War

14 3 0
                                    

"Ren, lo bener mau ngelabrak Anara hari ini?" tanya seorang gadis kepada temannya tersebut.

"Ya iyalah doh Fi, masa ri Mauren nggak jadi ngelabrak sih" balas teman lainnya.

Mauren, Fina dan Rita. Ketiga gadis ini adalah buronan ruang BK di SMA GARDA, hobby membully dan membuat masalah menjadikan mereka salah satu siswi yang paling diincar. Korban merekapun bukan hanya adik kelas dan teman seangakatan malahan kakak kelas mereka juga labrak.

Mauren sudah jatuh hati pada Gara itulah mengapa dia akan memberi kejutan untuk Anara, yang kedekatannya sekarang diperbincangkan oleh banyak siswa siswi.

Tiga gadis ini sudah mengawasi gerak-gerik Anara sedari tadi. Ketika melihat Anara memasuki toilet Mauren lansung bergegas mengikutinya dari belakang. Sedangkan kedua temannya berjaga-jaga di luar.

Anara memperbaiki ikatan rambutnya hingga Mauren datang menarik rambutnya dengan keras.

"Halo Anara!" senyum layaknya akan membunuh tercetak jelas di wajah gadis itu.

Anara melepaskan tarikan tangan Mauren dari rambuntnya, baru saja dia ingin melangkah pergi namun lagi-lagi tangannya di cekal oleh gadis di sampingnya ini.

"Mau lo apa?" tanya Anara mulai kesal.

Mauren tertawa kemudian mendekatkan dirinya ke telinga gadis itu.

"Jauhin Gara!" ucapnya penuh tekanan.

"Kalau suka deketin, nggak usah suruh-suruh buat ngejauh dari dia. Bersaing secara sehat dong" Anara menatap nyalang ke arah gadis di depannya ini.

"Oh, jadi lo nggak mau nih?"

Anara berdecih melihat Mauren yang sedari tadi merasa menang.

Baru saja dia ingin pergi lagi, namun dua teman Mauren datang dan lansung menyiramnya dengan air dingin.

Byurrr!

"HAHAHAHA" tawa ketiga gadis itu lansung pecah melihat Anara yang sudah basah kuyup.

"Mau lo apa sih?" Anara masih berusaha meredam amarahnya. Ditatapnya Mauren kali ini dengan sorot yang lebih tajam tadi, Mauren meneguk salivanya dengan kasar jujur, dia agak takut melihat Anara.

"Fina ambilin telur"ucap Mauren, dia berusaha menghilangkan nada ketakutannya.

Anara mengepalkan tangannya begitu kuat. Sudahlah. Tak apa. Biarkan Mauren bertingkah seenaknya sekarang.

Gadis itu menutup matanya rapat-rapat, dirasakannya sekarang telur itu berada di atas kepalanya. Tidak sampai disitu. Mauren mengangkat tangannya kemudian. Plakk!

Anara memegang pipinya yang terasa sakit, matanya masih tertutup dia tidak bisa lari saat ini. Tiga lawan satu itu tidak sebanding. Air matanya mengucur begitu deras dia merasa dingin saat ini juga.

Dua lelaki tersebut menyeret gadis kecil tersebut ketika memberontak sebuah tendangan di layangkan ke arah bokongnya. Di halaman belakang rumah tersebut gadis kecil itu di hempaskan begitu saja, berkali-kali mereka memukul gadis kecil itu dengan rotan.

Inclement [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang