Di cerita saya yang ketiga ini, gak akan saya kasih sample foto Tian maupun Pak Berly itu seperti apa.
Jadi biar kalian sendiri yang mengimajinasikannya ya.
Oh ya, gak pernah bosen saya ingatkan untuk Vote juga Comment ya gays. Mau support saya kan ?
Happy Reading !!
^.^
###
Pagi ini aku bersiap untuk ke Day Care. Tak lupa aku juga membawa Surat Pengunduran Diri untuk ku berikan pada Bu Ratih. Aku diterima disitu dengan baik-baik, jadi aku juga harus keluar secara baik-baik pula. Ya, aku berencana berhenti dari pekerjaanku karena kasus kemarin. Aku tak tahan dengan perilaku Pak Berly padaku. Mungkin dia tampan, punya kekayaan yang berlimpah, popularitas, juga kekuasaan. Tapi menurutku dia tak pantas jadi manusia. Bisa-bisanya dia berlaku tak adil terhadap orang kecil sepertiku.
Pagi sekali akupun naik bis seperti biasanya. Luka di kakiku belum pulih , jadi jalanku masih saja agak terpincang. Jam 06.45 aku sampai di Day Care. Karyawan yang lain sudah berdatangan, aku hanya menunggu di ruang tunggu dekat resepsionis. Bu Ratih sepertinya sebentar lagi akan tiba.
"Tian, kok kamu duduk disini. Kenapa gak ke dalem ?", Tanya Mbak Diah saat datang yang langsung menghampiriku.
Aku menggeleng pelan, "nggak Mbak. Aku mau mengundurkan diri aja !".
Mbak Diah menatapku heran, "lho, kenapa ? karena hukuman kemarin jadi kamu ingin keluar ?".
"bukan Mbak. Ada masalah lain aja !", kataku lagi sambil menunduk.
Lalu Mbak Diah melihat perban di kakiku. Ya aku sempat menutupi lukaku itu dengan kain kasa.
"kaki kamu kenapa, Tian ? ada masalah apa sih ? cerita dong sama aku !".
"emh, begini Mbak-", belum sempat aku bercerita tiba-tiba saja Bu Ratih datang.
"Tian, kamu sudah datang. Ayo ikut saya ke kantor !", ajak Bu Ratih. Aku pun meninggalkan Mbak Diah, lalu mengekori Bu Ratih menuju ruangannya.
Sesampainya di kantor Bu Ratih, kamipun duduk. Lalu aku menyodorkan amplop coklat berisi Surat Pengunduran Diri. "apa ini ?", Tanya Bu Ratih.
"ini Surat Pengunduran Diri saya Bu !", kataku.
"lho kenapa ? ada masalah apa ? kan kamu baru tiga hari kerja disini. Kok tiba-tiba sih ?",
"emmhh itu..",
"apa karena Pak Berly ?",
Lho, kenapa Bu Ratih tahu ?
Bu Ratih sedikit terkekeh, "kamu tuh gampang banget ditebak ya. Ekspresi kamu itu lho,..".
"i..ibu..", kataku sedikit terbata.
"saya tahu kok perasaan kamu gimana. Saya juga tahu apa yang terjadi sama kamu kemarin ! itu kan alasan kamu pengen keluar kerja ?",
"jadi ibu udah tahu ?", tanyaku, dan Bu Ratih mengangguk menanggapi pertanyaanku.
"Pak Berly sudah telfon saya pagi-pagi sekali. Beliau bilang berencana mengadukan kamu pada pemilik Day Care ini atas insiden kemarin, tapi dia urungkan dan malah mencegah saya agar kamu tak keluar dari sini !".
Apa ? Pak Berly ?
Aku tak mengerti, bukannya kemarin dia sangat marah padaku karena meninggalkan Beryn sendiri di ruang bermain anak ?
Ya walaupun aku tak bermaksud meninggalkan Beryn tentu saja.
Eh jangan-jangan Pak Berly ini punya kelainan jiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, PAPA MUDA ?!
RomanceYEAYYYYY.... ini cerita saya yang ketiga... Penasaran ??? . hah ? nggak ? penasaran dong... . Baca aja ya kalo penasaran !!