Dilema

21 3 0
                                    

Matahari sudah kembali ke tempatnya, digantikan dengam sinar bulan dan beribu-ribu bintang yang menghiasi langit. Di bawah naungan langit hitam dengan cahaya bulan dan bintang yang bertaburan di langit.

Tiga gadis berbeda perawakan itu duduk di pinggir kolam. Anara yang berada di tengah melirik Anya di sebelah kanannya yang sedang video-call dengan Oji. Sedangkan, di sebelah kiri Kyla yang sedang live di akun instagram nya.

Lagi-lagi gadis tersebut memutar bola matanya dengan jengah, menatap pantulan bulan di kolam ini. Pikirannya melanglang buana kepada pemuda yang akhir-akhir ini mengisi kehidupannya.

Tidak pernah terpikir olehnya bahwa, pemuda yang selalu dia hindari kini menjadi seseorang yang mengisi hari-harinya belakangan ini. Gara Alvaro Ganendra. Anara mengucapkan nama itu berulang kali dalam hatinya, mengingat berbagai moment yang sudah dia lewati bersama pemuda itu.

Mulai dari menari di bawah hujan sampai melihat sunset bersama. Sejenak dia merasa menjadi orang paling jahat di bumi ini seharusnya dia memberikan kepastian kepada Gara tapi, bukankah Anara sudah berusaha menerima dia untuk masuk kehidupannya adalah satu langkah yang baik?

Entahlah, lagi-lagi dia menghela nafas berat, dia semakin bingung ada apa dengan dirinya sekarang? mengapa dengan mudahnya dia menerima pemuda itu untuk masuk ke dalam kehidupannya. Bagaimana jika Gara berharap lebih, bagaimana jika pemuda itu merasa di permainkan oleh dirinya?

Anya dan Kyla saling melirik satu sama lain, saling melempar tatapan tanya. Melihat Anara yang sesekali menghela nafas kemudian mengerutkan kening membuat dua gadis ini bertanya-tanya.

"Ahhh nggak tau dehh" Anara mengacak rambutnya sendiri dengan kesal, membuat dua gadis yang berada di sampingnya semakin bertanya-tanya.

 "Kenapa si lo?" tanya Anya yang sedari tadi kesal dengan tingkah sahabatnya itu.

 "Gara" satu nama yang disebutkan Anara itu berhasil memancing tawa dari Anya dan Kyla. Anara mencebik kesal melihat respon dari sahabatnya itu, semakin kesal ketika Kyla menempelkan telapak tangannya ke kening nya seolah-olah dia sedang demam sekarang. Ahh sialan!

"Nar lo tuh yah, gengsinya tinggi banget nyet" Kyla lagi-lagi tertawa membuat Anara semakin kesal. Kalau tau hanya akan di ejek begini dia tidak akan berkata jujur kepada dua gadis menyebalkan ini.

Anya melirik Anara, membuatnya tersenyum tipis, ini persis ketika Anara bercerita tentang pemuda itu dulu. Pemuda yang berhasil memporak-porankan kehidupan sahabatnya dulu. Kalaupun kali ini Gara berhasil mengetuk pintu yang sudah beberapa tahun tertutup maka, dia percaya Gara berhasil membuat seorang Anara jatuh hati.

"Kalaupun lo emang ngerasa nyaman sama dia, ya udah nikmatin aja dulu perasaan kan emang ga bisa di paksa Nar, gue yakin pasti Gara mengerti posisi lo saat ini. Dari tatapan Gara ke lo aja kita semua bisa simpulin kalo dia emang benar-benar udah jatuh sama pesona lo Nar, gue masih ingat waktu dia minta gue buat ngasih air minum waktu MOS. " Ucap Anya panjang lebar lebar sambil menatap lurus kedepan membuat dua gadis di sampingnya menganga. Kyla yang tadinya ingin bersuara memaki Anya di sambut dengan pelototan oleh Anara membuat nyalinya menciut.

"Tapi Nya, gue ngerasa lagi permainin perasaan Gara. Padahal gue tau di tulus banget sama gue, anehnya gue juga bingung kepada mau-mau aja izinin dia masuk ke kehidupan gue walaupun, gue belum bilang kalau gue mau balas perasaannya" menyadari suasana yang sedang serius Kyla pun membuka suara "Kalaupun nanti lo tetap nggak bisa nerima Gara,gue yakin ada saatnya lo ngerasa kehadiran Gara benar-benar berpengaruh ke lo saat ini" ucap Kyla sambil mengelus punggung Anara.

Kolam renang, bintang, bulan dan malam ini menjadi saksi seirang Anara Valentiana dibuat dilema oleh seorang Gara Alvaro Ganendra. Entah takdir apa yang akan di rencanakan semesta, Anada begitu berharap tidak ada yang nantinya akan terluka karena dirinya.

Inclement [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang