Setelah sekian lama, aku tak pernah merasakan masakan seenak itu. Maksudku, dengan uang yang kupunya aku sudah sering membeli makanan enak diluar sana. Namun makanan itulah yang paling enak yang pernah kucoba. Sederhana memang, hanya tumis jamur kancing juga kangkung saja. Saat suapan pertama kurasakan, pedas sekali rasanya. Nyaris saja kumuntahkan masakan itu karena rasa pedas yang kurasakan. Namun buru-buru kuurungkan. Aku dari dulu memang tak suka makanan pedas, namun rasa pedas itu tergantikan dengan rasa yang sulit kugambarkan. Membuatku ingin menyantapnya. Lagi dan lagi.
Ternyata pria kurus itu selain pintar mengurus anak, juga jenius dalam memasak.
Ah, apa yang aku katakan barusan ?
Apa aku baru saja memuji pria kurus menyedihkan itu ?
Tidak-tidak. Pasti aku gila.
Sudah hampir jam setengah sembilan malam, namun rasa kantuk tak kunjung kurasakan. Lebih baik aku melihat keadaan Beryn. Aku harap ia akan segera sembuh. Kuhampiri kamar Beryn dan langsung kubuka saja pintu kamar Beryn, namun disana kosong. Tak kutemukan Beryn, juga pria kurus menyedihkan itu.
Ah iya, namanya Tian. Padahal aku yang memberitahukan nama pria kurus itu pada pelayan-pelayanku. Namun malah aku sendiri yang lupa.
Tapi.. kemana mereka sekarang ?
Jangan-jangan anakku diculik !
Brengsek !!
Akupun bergegas menuju lantai bawah rumahku, namun samar-samar kudengar suara seseorang bernyanyi dari arah dapur.
"du bi du bi dam dam...du bi du bi dam... du bi du bi dam dam , du bi du bi dam...Beryn, makannya apa ?...bubur !!...aku juru masaknya...ada bubur ayam, ada bubur ikan... semuanya Beryn suka, asik asik asik !!", (menyanyi lagu Du Di Dam, Eno Lerian dengan versi Tian).
Kulihat Tian sedang memasak sambil menggendong Beryn dengan memakai gendongan model Ring Sling yang dibelikan Mama saat kelahiran Beryn. Dia gendong Beryn sambil tangan kirinya menepuk-nepuk pantat Beryn, sedangkan tangan kanannya sibuk mengaduk sesuatu di dalam panci. Aku juga mendengar suara tawa Beryn, syukurlah ia tak rewel. Mungkin ia tertawa karena mendengar suara nyanyian Tian.
Kuhampiri mereka perlahan. Lalu aku berdiri di belakang Tian tanpa sepengetahuannya. Untung saja badanku tinggi, jadi dengan mudah aku melihat apa yang ada di depanku walaupun tubuhku terhalang seseorang.
Kulihat apa yang ia masak. Ternyata bubur, pasti itu untuk Beryn.
"papapapapa", kata Beryn berceloteh. Ah Beryn melihatku dari celah gendongan itu. Aku tersenyum padanya, lalu memasang wajah konyol agar ia kembali tertawa. Namun ia malah menangis, benar-benar diluar dugaanku.
"eh-eh Beryn, kenapa sayang ?", kata Tian. Lalu ia mematikan kompor. Setelah itu, perlahan ia ambil bubur itu untuk dituangkan ke atas piring.
"sabar ya, ni buburnya udah jadi. Tunggu ya sayang !", katanya lagi. Buru-buru aku mundur agar Tian tak kaget saat membalikan tubuhnya. Dengan sigap aku pergi meninggalkan dapur.
Lebih baik aku pura-pura baru akan menghampiri dapur. Agar tak ketahuan oleh Tian. Ya, lebih baik seperti itu.
"Bapak sedang apa disini ? apa ada yang Bapak butuhkan ? biar saya antarkan ke kamar saja Pak !", aku kaget saat tiba-tiba saja Bi Sinta muncul.
Tak lama, Tian pun muncul dari arah dapur dengan piring di tangan kanannya, dan air putih di tangan kirinya. Dia menatapku heran.
Brengsek !
Aku jadi terlihat bodoh ditatap penuh tanya oleh dua orang ini.
"ah..itu..hm..oh...saya denger tadi Beryn nangis. Saya pikir, pasti kenapa-napa. Jadi saya kesini !", kataku spontan. Tentu saja dengan tetap menjaga wibawaku. Aku tak mau terlihat bodoh.
![](https://img.wattpad.com/cover/223092408-288-k287130.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, PAPA MUDA ?!
RomansaYEAYYYYY.... ini cerita saya yang ketiga... Penasaran ??? . hah ? nggak ? penasaran dong... . Baca aja ya kalo penasaran !!