. Cara menyampaikannya aja yang salah.

Seumur hidup, Theo belum pernah berurusan sama perempuan lain selain ibunya. Tapi, kali ini. Dia nemuin kenyamanan yang sama saat dia ngerasain nyaman sama ibunya.

"Jennie.." gumamnya.

Dia ngusap tangan Jennie, nautin tangan Jennie dijari jarinya. "Taeyong pantes dapet cewek kayak lo."

Dia ngejauh, keluar dari kamar Taeyong. Memilih mandi dan nyegerin kepalanya. Belum sebulan, tapi udah banyak yang dia alamin. Biasanya, urusan dia sama anak geng motor, tapi sekarang urusannya sama cewek.

Sambil ngebilas shamponya, dia bener bener terlarut dalam pikiran kejadian ulang di Semeru.

"Jalan duluan, Yong. Biar gua jagain, licin banget ini. Hati hati, pegangan sama pohonan!"

Taeyong cekikikan, "Iya, elah. Ini juga hati hati. Lagian kan ada lo yang jagain,"

Theo ngegelepak kepala Taeyong, "Ada gua juga jangan lengah! Liat ke depan, Yong! Jangan muter mulu!"

"Iy-BANG!"

Theo otomatis nahan tangan Taeyong yang hampir jatuh. "TAHAN! TAHAN! TARIK TANGAN GUA YONG!"

"BANG! LICIN! SUSAH!"

"USAHA! CEPET TARIK TANGAN GUA. GUA JUGA TARIK!"

"BANG! TANGAN LO LUKA ITU!"

"JANGAN PEDULIIN LUKA GUA! CEPET TARIK!"

"MINHYUN!" panggil Theo.

"Bang. Lepas bang. Luka lo lebar!"

"GUA BILANG JANGAN PEDULIIN LUKA GUA!"

Dia netesin air matanya, sambil ngedengak.

"Lepasin aja bang. Gak apa apa, gua bisa balik sendiri. Gua janji."

"Harusnya gua yang ada diposisi lo."

Theo teriak, sambil nekan luka didekat sikunya. Luka goresan yang lumayan dalem akibat ranting tajem di Semeru kemarin. Karena dia berusaha narik badan Taeyong, ranting tajemnya nancep di sekitaran sikunya dan ngegores cukup lebar.

Jennie mungkin tau, mungkin gak tau. Perbedaan paling mencolok antara Theo sama Taeyong selain sifat adalah tanda luka dipunggung bekas luka tembak.

Didapet Theo pas usianya masih 15 tahun, karena nyelamatin Taeyong.

Theo keluar kamar mandi, terpaku ngeliat Jennie yang berdiri didepan pintu kamar mandinya.

"Kamu kenapa gak bangunin aku?" Tanya Jennie.

Theo senyum tipis, "Kamu tidur tadi. Aku gak tega banguninnya."

Jennie senyum, terus nyamperin Theo. Tapi,

"Astaga! Sejak kapan kamu ada luka gitu?! Sini, aku obatin!"

Dan, sejak hari ini. Theo mulai jatuh ke pesona Jennie.

Rewrite the Stars

to be continued..

Rewrite the Stars ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang