:'(((

874 58 11
                                    

Kini, Ricis ada di kamarnya, hati nya sedang tidak baik, jika kemarin karena papa yang belum memberi izin, sekarang orang yang begitu tulus padanya yang harus keluar dari lingkungannya.

"Semesta ga berpihak sama akuu" kata Ricis sambil mengeluarkan air matanya

Tidak lama kemudian, ada seorang yang mengetuk pintu.

"Cis, keluar dong" teriak Ella dari luar

"Ngga El" jawab Ricis juga dengan teriaknya

"Kita ngobrol deh, jangan salah faham gitu cis, mba Riri pasti punya alasan kenapa cut Wildan, ayo cis turun dulu"

Ricis tidak menjawab, akhirnya Ella turun dan menemui Tim.

Ruang Tengah

"Kalian marah?" Tanya mba Riri pada Tim

"Bukan marah, cuma sedikit kesel dan kehilangan aja" jawab Vazo

"Kenapa si kok tega cut Wildan? Salah dia ga besar banget loh" tanya Aryes

"Jadi gini, tapi nanti aja deh belum saatnya" jawab mba Riri yang membuat Tim semakin penasaran

"Kenapa?" Tanya Ella

"Ada hal lain?" Tanya Diki

"Jujur aja, kenapa Wildan di cut? Pasti ada sesuatu nya kan? Kalau cuma masalah bisnis dan pekerjaan, kita pun sama punya bisnis juga" kata Derry dengan sedikit nada emosi

Mba Riri terdiam, ia bingung harus berkata apa, ini bukan waktu yang tepat, ia sudah berjanji akan beri tahu Ricis, Wildan, dan Tim ketika waktunya sudah pas

(Penasaran ga kaleann?):v

"Oh, jadi sekarang mainnya rahasia-rahasiaan" kata Aryes

"Ga asik" timpal Diki

"Cerita aja apa" kata Ella

"Emang berapa lama si kita barengan? Sampe pake rahasia segala" kata Vazo

"Bukan gitu Zo, ishhh kalian ga ngerti" jawab mba Riri

"Ya maka dari itu supaya kita ngerti jelasin, kasih tau" jawab Aryes

"Plisss jangan sekarang" jawab mba Riri

"Udah ah terserah" kata Derry lalu berdiri meninggalkan Tim menuju ruangannya

"Der gua ikut" disusul Diki dan Vazo bersamaan

"Mba, sebenernya ada apa si?" Tanya Nindya yang sedari tadi diam

"Nind, kurang jelas ya tadi kata mba Riri kita ga perlu tau, ini rahasia" jawab Ella dengan nada kesalnya

"Maaf, aku gabisa kasih tau sekarang" jawab mba Riri

Ella berdiri lalu pergi ke dapur, karena ia masih merasa kesal, terlebih melihat Ricis yang masih saja menangis.

"Mba, kalau boleh bilang sama aku sama bang Aryes, sekarang cuma kita bertiga" kata Nindya

"Iya, coba jelasin deh, gua penasaran ini, gua kasian sama Wildan harus kehilangan pekerjaannya, gua juga ga tega dan kasian sama Yuyun apalagi sampe nangis gitu" kata Aryes dengan nada lemah

"Maaf ga bisa" jawab mba Riri

Setelah mendengar jawaban mba Riri, Aryes langsung berdiri dan bilang "Gua mau nyamperin Yuyun, biar dia lebih tenang"

Aryes memang paling dewasa diantara tim yang lain, setidaknya Ricis akan mendengarkan jika Aryes yang bicara.

Aryes meninggalkan Nindya dan mba Riri, lalu berjalan menuju kamar Ricis.

Aryes hanya mengetuk pintu dan bicara dari luar.

"Yun, dengerin gua, udah jangan nangis kek gitu, jangan hambur-hambur air mata, ga kasian apa sama diri sendiri kalau lu nangis terus Yun, udah mending keluar, ngobrol sama kita biar ilang beban nya"

"Ngga bang, kalian aja yang ngobrol gua masih mau disini" jawab Ricis di dalam kamarnya

"Yun, lu takut kalau Wildan keluar dari Tim terus jarang ketemu lu dia berpaling?"

Tidak ada jawaban dari Ricis

"Lu takut karna Wildan udah jarang bareng sama kita-kita, lu takut dia berenti berjuang?"

Ricis pun masih enggan menjawab

"Atau lu takut Wildan balik ke masa lalunya? Dan semua yang buruk tentang dia terulang? Atau kenapa Yun, astagfirullah jawab ngapa"

Ricis pun tidak menjawab

"Gini deh Yun, gua tau Wildan, Wildan orangnya tulus, dia ga gampang melupakan, dia orang yang setia bahkan selalu ada disaat lu lagi bad mood parah, diantara kita-kita nih cuma Wildan yang bisa balikin mood lu Yun, gua juga yakin Wildan masih akan terus berjuang buat dapet restu dari papa, tenang Yun, Wildan udah nitip lu ke gua dia bilang, kalau lu sedih gua harus ngabarin dia, dan sekarang lu sedih, habis ini mau ngabarin dia, mau bilang kalau lu nangis kejer kek gini, yaudah Yun gua turun, baek-baek jangan lupa makan"
Kata Aryes lalu bergegas turun

Ricis mendengar semua yang di katakan oleh Aryes, mulutnya ingin membalas obrolan Aryes, namun ia sedang lemah, karena sebagian bahagianya mulai dari sekarang akan jauh darinya, walaupun sesekali mereka akan bertemu namun tak akan cukup.

Di kamar Ricis masih dengan isaknya, namun tak seperti sebelumnya, sekarang ia lebih tenang, dan mencoba menghubungi Wildan.

Ricis menelpon Wildan, namun tak ada jawaban, entah Wildan reject, handphone dimatikan, atau Wildan sengaja membiarkan handphone berdering, akhirnya Ricis memutuskan untuk mengirim pesan.

Alamsyah❤️


Dan, aku telpon ga diangkat kenapa?
Maafin mbak Riri dan, aku yakin ada sebab kenapa kamu di cut, kalau cuma masalah bisnis, aku pun sama punya dan tim yang lain juga punya, aku akan cari tau dan, maaf😥

Wildan tidak membalas pesan yang dikirim Ricis, Wildan hanya membacanya saja, dadanya masih sesak mendengar pernyataan yang menyakitkan itu, tapi ia tidak menyalahkan Ricis, ia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak profesional seperti apa yang dibilang mba Riri.

Segini dulu ya guys🤟

Cinta Sejati (Wildan Alamsyah dan Ria Yunita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang